Kisah Pilu Lansia di Manggarai Timur, Puluhan Tahun Rawat Anaknya yang Lumpuh dan Stunting

Borong, RNC – Sepasang lansia di Benteng Rampas, Kabupaten Manggarai Timur hidup sederhana di sebuah rumah reyot sambil mengurus anaknya yang lumpuh. Mereka telah merawat anaknya sejak 29 tahun silam.

Sang ayah Longginus Jarut (72) dan ibu Sebina Enggi (67) hanya bisa pasrah menjalani hidupnya. Saat usianya kian senja, mereka masih disibukkan mengurus anaknya yang lumpuh. Walau dalam kondisi berkekurangan, kedua lansia warga kampung Bobo, Desa Benteng Rampas, Kecamatan Lambaleda Timur, Manggarai Timur ini tetap mengasuh anaknya Rensiana Nir (29) yang lumpuh dan mengalami stunting.

Saat ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu, kepada media ini Longginus Jarut menuturkan terkait kondisi anaknya yang lumpuh sejak lahir.

“Sejak usianya masih bayi sampai sekarang dia alami sakit lumpuh. Hanya saya dan istri saya yang selalu ikhlas mengurusnya,” ucap Longginus dengan mata berkaca-kaca.

Seiring berjalannya waktu, Rensiana semakin dewasa. Selain lumpuh, dia juga mengalami gizi buruk dan stunting, sehingga pertumbuhannya tidak wajar. Dia hanya bisa mengerang dan tidak bisa berbicara untuk berkomunikasi dengan kedua ayah dan ibunya.

Kondisi ekonomi yang pas-pasan pun membuat keluarga ini hanya merawat anak mereka seadanya. Karena kesulitan biaya hidup, sehingga tak pernah sekalipun mereka membawa anak ini berobat ke rumah sakit.

Pasangan lansia ini tinggal di rumah dengan ukuran 12×8 meter yang sudah reyot. Dindingnya terlihat berlubang dimakan rayap. Mereka pun belum memiliki WC dan kamar mandi yang layak.

Sang ibu, Sebina bekerja sebagai ibu rumah tangga dan juga buruh serabutan. Sedangkan suaminya, Longginus bekerja mengurus lahan dan buruh serabutan dengan penghasilan yang tidak pasti. Tanaman komoditi di kebun mereka hasilnya tak seberapa.

Karena bekerja serabutan, keduanya bergantian mengurus anaknya yang lumpuh tersebut.

Longginus menceritakan bahwa dulu ada petugas kesehatan datang melihat kondisi anak mereka. Niatnya untuk membawa anaknya berobat ke rumah sakit dengan dokter yang layak. Namun karena keterbatasan biaya terpaksa anaknya dirawat di rumah saja.

“Dulu pernah ada petugas kesehatan datang melihat kondisinya dan memberi beberapa obat. Punya niat yang besar demi kesembuhan anak kami tetapi karena tidak ada biaya, saya rawat di rumah dengan obat seadanya termasuk obat tradisional, namun upaya kami bertahun-tahun tak bisa menyembuhkan anak kami. Kami hanya pasrah pada Yang Maha Kuasa saja,” ucap Longginus sambil mengusap air mata di pipinya.

Sebina, ibu Rensiana menuturkan bahwa untuk memperoleh makan sehari-hari juga agak susah. Anaknya hanya makan nasi dicampur air. Rensiana kadang tidak bisa mengunyah, sehingga nasinya harus dihaluskan. Sedangkan orang tuanya kadang harus makan jagung untuk menyambung hidup.

Iklan kopi juwara scaled
Ads

“Kami ikhlas merawat anak kami. Untuk makan sehari-hari anak kami hanya bisa makan nasi yang sudah dihaluskan, kalau yang kasar dia kadang sangat susah mengunyah. Saya kadang merasa lelah, namun karena sayang anak terpaksa apapun itu harus kami lakukan,” tutur Sebina.

Pasangan lansia ini sangat mengharapkan uluran tangan kasih. Keduanya hanya berharap ada keajaiban dari Yang Maha Kuasa lewat tangan-tangan orang baik yang mau peduli membantu dan ikut merasakan penderitaan mereka. (*/rnc)

Ikuti berita terkini dan terlengkap di WhatsApp Group RakyatNTT.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *