oleh

Cerita Maula Bulan: Anak Sulung Meninggal, Istri dan Anak Kembarnya Masih Misterius

Ba’a, RNC – Salah satu penumpang KN Kasih 25, Maula Erasmus Bulan dirundung duka mendalam. Ia bersama keluarganya, yakni istri dan tiga anaknya ikut tenggelam di Selat Pukuafu.

Masih beruntung ia selamat. Namun, anak sulungnya Felicia Bulan ditemukan meninggal dan dibawa ke Kupang. Sementara istrinya, Elisabet Bulan Poy bersama anak kembarnya Stefano dan Stefanya hingga Senin (6/7/2020) malam belum ditemukan.

BACA JUGA: Kisah Suami Istri Bersama 2 Balita yang Berjuang untuk Selamat dari Pukuafu

Ditemui RakyatNTT.com, di Puskesmas Eahun, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Senin (6/7/2020), Maula mengisahkan pada Minggu (5/7/2020) pagi, mereka berlima tak punya niat untuk menumpang lampara (kapal ikan) ke Rote Timur untuk menghadiri acara pemakaman mertuanya.

Maula dan keluarga berencana menumpang kapal fery di Bolok. Ia pun mengecek jadwal kapal ke ASDP. Namun ia mendapat informasi keberangkatan ditunda karena cuaca buruk. “Kitong panik karena mama mantu harus segera dikubur. Tinggal tunggu kitong dari Kupang,” kata Maula.

Ia pun menuju Pelabuhan Tenau untuk mengecek jadwal Kapal Bahari Express. Setibanya di pelabuhan ternyata loket belum dibuka. Informasi pun simpang siur. Belum ada kepastian kapal jadi berangkat atau tidak karena cuaca tidak memungkinkan.

“Kitong semua bingung. Kebetulan kakak punya kawan, karena sama-sama pelaut, yang mau bantu. Jadi dihubungi bisa (pakai lampara, Red),” cerita Maula.

keluarga pak Maula
Maula Erasmus Bulan bersama istri Elisabeth Bulan Poy dan anak Felichia (Icha) Bulan serta si kembar Stefano dan Stefania Bulan. (Foto: IST).

Ia bersama istri dan ketiga anaknya pun berkemas dan menuju pantai Tablolong. Sejumlah keluarga lain pun ikut serta. Sekira pukul 09.15, kapal berangkat. Sejak keluar dari Tablolong, kapal terus dihantam gelombang. Walau begitu, kapal terus melaju hingga hampir melewati Selat Pukuafu.

“Memang gelombang tinggi. Beta pung anak tiga-tiga dengan istri su muntah semua. Jadi beta peluk perempuan besar dengan adik laki-laki. Dong pung mama pelok yang nona kecil,” kata Maula.

Gelombang kian tinggi. Namun mereka hanya pasrah. Ia pun berdoa dalam hati. Lalu mengajak istrinya ikut berdoa. Berharap gelombang cepat mereda dan kapal bisa melewati Pukuafu, selat yang sangat berbahaya.

Hantaman gelombang tinggi bertubi-tubi membuat kapal miring. Posisi kapal belum stabil, dihantam lagi dengan gelombang bertubi-tubi. Kapal pun terbalik. Semua penumpang terhempas keluar kapal.

Para penumpang masih berupaya berpegangan pada sisi kapal. Namun terkadang terlepas karena dihempas ombak. “Istri dengan anak terlepas dengan beberapa orang. Beta mau ambil juga setengah mati,” katanya.

Ia mengaku berusaha sekuat tenaga untuk bertahan bersama istri dan anak-anaknya dengan berpegangan pada tali kapal. Namun ombak tinggi pun terus-terusan menghempas tubuh mereka. “Terakhir tali telepas tapi beta tarik kembali. Saat kembali pi bodi, maitua dengan anak sudah telepas. Sonde ada lai. Mungkin gelombang itu sama-sama telepas,” urai Maula.

Ia terpencar dengan keluarganya. Ia pun mengaku hanya bisa pasrah menanti pertolongan Tuhan. “Beta pung perempuan besar (Felicia) meninggal dan su di Kupang. Sepupu dan keluarga su jemput. Maitua dengan beta pung kembar laki-laki dengan perempuan ini yang belum dapat,” kata Maula.

Ia mengatakan, kondisi para penumpang sudah tak memungkinkan untuk bertahan. Semuanya sudah dalam kondisi lemah. Beruntung tak lama kemudian, datanglah dua perahu nelayan dari Tablolong. “Beta ju sonde kuat lai. Beta pegang tali di perahu, gelombang datang kapal pukul di badan, jadi badan sakit semua,” kata Maula.

BACA JUGA: Dari 28 Penumpang, 22 Sudah Ditemukan, 6 Masih Hilang, Ini Nama-namanya

Peristiwa naas itu terjadi sekira pukul 12.00. Bangkai kapal yang masih terapung itu dimanfaatkan ABK untuk meminta pertolongan. Salah satu ABK berdiri di atas bangkai kapal dan mengibas-ngibaskan baju seraya berharap ada kapal yang melintas dan melihat mereka. Beruntung ada dua kapal ikan yang berada tak jauh dari posisi mereka dan langsung merapat.

Sejumlah penumpang ditolong oleh dua kapal tersebut dan langsung dibawa ke Rote Timur. Maula pun berharap istri dan anak kembarnya Stefano dan Stefanya bisa ditemukan secepatnya. (rnc12)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *