Sikka jadi Pilot Project “Closed Loop” Kemenko Perekonomian

Sikkadibaca 236 kali

 

Maumere, RNC- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) RI, saat ini tengah melakukan pengembangan agribisnis holtikultura, menggunakan “Inclusive Closed Loop System” (Sistem Kemitraan Saling Menguntungkan), di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.

Closed Loop tersebut merupakan sebuah sistem kemitraan yang mensinergikan rantai pasok pertanian terintegrasi, dari hulu hingga ke hilir.

Demikian disampaikan Yuli, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Holtikultura Kemenko  Perekonomian RI, saat Penandatangan MoU dan Penanaman Perdana Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura, pada Lahan Drip Irrigation System (Sistem Irigasi Tetes) Smart Farming, Kelompok Moeda Tani Farm (MTF), di Kabupaten Sikka, Kamis (02/12/2021).

Dalam pola kemitraan ini, petani sebagai tokoh utama, akan dihubungkan langsung dengan semua stakeholder. Sehingga, dapat berbagi peran dengan semua stakeholder yang ada, mulai dari penyedia benih, pupuk, perlindungan tanaman, melakukan pendampingan terhadap para petani, membiayai dan memberikan dukungan permodalan, serta siapa yang akan menjadi off – taker.

“Jadi, kita bisa bersama-sama membangun ekosistem dari hulu ke hilir, khususnya untuk komoditi holtikultura. Dan, tidak hanya holtikultura saja, tapi juga komoditas yang lainnya. Karena NTT sangat kaya dengan komoditas. Tingggal kita mau melakukan bersama, kolaborasi dan sinergitas, menjalankan dengan komitmen yang tinggi,” kata Yuli.

Dikatakannya, bukan hanya menanam saja yang jadi fokus pertanian holtikultura, tetapi bagaimana menjamin ketersedian pangan yang tentunya berorentasi pada pasar. Untuk itu, pihaknya menghadirkan ekosistem Closed Loop, dan siapa saja mampu berkomitmen untuk melakukan ini semua, sehingga kendala yang selama dialami dan dirasakan antara produksi dengan kebutuhan dari hulu ke hilir, bisa disambungkan.

Program Closed Loop Kemitraan Holtikultura, lanjut Yuli, sudah diinisiasi pihaknya sejak 2020, yang diawali dari Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kemudian direplikasi di Kabupaten Sukabumi, hingga saat ini di Kabupaten Sikka.

“Kami di Kemenko Perekonomian fungsinya untuk mengkoordinasikan, dan mensinergikan program-program dari kementerian lain. Hari ini, koordinasi yang kami lakukan di Kemenko Perekonomian dapat terwujud, dengan kolaborasi 17 institusi hadir di sini. Bagi saya, ini sangat luar biasa, karena ini pertama di Indonesia Timur, dan ada di Kabupaten Sikka,” bebernya.

Dia pun memberikan apresiasi atas semua peran dan tugas masing – masing institusi, serta berharap agar semua stakeholder terkait harus secara terus-menerus melakukan pendampingan, untuk memastikan bahwa bukan hanya sekedar project, tapi menjadi sebuah program berkelanjutan yang akan menginspirasi banyak pihak, termasuk petani muda.

Bagi Yuli, pertanian tidak bisa berdiri sendiri, karena pertanian sebagai sektor ekonomi yang menjadi andalan Indonesia. Karena itu, dukungan dari sektor ekonomi lainnya, menjadi sangat penting untuk dunia pertanian itu sendiri.

“Hari ini, lima petani muda hebat dari Kelompok Moeda Tani Farm yang dikoordinir Yance Maring, mendapat dukungan penuh dari Pemda Sikka, dengan memberikan lima hektar lahan, untuk memulai kemitraan Closed Loop ini, dengan menanam tomat, cabai dan bawang,” ujar Yuli.

Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Bidang Hubungan Antar Lembaga, Samsul Widodo mengatakan, jika berbicara mengenai Closed Loop, maka apapun yang kita tanam, jaminan pasar, harus mempunyai kontrak sehingga menjadi satu ekosistem holtikultura.

Widodo menambahkan, pihaknya bersama Kemenko Perekonomian melakukan orkestrasi yang tugasnya mendatangkan pihak – pihak yang mau mendukung dan bekerja sama. Sehingga, ketika ada yang ingin mempelajari ekosistem holtikultura dan pertanian lahan kering, maka mereka akan datang di Kabupaten Sikka suatu saat nanti.

Widodo menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Pemda Sikka, yang telah membantu petani muda di daerah itu, dengan memberikan lahan untuk dikelola Kelompok Moeda Tani Farm, seluas lima hektar. Widodo berharap, program Closed Loop dapat dikembangkan melalui penggunaan Dana Desa.

“Apa yang kami lakukan, adalah untuk menguji keilmuan kami. Kalau kita bicara tentang Closed Loop, berarti kita harus mampu terapkan di Kabupaten Sikka. Closed Loop ini tidak hanya menamam, tapi juga kepastian pasar. Jadi, ini tidak hanya bisnis Drip Irrigation System, tapi suatu saat Sikka mampu memasok holtikultura sampai ke daerah lain, termasuk Labuan Bajo, dan menjadi juara holtikultura minimal di NTT,” pungkasnya. (RNC24)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *