Jakarta, RNC – Anggota DPR RI, Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si berharap seleksi Calon Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) yang baru saja digelar tahun 2023 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) harus memprioritaskan putra-putri daerah.
Menurut politikus PDI Perjuangan yang akrab dipanggil Ansy Lema tersebut, rekrutmen Akpol harus menekankan prinsip transparansi, keadilan dan representasi wilayah. Akpol sebagai wadah regenerasi dan pembentukan calon pemimpin Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan bangsa harus memberikan kuota khusus kepada putra-putri daerah berdarah NTT untuk lulus dalam seleksi Akpol. Ansy yakin Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) NTT Irjen Polisi Johanis Asadoma mampu menjalankan sistem seleksi Akpol secara transparan, berkeadilan dan berkualitas.
“Saat ini kita memasuki paradigma Pancasila dan visi Indonesiasentris yang memberikan kesempatan luas kepada anak-anak di NTT untuk mewujudkan mimpinya terlibat nyata membangun bangsa sebagai pemimpin Polri. Selain itu, karena seleksi dilakukan di NTT, maka harus memberikan kesempatan dan prioritas lebih luas kepada putra-putri daerah berdarah NTT,” ujar politisi PDI Perjuangan tersebut di Jakarta, Sabtu (29/4/2023).
Anak Muda NTT Berkualitas, Layak Masuk Akpol
Ansy yakin, putra-putri daerah asal NTT memiliki kualitas kompetensi, integritas, fisik dan karakter yang dibutuhkan untuk lolos seleksi Akpol. Ia mencontohkan lulusan Akpol asal NTT yang berprestasi dan mampu mengemban jabatan tinggi di Polri setelah lulus mengikuti seleksi. Misalnya Irjen Polisi (Purn) Yakobus Jacki Ully dan Irjen Polisi Herry Rudolf Nahak (pernah menjadi Kasespim Lemdiklat Polri dan Kapolda Kalimantan Timur). Jenderal Herry Nahak adalah lulusan terbaik Akpol angkatan 1990, sehingga dianugerahi Adhi Makayasa.
“Bahkan, saat ini Kepolisian Daerah NTT dipimpin oleh putra daerah terbaik Irjen Polisi Johanis Asadoma setelah sebelumnya menjabat sebagai Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri. Artinya, putra-putri NTT memiliki kualitas saat mengikuti sekolah Akpol dan ketika menjalankan penugasan di manapun berada,” terang Ansy.
Ansy melanjutkan, NTT tidak hanya memiliki pemimpin di matra Kepolisian, tetapi juga di matra Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ansy menyebut deretan putra daerah NTT yang pernah menjadi pemimpin di TNI seperti Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi (Gubernur NTT 1978-1988), Mayjen TNI (Purn) William Theodoris da Costa, Marsekal Muda (Purn) Robert Soter Marut, Mayjend TNI (Purn) Herman Musakabe (Gubernur NTT 1993-1998) dan Mayjen TNI Gabriel Lema, S.Sos.
“Om kandung saya, Mayor Jenderal Gabriel Lema, saat ini sedang mendapat penugasan strategis dari negara sebagai Pangdam XVIII/Kasuari. Ini kepercayaan besar kepada putra NTT untuk memastikan keamanan dan kedaulatan NKRI di wilayah konflik Papua Barat. Ini semakin menegaskan bahwa NTT dapat menjadi gudang pemimpin berkualitas di matra Polri dan TNI yang siap membaktikan diri demi bangsa dan negara,” papar Ansy.
Sosialisasi Rekrutmen Akpol dan Kepolisian
Ansy mengaku sering bertemu dengan anak muda yang tertarik menjadi polisi termasuk Akpol ketika turun menjemput aspirasi di masyarakat. Tidak hanya tertarik, anak-anak muda tersebut memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dalam seleksi Akpol. Diperlukan sosialisasi secara meluas.
“Banyak anak muda NTT tertarik menjadi Akpol, Bintara, dan Tamtama perlu mendapat penjelasan untuk ikut seleksi Akpol. Dengan sistem jemput bola, saya yakin dan optimis banyak calon Akpol berkualitas akan ditemukan,” tambah Ansy.
Wakil rakyat NTT Dapil NTT II ini mengusulkan agar Polri dapat memberlakukan kebijakan kuota khusus kepada putra-putri daerah NTT dalam seleksi Akpol, dan kuota itu harus diisi anak muda berdarah NTT. Kebijakan afirmatif ini dapat memberikan ruang partisipasi yang adil dan setara kepada anak-anak muda kurang mampu ataupun yang berada di wilayah terpencil NTT untuk berpartisipasi dan lolos seleksi Akpol.
“Dengan mengadakan seleksi Akpol dan kepolisian yang representatif, afirmatif, transparan, dan berkeadilan, Polri dapat mewujudkan impian anak-anak muda yang berasal dari keluarga sederhana dan daerah terpencil dari wilayah NTT yang berada di perbatasan. Hal ini akan memantik semangat, memberikan inspirasi, dan harapan kepada teman-teman muda lain untuk berbenah, berjuang, dan mengejar cita-cita mereka sebagai polisi atau jenjang karier lainnya,” kata Ansy.
Selain prinsip representasi dan afirmatif, Ansy berharap rekrutmen Bintara Taruna Akpol dan Calon Siswa Bintara, dan Tamtama di kepolisian harus berdasarkan merit sistem yang mengandalkan prinsip transparansi, kualifikasi, dan kompetensi. Karena Polri membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas untuk mewujudkan pelayanan prima sesuai visi PRESISI (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, dan Berkeadilan). (*/rnc)
Editor: Semy Rudyard H. Balukh
Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com