oleh

Komodo Vs Truk, #SaveKomodo Bergema di Medsos

Jakarta, RNC – Foto komodo yang berhadap-hadapan dengan truk di Pulau Rinca, bikin netizen murka. Mereka menggaungkan #savekomodo di Twitter dan menjadi trending topic.

Pembangunan Taman Nasional Komodo untuk mendukung status destinasi superprioritas ini sudah dimulai di sana. Namun pembangunan itu diprotes beberapa kalangan karena alat-alat berat masuk ke wilayah yang selama ini tidak pernah dimasuki kendaraan. Mereka khawatir ekosistem akan rusak dan membuat komodo perlahan-lahan musnah.

“ah yes, jurassic park but the animals are gonna be extinct, nice one indonesia #savekomodo,” ujar seorang netizen.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) lewat Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekowisata (KSDAE) KLHK, Wiratno, kepada detikcom mengatakan di wilayah tersebut saat ini dilakukan pembangunan sarana prasana penunjang pariwisata.

“Terkait dengan foto yang tersebar di media sosial tersebut dapat dijelaskan bahwa kegiatan aktifitas pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat dilakukan karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian,” kata Wiratno.

Pulau Rinca memiliki luas 20.000 hektare, sementara luas Lembah Loh Buaya adalah 500 hektare atau 2,5 persen dari luas Pulau Rinca. Estimasi populasi komodo di Pulai Rinca pada 2019 diperkirakan sebanyak 1.300 ekor, sementara populasi komodi di Lembah Loh Buaya sekitar 66 ekor.

Wiratno menyebut populasi komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil, dengan kecenderungan sedikit peningkatan di 5 tahun terakhir. Menurutnya, jumlah komodo yang sering berkeliaran di sekitar area pembangunan sarana dan prasarana di Loh Buaya diperkirakan kurang dari 15 ekor, dan komodo tersebut setiap pagi memiliki perilaku berjemur.

BACA JUGA: Ini Proyek-proyek yang Sedang Digarap di Taman Nasional Komodo

“Aktivitas pembangunan pariwisata selama ini sedikit mempengaruhi perilaku komodo, antara lain komodo lebih berani dan menghindari manusia, tetapi tidak mempengaruhi tingkat survivalnya/tingkat kebertahanan hidup (ardiantiono et al 2018). Hal ini dapat dibuktikan dengan tren populasi yang tetap stabil di lokasi wisata Loh Buaya tersebut,” ujar Wiratno.

“Artinya, apabila dikontrol dengan baik dan meminimalisasi kontak satwa, maka aktivitas wisata pada kondisi saat ini dinilai tidak membahayakan populasi komodo area wisata tersebut,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Wiratno menyatakan pengunjung di Pulau Rinca selama masa pandemi COVID-19 ini berkisar 150 orang tiap bulan atau sekitar 10-15 orang per hari. Untuk mencegah dampak negatif dari pembangunan sarana dan prasarana di kawasan tersebut, kata Wiratno, dilaksanakan protokol pengawasan terhadap satwa komodo yang dilakukan oleh 5-10 ranger atau polisi hutan di Taman Nasional Komodo.

“Setiap dilakukan aktivitas pembangunan, ranger TN Komodo yang bertugas di Lembah Loh Buaya akan melakukan pemeriksaan keberadaan komodo, termasuk di kolong-kolong bangunan, bekas bangunan, dan di kolong truk pengangkut material,” tuturnya.

(*/dtc/rnc)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *