oleh

“Loncatan Paradigma Gubernur VBL Dibunuh Hegemoni Media Sosial”

Oleh Gulam Bahri

Kord. Jaringan Milenial Flobamorata

 

HAMPIR seluruh beranda media sosial dipenuhi pemberitaan kebijakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, terkait dengan aturan masuk sekolah pada pukul 05.00 Wita, telah menuai beragam respon masyarakat. Kritikan keras hingga cemoohan berbagai elemen masyarakat, terpampang begitu massif. Jika menilik ke belakang, persoalan peningkatan kualitas SDM dengan upaya perbaikan mutu pendidikan, adalah salah satu agenda prioritas pemerintahan Bapak Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nai Soi.

Saat pilkada tahun 2019 lalu, Bapak Viktor Laiskodat begitu lantang menyuarakan peningkatan kualitas SDM dan perbaikan mutu pendidikan di NTT, bahkan memiliki visi untuk bisa menyekolahkan 10.000 anak – anak NTT keluar negeri. Hal ini tentu beralasan, dimana sosok Viktor Laiskodat sendirilah sebagai monumen hidup perjuangan anak NTT yang ingin mengenyam pendidikan.

Ia pernah merasakan getirnya perjuangan hidup demi tetap bersekolah. Dengan segala keterbatasannya dahulu, beliau tetap gigih menyambung hidup sembari tetap melanjutkan pendidikannya di institusi pendidikan formal. Gubernur Viktor Laiskodat beberapa kali melakukan terobosan ‘nyentrik’ dalam kebijakannya, termasuk soal pendidikan.

Dalam beberapa waktu belakangan ini, kebijakan Gubernur NTT dengan membuat aturan masuk sekolah pukul 05.00 pagi, menuai gempuran kritik yang keras. Namun, jika kita melihat mimpi Gubernur VBL untuk membangun pendidikan, ia melakukannya dengan menggunakan ‘Loncatan Paradigma’ dengan berusaha mengadirkan metoda baru demi merangsang perbaikan tersebut.

Gubernur dalam kesempatannya menyampaikan maksud menerapkan aturan masuk sekolah pukul 05.00 Wita, hanya diperuntukan untuk dua Sekolah yang akan dijadikan protype sekolah unggul, dimana ke depannya akan bekerja sama dengan berbagai pihak, agar lulusan SMA ini memiliki kesempatan di perguruan tinggi ternama.

Baca Juga:  "Jalan Sehat" Ikasmansa'87, Dibuka Pj. Gubernur NTT, Bakal Dihadiri Frans Go

Hal ini dilakukan sebagai upaya pembentukan karakter kedisiplinan siswa. Namun kemudian beberapa sekolah lain menawarkan diri juga untuk terlibat dalam program ini. Tentunya, sebagai Gubernur memberikan kesempatan kepada sekolah lainnya sembari melakukan evaluasi. Support system dari pemerintah melalui instrumen anggaran juga besar.

Kebijakan ini kemudian menuai polemik dan cibiran keras, namun jauh dari makna substansinya. Masyarakat terlalu cepat terjebak dengan framing di media. Hegemoni media sosial kemudian mendistorsi mimpi besar Gubernur VBL. Dampaknya ialah, masyarakat fokus mengkritik hal teknisnya semata, namun mengabaikan mimpi besar pemimpin NTT ini. Keinginan beliau adalah menciptakan institusi pendidikan unggul, dan melahirkan generasi NTT yang berdaya saing dan berkarakter.
Perihal ini, seyogianya diikhtiarkan dengan pendekatan yang baru.

Persoalan teknis pelaksanaan, tentunya menjadi perhatian ke depan, namun jangan menjadi penghambat. Di sisi lain, juga menurut saya ini merupakan kegagalan Humas Pemerintah NTT dan dinas terkait, dalam mensosialisasikan dan mengimplementasi visi dan program Gubernur NTT. Semoga sebagai masyarakat yang berkeinginan maju, kita dapat melihat berbagai persoalan dengan prespektif yang terbuka, tidak latah dengan narasi yang dibangun di media sosial yang tidak utuh. (*)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *