Menanti Konklaf dari Halaman Basilika Santo Petrus

Headlinedibaca 253 kali

Oleh RD Januario Gonzaga
* Imam Keuskupan Agung Kupang yang tengah studi di Universitas Kepausan Urbaniana Roma

Hari-hari terakhir ini, sesudah Paskah 2025, banyak mata tertuju pada Vatikan. Berita kematian Sri Paus Fransiskus mengejutkan banyak orang. Tahun Yubileum belum selesai. Agenda besar Sinodalitas belum tuntas. Beatifikasi Carlo Acutis tertunda. Banyak peziarah pengharapan belum sempat berjumpa dengan Sri Paus Fransiskus. Sejak di Rumah Sakit Gemeli-Roma, tak surut banyak imam, biarawan-biarawati dan kaum awam memanjatkan doa rosario di halaman Rumah Sakit yang didedikasikan untuk Paus Yohanes Paulus II ini.

Paus Fransiskus menyelesaikan tugas primat apostolik-nya pada 21 April 2025. Tepat setelah ia memberikan berkat untuk kota Roma dan Dunia. Pagi itu misa Senin Malaikat atau Misa Senin dalam Oktaf Paskah baru akan dimulai. Semua stasiun televisi menyiarkan berita wafatnya mendiang Sri Paus dengan nada gemetar tertahan isak tangis. Lonceng di ribuan Gereja Kota Roma dan Italia berdentum sahut menyahut. Kehilangan yang mendadak Kepala Gereja Roma.

Para peziarah menjumpai Porta Santa sekaligus dengan jenazah Paus yang dibaringkan di peti kayu tanpa ukiran. Antara Porta Santa dan duka di dalam Basilika Santo Petrus, seperti mencekam tema besar tentang harapan para peziarah di kota abadi ini. Dengan tangis dan duka mendalam Gereja memasuki Sede Vacante. Jabatan-jabatan dalam Kantor-kantor pelayanan di Vatikan dan Keuskupan Roma berhenti dengan sendirinya. Para kepala Dikasteri, sekretaris dan kepala-kepala kantor serta wakil-wakil delegatus di semua negara, memandang hanya kepada Kardinal Kepala Urusan Rumah Tangga Kepausan. Semua menjadi kosong, tanpa status oleh hening di Kota Vatikan.

Sambil menyusun agenda berikut tanpa mengambil keputusan besar, kardinal-kardinal saling berkabar di tengah duka. Dimulai dari persiapan pemakaman dengan mematuhi peraturan Mendiang sendiri yang tidak bisa diubah tentang kesederhanaan sebuah upacara pemakaman, dunia menyaksikan dengan rasa kagum dan air mata kepergian sosok teladan ini. Hingga hari pemakaman, tak berkurang sedikit pun jumlah orang yang datang dari berbagai negara, latar
belakang kepercayaan dan suku untuk memberikan penghormatan terakhir.

Makam Mendiang di luar kota Vatikan, di Basilika Santa Maria Maggiore seketika dibanjiri manusia. Hanya untuk memastikan terakhir kalinya bahwa Mendiang benar dalam perkataan dan perbuatan, tentang arti kesederhanaan dan arti belas kasih. Tentang dirinya yang terbuka menerima siapapun tanpa memandang agama.

Tahta lowong atau terhalang adalah biasa dalam Gereja. Namun untuk pengalaman kepergiaan Sang Penggagas istilah “Berjalan Bersama” (Sinodalitas) ini menjadi unik dan monumental. Setiap peziarah pulang membawa pesan mendalam tentang seorang Paus sederhana dari Amerika Latin ini.

Konklaf dijadwalkan untuk dua minggu ke depan. Masa berkabung 9 hari tidak saja diikuti oleh para Kardinal yang mulai berdatangan dari seluruh dunia, tetapi tak kurang umat beriman memenuhi Gereja Basilika Santo Petrus. Umat Keuskupan Roma bersatu dengan penduduk kota Roma berkeliling dengan lilin di tangan mengitari halaman Basilika Santo Petrus mendaraskan Rosario pada setiap pukul 9 malam selama 9 hari.

Dunia belum bisa beranjak dari kehilangan sosok Mendiang Sri Paus Fransiskus, tetapi Gereja harus terus berjalan. Konklaf tepat dimulai pada hari ke-15 setelah wafatnya Mendiang Sri Paus Fransiskus setelah menunggu semua kardinal tiba di Roma. 133 Kardinal Elektor berada di antara para Kardinal non Elektor dan sejumlah awam mengambil sumpah di tanggal 5 Mei untuk menjaga kerahasiaan Konklaf. Tanggal 7 Mei, tepat pukul 10 pagi Misa Pembukaan untuk Pemilihan Paus Baru dimulai.

Kegiatan doa berkabung 9 hari selesai, kini umat terus berdatangan untuk bersatu dalam doa memohon Roh Kudus membimbing para Kardinal dalam proses Konklaf. Vatikan menyiapkan 2 panggung bertingkat untuk awak media dari seluruh dunia. Panitia ziarah dan relawan bahu-membahu memasang kursi-kursi sandaran di sepanjang jalan masuk Basilika, membuka jalan untuk disabilitas, anak-anak dan para jompo, menambah layar monitor untuk siaran televisi, menambah toilet portabel di sepanjang ruas jalan Via Consolazione.

Para awak media yang belum beranjak dari halaman Basilika sejak misa pemakaman, kini mengarahkan semua kamera pada cerobong asap di bubungan atap Kapel Sistina, yang baru selesai dipasang pada Kamis, 1 Mei 2025. Setiap Pastor, Uskup dan Imam yang melintas di sekitar halaman Basilika menjadi sasaran interview para wartawan dan tak sedikit umat berburu untuk meminta berkat. Kardinal Pietro Parolin menutup pintu Kapel Sistina tepat pada sore hari di tanggal 7 Mei setelah sumpah terakhir para Kardinal di Ruang Kapel Sistina. Barisan peziarah menuju Basilika Santo Petrus sejenak dihentikan. Semua berkumpul dan berdoa dalam antrian yang rapi untuk para Kardinal. Hasil pertama dari pemilihan akan diumumkan sore hari di tanggal yang sama.

Sejak pagi umat telah menunggu di halaman Basilika Santo Petrus. Tak ada satu pun yang tahu kabar apa yang akan datang dari Kapel Sistina. Informasi beredar akan diumumkan pada pukul 19.00 waktu Roma. Semua Kardinal telah dikunci dalam ruang tertutup tanpa alat komunikasi. Tak ada kabar dari sana. Cerobong asap adalah satu-satunya informasi yang akan keluar untuk memberitahukan kepada ribuan mata yang terus memandang dan menanti. Setelah 4 jam lebih menunggu, tepat pukul 21.00 hasil pertama dari Konklaf diperoleh dengan asap hitam. Tak banyak yang bertepuk tangan. Sontak dalam beberapa menit, semua berbalik kembali. Hasil Konklaf akan diberitakan setiap hari dari cerobong asap sampai ada asap putih yang menandakan Paus baru telah terpilih. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *