Bersama ICW, Para Musisi dan Aktivis Hasilkan Lagu Bertema Perangi Korupsi

Kupang, RNC – Indonesia Corruption Watch (ICW) terus melakukan gerakan antikorupsi ke seluruh pelosok Indonesia. Kali ini gerakan tersebut dibangun dengan kolaborasi bersama musisi dan lembaga bantuan hukum APIK. Tema yang diangkat adalah “Frekuensi Perangkap Tikus, Menenun Suara Timur”.

Dalam konferensi pers yang digelar di Caffe Royal TDM, Kota Kupang, Kamis (12/12/2024), para musisi yang hadir yakni Leisplan, Marapu Band, HLF dan Navicula. Turut hadir Direktris LBH APIK, Ansi Damaris Rihi Dara dan Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW, Sigit Wijaya serta sejumlah influencer.

Pada kesempatan itu, Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW, Sigit Wijaya selaku produser musik Menenun Suara Timur mengatakan ICW terus mengajak seluruh elemen untuk bersama memerangi praktik korupsi yang terjadi di NTT. Konsep menggandeng para musisi ini sebagai salah satu cara untuk mengajak masyarakat dengan pesan-pesan musik atau lagu yang menceritakan tentang berbagai praktik korupsi yang terjadi di NTT.

“Kepercayaan publik tentang pemberantasan korupsi di Indonesia ini mulai berkurang. Nah, kenapa kita menggunakan musik dan kenapa NTT? Banyak musisi besar itu lahir dari Indonesia Timur, sehingga dengan budaya musik dan pesta itu perlu kami membuat dengan tema melawan korupsi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, korupsi di Indonesia sebagian besar hanya melirik penanganan kasus pada bidang barang dan jasa, sementara korupsi sendiri terjadi dan terdapat korban yakni masyarakat sendiri. Oleh karena itu, dengan berkolaborasi bersama para musisi yang memunculkan karya lagu yang bermakna perang terhadap korupsi, tentu bisa membangun kesadaran setiap kalangan bahwa korupsi adalah tindakan yang tidak baik. “Korupsi itu adalah kejahatan yang luar biasa, sehingga lawannya juga tidak harus dengan biasa,” ucapnya.

Sementara itu, musisi I Gede Robi Supriyanto menjelaskan dirinya bersama musisi-musisi lain yang berkolaborasi dengan ICW menggagas karya lagu tidak hanya dari studio. Namun dilakukan observasi langsung ke beberapa tempat yang menjadi lokus praktik korupsi dan terdapat korban. Hal ini dilakukan agar karya yang dihasilkan benar-benar menggambarkan tentang kejadian dan harapan serta perasaan masyarakat.

“Kenapa menggunakan jalur ini, karena seni itu dapat mengolah rasa, dan logika otak, karena saya melihat fine art, seni dengan tinggi, karena bisa punya dampak lingkungan. Dan pada era industri ini kami mau kembalikan seni musik itu punya makna rasa yang diungkapkan bukan sekadar hiburan,” jelasnya.

Selain itu, vocalis Marapu Band, Feryanto Pekabanda mengatakan karya lagunya yang berjudul “Tanah” yakni ungkapan perasaan masyarakat di Poco Leo, Labuan Bajo, Nagekeo di Lambo. Karya lagunya itu adalah bentuk perasaan umum tentang setiap masyarakat yang sedang berperang dengan berbagai kepentingan untuk mendapat kembali hak mereka atas tanah ulayatnya.

“Kalau mau jujur, proses membuat lagu kita di bawah ke sana. Kita melihat langsung kondisi rakyat dan tentu kita harus memperhatikan dampak di dua lokasi itu. Singkat cerita, bahwa dari berbagai proses yang dimulai dari bawah dan terlihat langsung dengan kondisi masyakarat, maka langsung keluar judul lagu Tanah,” ucapnya.

Vocalis Marapu ini pun mengajak seluruh masyarakat bisa sadar akan berbagai praktik korupsi. Dirinya sebagai musisi akan terus berkarya dengan meluncurkan karya musik dari perasaan rakyat yang bermakna perlawanan atas sikap korupsi.

Untuk diketahui, dalam konferensi pers itu juga dilakukan pra-launching karya musik dari Leisplan, Marapu Band, HLF dan Navicula. Dengan dukungan USAID Integritas, ICW menjadwalkan konser Kolaborasi Frekuensi Perangkap Tikus dengan tema Menenun Suara Timur yang akan dilaksanakan pada Sabtu (14/12/2024) di Gedung Auditorium Undana Kupang. Konser tersebut gratis dan terbuka untuk semua kalangan masyarakat. (rnc04)

Ikuti berita terkini dan terlengkap di WhatsApp Group RakyatNTT.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *