Kupang, RNC – Sejak September lalu, angka positif covid-19 di NTT melonjak tajam. Bahkan, angka kematian akibat covid-19 di NTT juga naik. Kini tercatat ada 17 orang meninggal.
Seiring bertambahnya angka covid-19, sejumlah pasien maupun keluarga pasien sangsi dengan hasil swab test. Pasalnya, ada pasien yang nonreaktif saat rapid test, tapi dinyatakan positif ketika swab test.
Terkait hal ini, Ketua Tim Pool-Test Laboratorium Biokesmas NTT, Fima Inabuy, Ph.D saat ditemui RakyatNTT.com di Gedung Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT, di Klinik Pratama Universitas Nusa Cendana Kupang, Kamis (19/11/2020), mengatakan hasil rapid-test memang tidak spesifik mendeteksi covid-19 dibanding pemeriksaan dengan metode PCR (polymerase chain reaction). Untuk mendeteksi virus sars cov-2 atau Covid-19, PCR memiliki spesifikasi dan sensitifitas yang lebih baik.
Oleh karena itu, jika seseorang saat rapid test lalu hasilnya reaktif, belum tentu positif covid-19 atau sebaliknya hasilnya nonreaktif belum tentu negatif covid-19. “Maka dari itu untuk mengetahui pasti, harus melewati test swab-PCR. Karena rapid-test itu, dia mendeteksi atau mengukur adanya antibodi. Adanya perlawanan tubuh terhadaap infeksi virus. Namanya rapid antibodi,” kata Fima.
Menurutnya, rapid-test hanyalah langkah penanganan yang membantu untuk mengurangi jumlah sample swab. Sebab laboratorium yang menggunakan metode PCR di NTT hanya 2, yakni di Laboratorium Biomolekuler RSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang dan Laboratirum Biokesmas yang saat ini menerapkan pool-test atau test berkelompok.
BACA JUGA: 12 Positif Covid-19 di Lembata Transmisi Lokal, Ada 1 Balita dan 1 Lansia
Fima menjelaskan, sebagian besar daerah di Indonesia menerapkan rapid-test antibodi. Ini belum bisa mendeteksi covid-19 secara tepat apabila seseorang berkontak dan terjangkit covid-19 dalam waktu yang belum lama atau sebelum masa inkubasi virus menjadi matang pada tubuh manusia.
Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan test swab dengan metode PCR sehingga bisa jelas diketahui. Namun, menurutnya, dalam perkembangan saat ini sudah ada rapid antigen yang bisa secara cepat mendeteksi virus. Walau begitu, untuk lebih jelas harus dengan metode PCR.
“Jadi memang bukan hal yang mengejutkan kalau memang ada hasil yang berbeda. Kalau untuk menggunakan rapid antigen juga bagus, namun sekali lagi, itu hanya untuk screening. Artinya untuk memperkecil jumlah swab,” pungkasnya.
(rnc04)