Waikabubak, RNC – Kebudayaan dan sastra merupakan hal yang tidak terpisahkan. Sastra lahir sebagai wujud nyata dari pikiran, ide, gagasan, imajinasi dan kreativitas yang tidak terpisahkan dari budaya yang berkembang di masyarakat. Hal ini disampaikan Bupati Sumba Barat, Yohanis Dade, SH, dalam sambutannya yang dibacakan Plt. Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga, Yermia Ndapa Doda, S.Sos, saat peluncuran Buku Antologi Puisi “Kopi” oleh komunitas Seni Sastra Budaya Sumba (SSBS) dan Sakola Wanno, Selasa (7/3/2022).
Kegiatan peluncuran Buku Antologi Puisi ini merupakan salah satu pilihan yang tepat, untuk mempromosikan kekayaan budaya di Pulau Sumba kepada dunia lewat karya sastra. Juga untuk membangkitkan minat membaca dan menulis bagi para kaum muda Sumba, dan umumnya generasi muda di Indonesia.
Sastra merupakan bagian yang sangat penting bagi peradaban karena sastra adalah pernyataan sikap, ekpresi, pikiran, dan kontruksi kejiwaan hasil dari peradaban manusia. “Saya harapkan dengan peluncuran buku ini, dapat mendorong dan memotivasi kegiatan kesusatraan yang lebih aktif di Sumba pada umumnya, dan Sumba Barat pada khususnya,” ungkap Bupati Yohanis.
Peluncuran buku antologi puisi yang berjudul “Kopi” itu, merupakan kerja keras Komunitas Seni Sastra Budaya Sumba dalam memperkenalkan Sumba Barat di bidang seni sastra, melalui aksi literasi dan sekaligus memperkenalkan kopi Sumba (Robusta), sebagai kopi lokal Sumba dengan rasa dan aroma yang khas.
Aksi ini terlahir dari sebuah ide, gagasan produk lokal kemasan kopi tradisional Sumba, dengan brand ‘Coffee Wanno’ milik Komunitas Masyarakat Literasi Sakola Wanno, yang telah dilaunching Mei 2021, di Sumba Barat. Selain sirih pinang, kopi merupakan sajian pembuka ketika tamu berkunjung. Ini merupakan ungkapan penerimaan yang hangat, bagi seseorang yang berkunjung.
Karena itu, tidaklah mengherankan jika filosofi kopi sangat erat dengan budaya masyarakat Sumba. “Melalui seni sastra, kita dapat merefleksikan budaya yang ada di tengah masyarakat. Kita tidak bisa menghindari perubahan dunia dan budaya luar yang masuk, namun kita bisa menciptakan lebih banyak ruang belajar seni budaya, yang dapat membangun rasa percaya diri dan kebanggaan akan identitas diri kita, sebagai orang Sumba,” sebut Bupati Yohanis.
Dikatakannya, budaya minum kopi telah menjadi keseharian masyarakat Sumba sejak lama, terlebih lagi Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di dunia. Di Sumba Barat, kopi merupakan hasil komoditas perkebunan kedua, setelah kelapa. (rnc22)
Terimakasih atas ulasannya tentang Komunitas sastra Sumba (SSBS), buku dan Coffee Wanno. Salam Literasi