Jakarta, RNC – Ahli seismik Belanda yang sempat meramalkan Gempa Turki, Frank Hoogerbeets, kembali memberi ramalan baru soal gempa besar. Kali ini, menurutnya, di awal Maret akan ada gempa dahsyat baru dengam magnitudo 8.
Tak tanggung-tanggung, tiga wilayah RI masuk dalam potensi gempa yang ia jabarkan di Youtube SSGEOS, seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Sabtu (4/3/2023). Ini khususnya wilayah Indonesia Tengah dan Timur.
“Sulawesi, Halmahera, mungkin Laut Banda, Indonesia,” katanya menerangkan kemungkinan gempa.
Sebenarnya, Hoogerbeets membuat ramalan berdasarkan gerak benda langit. Di mana ia menyebut Maret sebagai bulan yang kritis.
Menurutnya ada “konvergensi geometer” planet yang kritis sekitar 2 hingga 5 Maret. Itu data mengakibatkan aktivitas seismik besar hingga sangat besar, bahkan mendorong gempa sekitar 3 dan 4 Maret atau 6 dan 7 Maret.
Disebutnya wilayah RI merupakan dampak dari konvergensi itu. Menurutnya wilayah yang terkena dampak berada di semenanjung Kamchatka dan Kepulauan Kiril, Rusia lalu ke Filipina dan Indonesia.
Terlihat pula dalam penjelasannya peta bumi dengan garis ungu, tanda di mana gema kemungkinan terjadi. Gambar jangkauan gempa itu juga memperlihatkan Kepulauan Sunda Kecil seperti Bali, NTB, dan NTT.
Meski demikian, ia menegaskan ini hanya peringatan. Menurutnya apa yang dikatakannya bukan untuk menakut-nakuti.
“Jika kamu berada di wilayah rentan gempa, kamu harus selalu membuat rencana gempa. Apapun ramalannya, kamu harus membuat rencana,” tegasnya.
“Jadi ketika tanah bergerak, kamu bisa keluar dari rumah atau bangunan dengan cepat … Kamu harus ekstra waspada,” tambahnya lagi.
Hoogerbeets sebelumnya meramalkan gempa Turki, tiga hari sebelum kejadian. Gempa dengan magnitudo 7,8 pada 6 Februari menewaskan sekitar 50.000 orang.
“Cepat atau lambat akan ada gempa magnitudo 7,5 di wilayah ini (Turki selatan-tengah, Yordania, Suriah, Lebanon),” tulis Hoogerbeets, 3 Februari 2023.
Setelahnya, ramalan itu menjadi viral di media sosial karena gempa dahsyat benar-benar terjadi di Turki. Hoogerbeets pun menjelaskan dalam tweet baru bagaimana dia menebak tragedi tersebut.
Pendapat Kontra
Meski demikian, beberapa pihak tetap kontra dengan metode gempa Hoogerbeets. Kepala Penelitian Geofisika cabang Kamchatka dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Danila Chebrov menggambarkan prediksi Hoogerbeets sebagai sesuatu yang ‘amatir’.
“Hubungan antara pergerakan planet di tata surya dan aktivitas seismik di Bumi cukup lemah, dan itu akan menimbulkan persoalan jika menggunakannya sebagai alat prognostik utama,” jelas Chebrov, dikutip dari media B29 dan NPR. (*/cnbc/rnc)
Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com