Kupang, RNC – Dalam paripurna ke-4 Sidang II tahun 2020, Rabu (17/6/2020) malam, Wali Kota Kupang, Dr. Jefirstson Riwu Kore sempat berseteru dengan anggota DPRD Kota Kupang, Theodora Ewalde Taek. Perseteruan ini bermula ketika Ewalde Taek menuding Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang tidak mempedulikan nasib dua keluarga di Kelurahan Lasiana Kecamatan Kelapa Lima selaku penerima bantuan program bedah rumah.
BACA JUGA: Sedang Seleksi Direksi PD Pasar yang Baru, Ini Harapan Pemkot
Menurut Ewalde, dua keluarga tersebut kini tinggal di gubuk reot dengan kondisi memprihatinkan karena rumah yang sudah dibongkar oleh Pemkot Kupang tidak kunjung dibangun. Anggota DPRD Kota Kupang dua periode itu bahkan menuding Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore melakukan pencitraan.
Kepada awak media di ruang kerjanya, Jumat (19/6/2020), Jefri Riwu Kore (Jeriko) akhirnya membeberkan alasan mengapa dirinya sampai dirinya berseteru dengan Ewalde Taek yang juga Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB). Menurut Jeriko, tuduhan Ewalde sangat tidak benar. Pasalnya, Pemkot Kupang hingga saat ini belum mengeluarkan perintah untuk membongkar rumah milik dua keluarga penerima bantuan program bedah rumah.
Jeriko mengaku, saat berkunjung ke rumah dua keluarga di Lasiana, dia telah menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan kerja (rehab rumah, red) nantinya, penerima bantuan bedah rumah akan direlokasi sementara selama 10 hari di rumah dinas walikota atau hotel yang telah bekerja sama dengan Pemkot Kupang. Sementara untuk biaya penginapan akan ditanggung oleh beberapa pengusaha bersama Ketua Komisi III DPR RI Herman Hery dan Senator Hilda Riwu Kore-Manafe. “Total uang yang sudah dianggarkan sekitar Rp 350 juta. Nanti sebagian anggota keluarga tinggal di rumah jabatan dan sebagiannya tinggal di hotel. Selama 10 hari kita pulangkan karena rumah sudah jadi. Tapi saya belum perintahkan untuk bongkar rumah,” jelasnya.
Jeriko mengatakan, dalam persidangan itu, dia sempat marah mendengar perkataan Ewalde yang sangat tendensius dan menyerang pribadinya. Pasalnya, dia disebut tinggal nyaman di rumah jabatan dan tidak memperhatikan nasib dua keluarga yang menetap di gubuk reot. “Saya disebut melakukan pencitraan dan menyusahkan warga. Jadi saya kaget. Kalau mau mengeritik pemerintah sih its okay karena selama ini teman-teman dewan biasa mengeritik. Tidak apa-apa, tapi tidak dalam konteks pribadi,” ucapnya.
BACA JUGA: Kota Kupang Inflasi 0,15 Persen, Begini Kebijakan Khusus Pemkot
Sebagai pemimpin di kota kasih ini, Jeriko menegaskan, dirinya tidak pernah anti terhadap kritikan. Namun apabila kritik itu tertuju kepada pribadinya dengan kalimat yang tidak layak, maka dia akan melakukan pembelaan diri.
“Kita bukan malaikat, kita hanya manusia biasa yang punya kakurangan. Jadi kita bekerja harus jujur dan benar sebab kita juga bertanggungjawab kepada Tuhan,” pungkas mantan anggota DPR RI dua periode ini. (rnc04)
Sepakat pak walikota