oleh

Kurikulum Merdeka Kontradiktif dengan Visi dan Misi Gubernur NTT?

Oleh Rudolof P. Hinadonu, M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Kupang

Sekilas tentang Kurikulum

Kurikulum adalah inti pendidikan untuk membantu mengembangkan potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik agar berkembang sesuai dengan harapan masyarakat. Menurut Wina Sanjaya, kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konsep yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, pengalaman belajar dan program belajar. Sedangkan menurut UU nomor 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1975 adalah kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1993 dengan suplemennya tahun 1999, KBK 2004, KTSP 2006, KTSP 2013 (atau yang dikenal dengan K-13). Pada masa pandemi covid-19 diberlakukan kurikulum darurat yang merupakan penyederhanaan terhadap K-13.

Kurikulum Merdeka

Kurikulum ini disebut juga dengan kurikulum prototype, sebagai kurikulum untuk pemulihan pembelajaran terhadap learning loss. Karateristik dari kurikulum merdeka antara lain, pertama, pembelajaran berbasis projek yang memberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning), mengintegrasikan kompetensi esensial yang dipelajari peserta didik dari berbagai disiplin ilmu dan struktur belajar yang fleksibel. Kedua, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Ketiga, pendekatan pembelajaran adalah mata pelajaran atau tematik atau lainnya. Keempat, berbasis kompetensi yaitu capaian pembelajaran meliputi rangkaian pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kelima, struktur kurikulum adalah intrakurikuler dan kegiatan projek. Intrakurikuler merupakan tatap muka di kelas.
Kurikulum merdeka memberikan kebebasan kepada pendidik dan peserta didik untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran yang relevan dan praktis, bahkan pendidik dan peserta didik lebih kreatif dan inovatif. Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memberikan kebebasan kepada pendidik dan peserta didik dalam merdeka belajar dan merdeka mengajar, bahkan harus merdeka konten yaitu mengkonstruksi konten atau materi ajar sendiri selain materi yang disyaratkan oleh kompetensi yang ingin dicapai dan merdeka konteks.

Baca Juga:  Sholat Idul Fitri, Pj. Gubernur NTT Ajak Umat Pererat Persatuan dan Kesatuan

Ditinjau dari Visi dan Misi Gubernur NTT

Visi Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, NTT bangkit mewujudkan masyarakat sejahtera dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Misi Beliau antara lain mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan adil; membangun NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional (ring of beauty); meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur untuk mempercepat pembangunan; meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mewujudkan reformasi birokrasi pemerintahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Amanat kurikulum merdeka secara implisit tergambar dalam visi dan misi Gubernur NTT. Point 2 dan 4 dari misi Gubernur NTT syarat akan makna dan ide untuk pembangunan dunia pendidikan NTT yang berbasis budaya atau kearifan lokal. Hal ini berarti, sebelum kurikulum merdeka ini dicanangkan, misi Gubernur NTT berimplikasi pada merdeka belajar, merdeka mengajar, merdeka konten dan merdeka konteks.

Berdasarkan misi Gubernur NTT dapat dikonstruksi kurikulum merdeka berbasis budaya atau kearifan lokal yang ada di berbagai suku di NTT. Contoh-contoh budaya atau kearifan lokal yang dapat dijadikan sumber pembelajaran atau materi ajar diantaranya gula air, tenun ikat, padoa (Sabu) atau Lego-lego (Alor), pesta adat Reba (Ngada)proses peminangan, bubu (alat tangkap ikan orang Alor), tarian, rumah adat dan berbagai budaya atau kearifan lokal lainnya. Pengembangan kurikulum merdeka berdasarkan kearifan lokal gula air pada berbagai mata pelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut.
Matematika; Pada proses sadap nira, ide-ide matematika yang dapat diajarkan diantaranya fungsi, trigonometri, geometri (volume dan kesebangunan, vektor), kalkulus (irisan kerucut, integral).

Pada proses masak gula air dapat diajarkan integral untuk menghitung volume alat-alat masak, haik. Pada proses penjualan, dapat diajarkan konsep fungsi. Fisika; Pada proses sadap nira, ide-ide fisika yang dapat diajarkan diantaranya mekanika (gerak jatuh bebas, pengukuran grafitasi), hukum kekekalan energi, momentum. Pada proses masak gula air dapat diajarkan diantaranya suhu dan kalor. Biologi; Pada proses sadap maupun masak, ide-ide biologi yang dapat diajarkan diantaranya karbohidrat, unsur hara, sifat biologis tanah. Kimia; Pada proses sadap maupun masak, ide-ide kimia yang dapat diajarkan diantaranya proses pemisahan campuran, sifat koligatif larutan, derajat asam dan basa (PH dan POH), kristalisasi, ikatan kimia.

Baca Juga:  Sholat Idul Fitri, Pj. Gubernur NTT Ajak Umat Pererat Persatuan dan Kesatuan

Ekonomi; Pada tahap penjualan ide-ide ekonomi yang dapat diajarkan diantaranya pasar atau marketing, prinsip ekonomi, permintaan dan penawaran. Geografi; Ide-ide yang dapat diajarkan diantaranya adalah struktur tanah, suhu atau iklim. Bahasa Indonesia; wacana tentang gula air, teks prosedur. Bahasa Inggris; teks atau wacana dibuat dari proses masak sampai pemasaran, tenses. Pendidikan Seni Budaya; artefak-artefak (peralatan sadap, masak). Prakarya; alat sadap nira, alat masak gula air, proses sadap nira, pemeliharaan dan kebersihan alat-alat sadap dan masak. Sosiologi; proses interaksi sosial saat proses sadap sampai dengan proses pemasaran. Sejarah; deskripsi tradisi-tradisi dan sejarah sadap nira dan masak gula air.

Pembelajaran dengan materi gula air seperti yang diidentifikasi di atas dapat mengembangkan kemampuan kreatifitas baik pendidik maupun peserta didik. Misalnya, peserta didik dapat melakukan projek untuk mengetahui berapa volume gula air yang dihasilkan bila proses masaknya menggunakan nira dengan volume tertentu. Hal ini dapat membawa peserta didik merumuskan fungsi yang inputnya volume nira dan hasilnya adalah volume gula air.

Peserta didik akan mengkonstruksi sendiri prosedur mereka untuk menghitung volume gula air berdasarkan volume alat masak menggunakan integral. Peserta didik juga dapat menggali pengetahuan tentang kualitas gula air pada bulan-bulan tertentu, misalnya membandingkan kualitas gula air yang diproduksi pada bulan April dan bulan Oktober. Jika ada perbedaan apa penyebabnya. Peserta didik dapat menyelidiki atau menggali pengetahuan dari cara pembuatan tungku masak dan bahan-bahan yang digunakan, belajar membuat haik (media penyimpanan nira).

Proses pembelajaran seperti ini memfasilitasi peserta didik belajar seperti seorang ahli. Pembelajaran berbasis gula air juga dapat memacu pengembangan ekonomi masyarakat. Misalnya, peserta didik diminta untuk menghitung volume haik maka mereka atau sekolah harus menyediakan haik sebagai media pembelajaran. Hal ini dapat mendorong pengrajin haik untuk memproduksi haik untuk memenuhi kebutuhan sekolah-sekolah di NTT.

Baca Juga:  Sholat Idul Fitri, Pj. Gubernur NTT Ajak Umat Pererat Persatuan dan Kesatuan

Selain pengrajin mendapat penghasilan yang merupakan jawaban terhadap point 1 misi Gubernur NTT, mereka juga punya peran memajukan pendidikan yang selama ini tidak terjadi, bahkan uniknya media pembelajaraan di sekolah berbasis budaya dan kearifan lokal.

Implikasi dari pengembangan kurikulum merdeka berdasarkan visi dan misi Gubernur NTT adalah sebagai berikut: (1) Pengembangan NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional (ring of beauty) dimulai dari dunia pendidikan. Dunia pendidikan sebagai ikon untuk mewujudkan NTT sebagai pusat destinasi wisata. Informasi tentang potensi wisata dapat diperoleh dari peserta didik yang merupakan generasi penerus sehingga budaya dan kearifan lokal tidak hilang dan terus terpelihara; (2) bahan ajar berbasis budaya atau kearifan lokal; (3) peserta didik di suatu kabupaten/kota memahami budaya yang ada di kabupaten/kota lainnya; (4) seluruh budaya atau kearifan lokal akan diketahui oleh semua warga karena penduduk suatu wilayah berasal dari berbagai suku di NTT; (5) peserta didik belajar seperti seorang ahli; (6) mata pelajaran muatan lokal terintegrasi dalam semua mata pelajaran.

Konstruksi kurikulum merdeka berdasarakan visi dan misi Gubernur NTT dapat mendorong pemerintah provinsi NTT untuk menyediakan sarana prasarana yang menggambarkan NTT mini yaitu suatu tempat yang menyediakan berbagai budaya atau kearifan lokal NTT yang dijadikan sebagai destinasi wisata budaya (kultur wisata) sekaligus menjadi sumber belajar (eduwisata) dan pusat pengembangan ekonomi (ekowisata). (*)

Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *