Kupang, RNC – Industri garmen di NTT masih dikuasai orang luar NTT. Itupun masih berskala kecil. Namun, kini sudah hadir CV Watukosek yang digawangi anak-anak NTT. Omzetnya sudah mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
CV Watukosek kini membuka cabang di beberapa daerah di NTT, seperti Belu, Malaka, Sumba Timur, Ende dan Kupang. Bahkan ada cabang di Bandung, Jawa Barat. Namun, awalnya, perusahaan garmen ini bermula dari sebuah toko kecil.
Direktris CV Watukosek, Bonifasia Kollo kepada media ini, Rabu (24/8/2022), menjelaskan perusahaan ini berdiri tahun 2014 lalu. Saat ini sudah mulai berkembang pesat. Bahkan di Kota Kupang sendiri terdapat tiga cabang. Mimpinya ke depan perusahaan menjadi perusahaan garmen terbesar di NTT yang dimiliki anak-anak NTT.
Karyawan yang ada di perusahaan ini mencapai 43 orang. Mereka per hari memproduksi 500 sampai 600 pieces bordiran. Sedangkan untuk potongan mencapai 120 pieces dan jahitan sebanyak 50 pieces. “Kalau untuk setelan jas satu hari hanya satu, karena kami utamakan kualitas sehingga harus teliti,” kata Bonifasia.
Ia mengatakan, tak hanya melayani pesanan dari perorangan, mereka juga melayani order dari instansi pemerintah, seperti dari Pemda Sabu Raijua, TTS, Sumba, Lembata, Malaka dan sebagainya. “Dari Lembata untuk jas kepala desa satu kabupaten. Dan jas anggota dewan Malaka, termasuk 2.000-an seragam linmas,” sebut Bonifasia.
Ia juga mengatakan karyawannya di-training hingga menjadi terampil. Awalnya karyawan direkrut dari lulusan sekolah kejuruan. Namun, belakangan anak-anak putus sekolah juga direkrut, selanjutnya dilatih hingga mahir. “Kita rekrut dari berbagai daerah di NTT,” katanya.
Manajer, Alfonsius Asa menambahkan selama ini bahakn baku masih diambil dari Bandung dan Jakarta. Namun, untuk pewarnaan mereka sudah punya peralatan celupan sendiri. Bahan yang digunakan adalah jenis woll dan superwoll. Namun, mereka juga menyesuaikan dengan orderan dari konsumen.
“Target kita ke depan semoga makin maju dan akan datangkan mesin bordir 24 kepala dengan produksi di atas 1.000 pieces per hari,” kata Alfons.
Anton, desainer di CV Watukosek mengatakan, di NTT masih banyak anak-anak yang butuh pekerjaan. Ada yang hanya tamatan SMP. Sayang kalau mereka tidak dilatih keterampilan untuk menjahit. Oleh karena itu, ia berpikir harus melatih anak-anak NTT untuk bisa maju. “Jadi kita pikirkan bagaimana melatih anak-anak NTT untuk bisa punya keterampilan. Yang tidak sekolah pun kita latih dan ternyata bisa. Puji Tuhan semua lancar-lancar,” kata pria asal Bandung ini. (rnc)
Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com