oleh

Tekan Angka Stunting, Kelompok Dasawisma “Sama Rai” Produksi Tempe

Mbay, RNC – Salah satu inovasi Kelompok Dasawisma Kelurahan Danga, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo adalah memproduksi tempe. Hal ini juga sebagai upaya menekan angka stunting di daerah tersebut.

Ibu-ibu dari RT 023 ini memproduksi tempe untuk dijual ke masyarakat. Tempe dijual dengan harga Rp5.000 per bungkus. Sebelumnya mereka mengikuti pelatihan.

Produksi tempe kelompok “Sama Rai” ini baru mulai berjalan pertengahan Maret 2021. Direncanakan akan dipasarkan ke para pedagang sayur dan warga sekitar, khususnya Rt 023.

Menurut Ketua Kelompok Dasawisma “Sama Rai”, Hermina Anung, proses pembuatannya sangat sederhana yakni dengan menyiapkan bahan seperti kedelai, ragi tempe dan tepung beras putih. Alat-alat yang digunakan juga sederhana. “Ini baru perdana. Yang kami produksi uji coba itu dengan 1 kilo kedelai. Dan itu berhasil kami buat. Meskipun tidak didukung dengan peralatan yang memadai. Kami hanya modal semangat,” ungkap Hermina.

BACA JUGA: Julie Laiskodat Salurkan Bantuan untuk Lansia dan Ibu Hamil di Nagekeo

Hermina berharap hasil produksi tempe tersebut bisa diminati oleh masyarakat Nagekeo. Ini juga sekaligus mengurangi pengangguran, khususnyanya di kalangan anak muda.

“Pada dasarnya uji coba ini kami buat untuk produksi rumah tangga dulu. Kami berharap hasil produksi ini, kami mendapatkan pengetahuan lebih. Kendala kami hanya di pengeringan,” ujar Hermina.

Salah satu anggota Dasawisma, Veronika Ita mengatakan proses pembuatannya sangat sederhana, namun ada pantangan dalam proses pembuatan tempe. “Dalam proses pembuatannya tidak boleh ada yang hati kotor, atau bermasalah. Itu nanti tempenya tidak jadi. Intinya postif thinking. Yang penting butuh kesabaran saja. Jangan mengeluh,” katanya.

Sementara itu, Ketua RT 023, Kristianus Ngate mengatakan kelompok Dasawisma “Sama Rai” perlu didorong untuk terus berinovasi. “Saya sudah bertemu Pak Lurah untuk perhatikan kelompok yang mau berinovasi. Salah satunya kelompok Dasawisma “Sama Rai” ini,” ujarnya.

Ia mengatakan pemberdayaan kelompok harus tetap berjalan. Oleh karena itu, mesti berproduksi terlebih dahulu untuk uji coba. “Nanti untuk satu RT, semua wajib dapat satu-satu,” katanya. (rnc15)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *