Kupang, RNC – Tidak dipungkiri, masih kokohnya ekonomi Indonesia di tengah gejolak krisis yang menghantam sejumlah negara, karena bangsa ini ditopang bidang pertanian yang memberi kontribusi positif. Hal ini terlihat dari tingkat inflasi yang tidak lebih dari enam persen. Trend ini mesti dijaga. Caranya, melatih dan mempersiapkan sumber daya manusia di bidang pertanian, khusus bagi milenial yang mencintai pertanian. Hanya dengan begitu, ekonomi bangsa Indonesia tidak terpuruk, karena dibangun dari desa.
Pernyataan itu dilecutkan Dr. Ir. Siti Munifah, MS, Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian RI, kepada RakyatNTT.com, usai membuka kegiatan “Pelatihan Kewirausahaan Korporasi Pertanian Bagi Non Aparatur Angkatan V”, yang dilaksanakan di P4S Kampung Daun, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang. Pelatihan yang diikuti 30 peserta tersebut, dihelat selama tiga hari, 4 – 6 Juni 2023. Peserta pelatihan merupakan para milenial, P4S, dan Young Ambassador.
Siti Munifah mengatakan, bersama UPT Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang, pihaknya akan mengawal dan melakukan pelatihan bagi milenial, terutama mereka yang dipersiapkan sebagai generasi penerus di bidang pertanian. “Indonesia dengan jumlah pemuda yang cukup banyak atau “Bonus Demografi”, merupakan sebuah potensi yang harus dipersiapkan di bidang pertanian, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agraris. Kalo tidak dipersiapkan dari sekarang, kita bisa kolaps, karena pertanian sebagai bentuk bantalan ekonomi,” tandas Siti didampingi Kepala Balai Besar Pelatihan Perternakan Kupang, Dr. Ir. Yulia Asni Kurniawati, M.Si.
Dikatakannya, banyak negara yang tidak memiliki lahan pertanian, jadi terpuruk. “Karena itu, dengan pelatihan ini kita mendorong dan mengajak para generasi muda bahwa pertanian itu adalah emas 100 karat, bukan 24 karat. Dengan pertanian, kita bisa menanam apa saja yang bisa dipanen kapan saja. Sehari, seminggu, sebulan bahkan setahun, kita bisa melakukan panen. Kita bangun spirit dan kemauan para milenial, untuk membangun ekonomi dari pedesaan. Kalau mereka ke kota, itu hanya untuk enjoy dan berbelanja,” ujar Siti.
Dia menambahkan, anak petani harus jadi pengusaha di bidang pertanian. “Tentu mereka harus dibekali ilmu pengetahuan yang dibarengi kompetensi keterampilan dan prakteknya harus lebih banyak atau vokasi nasional, sehingga melahirkan generasi milenial yang unggul di bidang pertanian,” pungkas Siti Munifah. Senada dengan Siti, pakar pertanian yang juga dosen Politani Negeri Kupang, Dr. Ir. Zainal Arifin menandaskan, model pelatihan seperti ini sangat baik dikembangkan untuk misi keunggulan ekonomi Indonesia di bidang pertanian.
“Tidak usah lagi pakai cara – cara bagi bibit, itu merusak dan merugikan petani. Tidak mendidik. Sebagai orang pertanian, menurut saya ada begitu banyak potensi yang bisa dikembangkan di NTT, dan menjadi keunggulan komparatif. Cuma selalu diintervensi melalui proyek bagi – bagi bibit. Itu keliru dan tidak tepat sasaran. Mengedukasi petani melalui model pelatihan seperti yang dilakukan Kementerian Pertanian ini, itu lebih bagus. Semoga kita bisa melahikan kaum milenial yang tangguh di bidang pertanian melalui pelatihan ini,” imbuh Zainal. (robert kadang)