Jakarta, RNC – Sebanyak enam Calon Ketua Umum (Caketum) PSSI keluar dari ballroom Hotel Shangri-La di tengah berlangsungnya Kongres Luar Biasa (KLB). Keenam Caketum itu keluar setelah mendapatkan peringatan dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria.
Para Caketum yang keluar itu adalah Fary Djemy Francis, Vijaya Fitriyasa, Yesayas Octavianus, Aven Hinelo, Benny Erwin dan Sarman El-Hakim. Menurut Vijaya, kejadian berawal dari Fary yang mengajukan interupsi di tengah kongres.
Fary bermaksud menanyakan beberapa hal yang sebelumnya tidak dijelaskan PSSI secara rinci, seperti tata cara pemilihan, para voters (pemilik suara), dan penyebab dibatalkannya acara debat antara Caketum yang awalnya akan disiarkan di televisi (TV) nasional. Mereka akhirnya maju bersama-sama ke depan untuk menyampaikan interupsi tersebut ke perwakilan FIFA, yakni Head of Member Association Governance Service, Luca Nicola, dan Development Manager Southeast and East Asia, Lavin Vignesh.
Namun, keenam Caketum itu justru dihalangi oleh salah seorang sekuriti. Vijaya menerangkan terjadi pendorongan terhadap Fary yang berlanjut ke perdebatan. Kemudian, Sekjen PSSI memperingatkan kepada para Caketum yang tidak setuju untuk keluar dari ballroom. Setelah itu, Vijaya beserta kelima Caketum lainnya pun keluar dari ballroom.
“Tadi setelah ceremony, acara kongres dimulai dengan para Exco (Komite Eksekutif) duduk di depan dan Bu Sekjen memimpin sidang kemudian Pak PLT Ketum (Iwan Budianto) menyatakan acara resmi dibuka. Setelah itu, Bu Sekjen memimpin roll out dan saat itu Pak Fary Djemi Francis selaku Caketum melakukan interupsi guna meminta penjelasan beberapa hal yang selama ini tidak pernah PSSI jelaskan,” kata Vijaya, kepada para wartawan, Sabtu (2/11/2019).
“Seperti pada 26 Oktober saat kami mendaftar, resmi disampaikan akan diberi tahu mengenai tata cara pemilihan dalam kongres kepada seluruh kandidat Ketum, Wakil, dan Exco tapi sepihak dibatalkan tanpa ada penjelasan. Kemudian pada 31 Oktober, dijanjikan ada debat kandidat di salah satu stasiun televisi nasional supaya para voter dan seluruh rakyat Indonesia bisa melihat visi dan misi masing-masing calon, tapi juga dibatalkan tanpa ada alasan yang jelas,” sambung Vijaya.
“Nah, sampai saat ini kami tidak pernah tahu bagaimana tata cara pemilihan dan voters-nya. Sementara surat FIFA mempertanyakan bagaimana Anda menentukan voters sedangkan kompetisi masih berlangsung. Kemudian, kami maju bersama-sama ke depan menyampaikan itu. Pak Fary mau menyampaikan kepada FIFA tapi dihalangi security kemudian Pak Fary didorong hingga terjadi perdebatan. Ada security menyatakan, ‘Anda keluar.’ Kemudian ada pernyataan dari Sekjen yang menyatakan, ‘Kandidat yang tidak setuju dengan kongres silakan keluar.’ Karena sudah dikasih warning seperti itu maka tidak ada gunanya lagi kami di dalam,” pungkasnya. (dji/okz/rnc)