Kupang, RNC – Banyaknya sampah yang menumpuk di berbagai sudut Kota Kupang dikarenakan banyak hal. Salah satunya adalah tempat pembuangan sementara (TPS) di beberapa wilayah ditutup oleh warga. Akibatnya warga membuang sampah tidak pada tempatnya.
Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan juga menjadi salah satu kendala. Hal ini diakui Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Kupang, Orzon Nawa.
Kepada RakyatNTT.com, Jumat (2/9/2022), ia mengatakan saat ini Pemerintah Kota Kupang sedang fokus mengurus kebersihan lingkungan. Semua ASN dan PTT di Pemkot Kupang dikerahkan untuk turun ke jalan-jalan membersihkan sampah yang berserakan.
Selain itu, para camat dan lurah juga diminta berkoordinasi dengan RT dan RW untuk aktifkan masyarakat membersihkan lingkungan masing-masing.
Terkait banyaknya sampah yang menumpuk, Orzon menjelaskan salah satu persoalan adalah TPS yang ditutup oleh warga sekitar. Akibatnya warga membuang sampah di sembarang tempat. Ketika musim hujan, sampah-sampah ini terbawa air dan mengotori jalan, bahkan menyumbat selokan.
Oleh karena itu, ia berharap para lurah aktif memperhatikan hal ini. Lurah-lurah bisa berkoodinasi dengan RT/RW dan masyarakat untuk membangun TPS agar memudahkan petugas kebersihan mengangkut sampah. Kalau TPS sudah dibongkar, bisa dibangun baru. Selain itu, masyarakat juga diminta membuang sampah tepat waktu, yakni mulai jam 6 sore sampai jam 10 malam.
Orzon juga menjelaskan, terkait tempat pembuangan akhir (TPA) yang tidak standar karena masih berupa open dumping, bukan sanitary landfill. Menurutnya, beberapa waktu lalu Pemkot Kupang sudah menandatangani MoU dengan Kementerian PUPR untuk membangun TPA yang sesuai standar atau sistem sanitary landfill.
Oleh karena itu, ia berharap Kementerian PUPR menindaklanjuti perjanjian ini pada tahun anggaran 2023 yang akan datang. Dengan menggunakan TPA sistem sanitary landfill, maka penanganan sampah akan semakin baik.
“Sudah pada tahapan perencanaannya itu sudah OK. Saya sudah menandatangani fisik perencanaannya,” ungkapnya.
Ia menambahkan, jika TPA dibangun, maka pola pengelolaan sampah pun berubah dari rumah tangga hingga di TPA. Dari tahapan awal sampah harus dipilah sesuai jenisnya, yakni organik dan nonorganik dari rumah tangga, tempat publik maupun industri. Kemudian pengangkutannya pun dipisahkan.
“Sangat berubah, karena dia sudah harus pemilahan, pemisahan, daur ulang dan pemanfaatan. Jadi diharapkan itu 2023 itu sudah mulai dibangun dengan sistem sanitary landfill, jadi perlu bersabar,” pungkasnya. (rnc04)
Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com