oleh

Gubernur NTT Sebut Sarjana Peternakan Tidak Laku, Ini Respon Dosen dan Alumni Fapet Undana

Kupang, RNC – Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menyebutkan banyak sarjana di Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak laku. Hal ini disampaikan Viktor saat menjadi pembicara dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Flores (Uniflor) yang digelar secara virtual, Kamis (2/9/2021).

Viktor mengatakan, sarjana yang tidak laku misalnya sarjana peternakan. Sebab tidak banyak bidang peternakan yang berkembang di NTT. Selain sarjana peternakan, sarjana pertanian juga tidak laku. Pernyataan Viktor ini mendapat respon dari dosen dan alumni Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.

Dosen Fapet Undana, Ir. Umbu Laiya Sobang, M.Si., mengatakan, pernyataan Gubernur Viktor bisa saja benar. Namun pernyataan tersebut juga menjadi bola liar karena tidak disertai data dan fakta.

Menurut Umbu, jika dilihat dari data yang juga merupakan produk Badan Pusat Statistik (BPS) NTT, tertera secara jelas bahwa struktur ekonomi NTT tahun 2020 dari sektor pertanian secara umum termasuk peternakan masih dominan dengan kontribusi sebesar 28,51 %.

“Artinya bahwa pendorong berkembangnya sektor lain baik sekunder dan tersier masih ditentukan sektor ini. Belum lagi hasil ternak dan peternakan dijual untuk mendukung sektor pendidikan, kuliahkan anak, buat rumah yang layak huni, biayai kesehatan yang mahal. Juga sebagai buffer ketika terjadi rawan pangan,” ujar Umbu kepada media ini, Minggu (5/9/2021).

Umbu juga menyinggung soal ternak dari NTT yang diantarpulaukan, dimana setiap tahunnya ada sekitar 50 ribu ekor ternak besar (sapi, kuda, kerbau) yang diantarpulaukan ke Jawa dan pulau-pulau lain. Jika dikonversi ke rupiah dengan rata-rata 8 juta saja per ekor, sektor peternakan sudah memasukan 400 miliar per tahun. Usaha dan niaga ternak sapi juga memberikan dampak ekonomi bagi penjual rumput dan tali di pasar hewan, pedagang, pengumpul, pemilik transportasi dan lain-lain.

“Yang kirim ternak hanya pihak swasta, mungkin juga alumni peternakan dan pertanian ada di dalam. Dan sampai saat ini belum terdengar ada usaha peternakan yang dikelola pemerintah sehingga memberikan kontribusi signifikan untuk daerah,” tegasnya

Jika Gubernur Viktor ingin mengevaluasi tingkat pengangguran sarjana di NTT, menurut Umbu harus ada data yang memetakan tingkat pengangguran sarjana berdasarkan kompetensi keilmuan.

“Kalau mengatakan bahwa sarjana peternakan dan pertanian tidak laku, terus bagaimana dengan kompetensi ilmu lain seperti FISIP, Hukum, MIPA dan lain-lain? Jika alumni dari ilmu-ilmu ini sudah bekerja dan terserap, kenapa ekonomi NTT tidak bergerak maju?” tanya Umbu.

Umbu menambahkan, terkait masalah pengangguran, jangan hanya lembaga pendidikan yang disorot. Sebab pemerintah juga punya tanggungjawab menyiapkan lapangan kerja sehingga output lembaga pendidikan bisa diuji kemampuannya. Oleh karena itu, saat ini yang jauh lebih penting adalah Pemda harus terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi, ketimbang saling menyalahkan.

“Apakah Pemda baik propinsi maupun kabupaten siap bekerjasama dengan kampus untuk menerjunkan mahasiswa selama satu atau dua semester ke desa-desa untuk membantu menggerakkan sektor pertanian dan peternakan? Kalau point ini belum dilakukan, maka hemat saya janganlah kita saling menyakiti sebagai sama saudara di daerah tercinta ini,” katanya.

“Kita belajar menyelesaikan tugas kita masing-masing, karena penilaian dilakukan oleh pihak yang berbeda. Yang nilai kami berhasil atau tidak itu Kemendikbudristek. Tapi kalau Pemda, saya kurang tahu siapa yang memberikan penilaian. Jika gubernur ingin kami bantu, silakan luangkan waktu berdiskusi atau berdialog dengan kami semua,” pungkasnya.

Sementara itu, Yonathan Gah, salah satu alumni Fapet Undana menyarankan Gubernur NTT agar bisa meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan dosen serta para alumni peternakan di NTT. Dengan diskusi, gubernur bisa tahu kontribusi alumni peternakan dan pertanian di NTT, sekaligus tahu seputar kendala yang dihadapi.

(rnc)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *