Kupang, RNC – Menjelang hari H pemungutan suara, KPU Kota Kupang menggelar pemungutan dan penghitungan suara di TPS 02, Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Sabtu (16/11). Kegiatan ini diikuti komisioner KPU, Bawaslu, PPK, Panwascam hingga KPPS setempat.
Ketua KPU Kota Kupang, Ismail Manoe mengatakan simulasi pemungutan dan penghitungan suara dilakukan di TPS riil. Simulasi juga melibatkan pemilih riil, termasuk petugas yang akan bertugas di TPS nanti. “Hari ini kita memilih lokasi di TPS 02 Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak. Jumlah pemilih 522 orang. Kami berharap dengan simulasi ini, paling tidak bisa meningkatkan pemahaman bukan hanya dari sisi penyelenggara, tapi juga masyarakat pemilih apa yang ditemui nanti di hari H, apa yang harus dilakukan pemilih, apa yang harus dibawa oleh pemilih,” jelas Ismail.
Dalam simulasi ini, kata Ismail, pemilih dapat mengetahui kategori-kategori pemilih. Misalnya pemilih yang terdaftar di DPT, pemilih pindahan dan pemilih tambahan. “Hal-hal inilah yang kita harapkan dengan simulasi dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap proses pemungutan dan penghitungan suara,” tambah Ismail.
Selain itu, melalui simulasi KPU dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk mengcover seluruh pemilih yang ada di TPS. “Memang durasi waktu pemilihan sudah diatur dari jam 7 pagi sampai jam 1 siang. Namun tentu dengan ketentuan jumlah pemilih yang ada di TPS yang lebih besar dibandingkan dengan Pemilu, maka tentu kita harus menghitung secara baik, sehingga dengan durasi waktu yang tersedia itu bisa melayani pemilih yang ada di TPS tersebut,” jelas Ismail.
Terkait pemilih tambahan, kata Ismail, adalah mereka yang sudah memiliki KTP elektronik namun belum terdaftar di DPT. Mereka akan dilayani di satu jam terakhir, mulai jam 12 siang sampai jam 1. Pemilih tambahan ini memilih hanya di TPS sesuai domisili KTP elektroniknya atau paling jauh dalam wilayah kelurahan yang bersangkutan. “Jadi dia tidak bisa memilih di TPS di luar wilayah kelurahannya. Kemudian dia dilayani sepanjang surat suara masih tersedia di TPS itu. Bagaimana kalau surat suara sudah tidak tersedia, maka bisa diarahkan ke TPS terdekat sepanjang ada di wilayah kelurahan itu,” jelas Ismail.
Kegiatan simulasi pemungutan suara ini diapresiasi oleh Bawaslu Kota Kupang. Ketua Bawaslu Kota Kupang, Junior Adi Nange menjelaskan dengan simulasi TPS riil, maka bisa membandingkan apa yang ada dalam aturan dengan apa yang dilaksanakan di lapangan. “Misalnya kita melihat tata letak TPS di dalamnya dan juga soal mekanisme yang diatur dan apa yang dilakukan di simulasi. Saya kira ini jadi catatan yang baik dalam pelaksanaan pengawasan dan ini juga kita masih punya waktu berbenah berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan,” jelas Adi.
Ia juga menjelaskan, dalam simulasi ini Bawaslu menghadirkan pengawas riil yang nantinya bertugas di TPS. Para pengawas bisa melihat langsung proses secara keseluruhan yang mesti diawasi. “Kita memang mempunyai keterbatasan pengawas, sehingga memang butuh partisipasi semua pihak untuk ikut membantu mengawasi,” katanya.
Kemudian terkait para pemilih berkebutuhan khusus, Anang-sapaan karib Ketua Bawaslu, menjelaskan para lansia bisa didampingi oleh keluarga namun tidak boleh terlambat. Hal ini sudah ada aturannya, termasuk ibu hamil, dan yang berkebutuhan khusus (difabel) bisa didahulukan. “Karena dari 25 kursi antrean di TPS, ada lima kursi untuk prioritas seperti itu,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Kupang, Fahrensy Funay mewakili Penjabat Wali Kota Kupang dalam sambutannya mengatakan, kegiatan simulasi ini memiliki arti penting menyongsong Pilkada. Menurut Fahrensy, simulasi adalah langkah nyata untuk memastikan seluruh proses berjalan lancar sesuai dengan peraturan yang berlaku. “Saya mengapresiasi kegiatan ini. Kegiatan ini juga sebagai upaya meningkatkan pemahaman kepada masyarakat,” kata Fahren.
Ia berharap dengan simulasi ini, Pemilu semakin akurat dan meminimalisir kesalahan. Ditegaskan juga bahwa kegiatan ini menjadi pijakan menuju Pemilu yang sukses guna membangun Kota Kupang yang lebih baik.
Terpisah, Herman, salah satu pemilih yang mengikuti simulasi tersebut, mengatakan dirinya mengikuti simulasi untuk mengetahui lebih jelas tentang tata cara pemungutan suara. Pasalnya, menurutnya, Pilkada berbeda dengan Pemilu 2024 lalu. Dalam Pemilu 2024, banyak surat suara dengan banyak sekali nama-nama yang terpampang. “Kalau Pilkada lebih sederhana karena ada nama dan foto calon, tapi perlu kita lihat langsung karena ini sekaligus dengan pemilihan gubernur, jadi jangan sampah kita salah coblos,” jelas Herman. (rnc)
Ikuti berita terkini dan terlengkap di WhatsApp Channel RakyatNTT.com