Kupang, RNC – Gabriel Ulu Tunabenani, warga Kelurahan Fatubenao, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu, NTT, mengirim surat ke pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus dan Presiden Mauritius.
Isi surat yang dikirim ke kedua pihak itu, poinnya sama yakni meminta bantuan kepada Paus dan Presiden Mauritius agar membantu anaknya Petrus Crisologus Tunabenani yang saat ini hilang di Mauritius.
“Surat itu saya kirim pada 12 Mei 2022 lalu, melalui Direktur Lembaga Hukum dan HAM PADMA (Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian) Indonesia, Gabriel Goa,” ungkap Gabriel, Senin (30/5/2022) malam seperti dilansir digtara.com.
Isi surat yang ditujukan kepada Paus, lanjut Gabriel, isinya meminta agar Paus memberikan imbauan kepada nahkoda dan para anak buah kapal (ABK) asal Vietnam di kapal ikan berbendera Taiwan agar berbicara jujur kepada kepolisian Mauritius.
Saat ini, kata dia, kepolisian Mauritius sedang menangani perkara kasus hilangnya tujuh ABK asal Indonesia di perairan Mauritius Afrika Selatan.
Ia mengaku nama tujuh ABK itu yakni Petrus Crisologus Tunabenani, Klaudius Ukat (Kabupaten Belu, NTT), Rudi Herdiana (Brebes), Dadan (Ciamis), Gali Chandra Kusuma (Kebumen), Anton Pradana (Banyuwangi) dan Muhamad Jafar.
Dalam surat untuk Presiden Mauritius, dia meminta agar orang nomor satu di negara itu mendesak nahkoda dan para anak buah kapal (ABK) asal Vietnam di kapal ikan berbendera Taiwan, agar berbicara jujur kepada Kepolisian Mauritius.
Gabriel berharap, Presiden Mauritius bisa membantu keluarga tujuh ABK bisa dipertemukan dengan nahkoda dan ABK kapal ikan Weifa asal Vietnam yang berada di Kepolisian Mauritius.
“Karena sampai saat ini belum ada kepastian berita keberadaan 7 ABK WNI sesuai harapan kami para keluarga korban,” ujar dia.
Gabriel Ulu Tunabenani berharap pemerintah dapat memulangkan anaknya, Phiter Tunabenani (27), yang hilang di Mauritius, Afrika Timur.
Gabriel sudah hampir setahun tak mendengar kabar tentang keberadaan anaknya yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK). Gabriel mengaku sudah meminta bantuan pada Kementerian Luar Negeri, namun belum ada kepastian keberadaan anaknya.
“Karena itu, kami minta Pak Jokowi tolong bantu pulangkan anak kami,” ujar Gabriel.
Ia menuturkan, hilangnya sang anak bermula dari adanya keributan antara ABK kapal mandor dan kapten kapal asal Vietnam.
Keributan antara anaknya bersama enam orang rekannya dengan warga Vietnam itu terjadi di kapal ikan WeiFa yang sedang bersandar di area pelabuhan Port Louis Mauritius.
Gabriel menyebut, akibat keributan itu anaknya mengalami luka di bagian wajah.
“Akibat keributan itu, menyebabkan anak saya terkena bacokan di wajahnya,” ungkap Gabriel.
Anaknya itu sempat mengirim foto wajahnya yang luka terkena bacok ke grup Whatsapp pekerja Indonesia. Kemudian, foto itu diteruskan sampai ke keluarga.
Setelah itu, kata Gabriel, anaknya bersama enam orang rekan hilang kontak hingga saat ini. Menurut Gabriel, anaknya bersama enam orang rekannya merupakan pekerja legal karena memiliki dokumen resmi.
“Anak saya ini sudah enam tahun bekerja sebagai ABK di salah satu kapal ikan milik PT Lymbung Arta Samudra. Selama ini dia baik-baik saja,” ujar Gabriel.
Karena itu, Gabriel berharap anaknya bisa segera ditemukan dan pulang dalam kondisi sehat. “Harapan kami dari orangtua, mohon pemerintah Indonesia memberikan perhatian bagi anak-anak kami yang hilang. Keadaan seperti apa kami menunggu dari pemerintah,” ujar dia. (*/dig/rnc)
Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com