Pakar Geologi Ungkap Penyebab ‘Gunung Pindah’ di Takari

Headline, Kabupaten Kupangdibaca 2,274 kali

Jakarta, RNC – Pakar mengungkap fenomena alam di balik gunung yang viral menutupi jalan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Simak penjelasannya.

Sebelumnya, warga NTT dihebohkan dengan kejadian alam. Berdasarkan video yang beredar, kejadian alam tersebut diklaim menggerakkan pegunungan di Kabupaten Kupang, khususnya di Jalan Trans Nasional Timor Raya di Takari, Senin (20/2).

Gundukan tanah itu cukup tinggi yang menutup seluruh badan jalan. Gundukan ‘gunung pindah’ tersebut ramai disaksikan warga. Akibat jalan yang tertutup gundukan tanah, akses di lokasi tersebut pun tertutup alias tak dapat dilintasi kendaraan.

Terkait ini, dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (FTG Unpad) Dicky Muslim menjelaskan fenomena itu terjadi akibat dorongan sebagai imbas pergeseran tanah.

“Itukan fenomena longsor sebenernya. Jadi ini sebenarnya bukit dan fenomena longsor biasa karena adanya gaya dorong akibat blok tanah yang ada di bagian atas itu bergeser,” kata dia, kepada CNNIndonesia.com, Selasa (21/2).

Dicky menyebut itu dapat bermula dari hujan besar dan kondisi tanah yang bersiap longsor serta ketiadaan penyangga tumbuhan di sekitarnya.

“Cuman yang bikin heboh tanahnya itu seperti gunung. Volume tanah yang bergeser itu banyak, jadi terlihat seperti gunung,” tuturnya.

Ia menjelaskan struktur tanah memiliki banyak bagian di antaranya terdapat batuan-batuan dan tanah yang berlapis. Lapisan itu biasanya disusupi dengan air

Karena airnya deras, kata Dicky, hal itu bisa menjadi bidang gelincir. Akibatnya beban di atas gunung atau bukit tidan sanggup menahan dan akhirnya bergeser.

Tanda-tanda Longsor

Dicky menyebut ada beberapa indikasi tanah longsor yang dipakai untuk mengantisipasi risiko atau mitigasi.

Ia menyebut yang paling mudah terlihat adalah bagian lereng bukit atau gunung yang curam. Kemudian, ketiadaan vegetasi atau tanaman pada lereng di bagian atas.

“Jadi lereng-lereng curam harus diwaspadai,” katanya.

Selanjutnya, keberadaan air, baik itu air yang ada di dalam tanah atau mata air, maupun air akibat turun hujan.

Ia pun mengimbau setiap daerah punya alat penakar hujan untuk mengetahui berapa lama turun hujan dan seberapa banyak intensitas hujan yang turun di wilayah sekitar.

“Sebab ada batas tertentu kalau sudah terlalu panjang hujanya dan airnya deras, itu bisa mempengaruhi kestabilan lereng,” tuturnya.

Jika sudah melihat longsor, ia mengimbau warga tidak mendekat karena ada potensi longsor susulan. Terlebih, jika daerah tersebut diguyur hujan dengan intensitas lama. (*/cnn/rnc)

Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *