Wukir, RNC – Persawahan Gising seluas hampir 3.000 ha di Wukir, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur sudah didukung irigasi permanen sejak 10 tahun lalu. Namun persawahan yang tergarap sejak 53 tahun lalu, hingga sekarang tetap mengandalkan air hujan atau berstatus sawah tadah hujan.
Akibatnya, mimpi sekitar 700 petani yang akan mengolah sawah mereka lebih dari sekali dalam setahun, belum kunjung terwujud. Masalah utamanya yakni bangunan irigasi yang bernilai ratusan miliar, belum pernah sedetik pun mengalirkan air yang bersumber dari mata air Wae Muli.
Calon Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena mengaku prihatin ketika mengetahui persoalan yang dihadapi ratusan petani. Pasalnya, persawahan Gising yang sudah berusia lebih setengah abad merupakan salah satu lumbung beras di Manggarai Raya bahkan NTT.
Melki Laka Lena pun berjanji akan segera membenahi jaringan irigasi persawahan Gising jika dirinya dan Johni Asadoma terpilih sebagai pemenang Pilgub pada 27 November 2024.
“Saya pastikan pembenahan atau perbaikan irigasi persawahan Gising akan menjadi perhatian prioritas. Bersamaan dengan itu, kita perlu memastikan ketersediaan pupuknya untuk peningkatan produksi,” tegas Melki Laka Lena kepada Frans Sarong yang adalah Ketua Tim Pemenangan Melki – Johni, Sabtu (19/10/2024) malam.
Melki menyampaikan keprihatinannya terhadap nasib petani kepada Frans Sarong yang sedang blusukan memperkenalkan Melki-Johni sebagai pasangan Cagub-Cawagub NTT di wilayah Kecamatan Kota Komba Utara dan Elar Selatan, Jumat hingga Sabtu (18-19/10/2024).
Di Wukir, tepatnya di bagian hulu persawahan Gising, Frans Sarong berkesempatan bertatap muka dengan sejumlah tokoh masyarakat setempat, yang juga petani sekaligus pemilik areal persawahan Gising. Mereka di antaranya Melkior Jalang Ben Lalung, Mikael Beos dan Her Tojong (mantan Anggota DPRD Matim).
“Kami warga Elar Selatan dan Elar sejak lama masih dengan dua masalah serius. Pertama, areal persawahan Gising yang tetap tadah hujan. Kedua, wilayah yang masih terisolasi karena jaringan jalannya sangat buruk,” tegas Her Tojong yang diamini rekan tokoh lainnya.
“Nama Pak Melki Laka Lena sudah terdengar sejak lama. Kami dukung Melki-Johni, tentu dengan harapan agar persawahan kami bisa segera diairi teratur, dan bebaskan wilayah kami dari keterisolasian,” sambung Mikael Beos.
Untuk diketahui, jaringan primer irigasi persawahan Gising sudah rampung dibangun secara permanen sejak hulu di Wae Muli hingga hilir di Wae Je’a sekitar Kampung Woko Ledu. Bentangannya menyusuri lereng bukit menghadap persawahan di bawahnya.
Seperti disaksikan Sabtu petang, memang tak kelihatan tanda-tanda jaringan irigasi itu pernah dialiri air dari sumbernya di Wae Muli. Pasalnya, jaringan primer, sekunder atau tersier, rata rata tertutup rerumputan liar atau berbagai jenis sampah lainnya.
Bahkan bangunan jaringan utama irigasi yang tak berfungsi itu, justru jadi penghambat aliran air menyusul hujan, dari perbukitan ke areal sawah. Akibatnya, ancaman jebolnya jaringan irigasi tidak terhindarkan lagi. Padahal jaringan irigasi sangat penting demi keberlanjutan pengolahan sawah yang mengandalkan tadah hujan.
“Jebolnya irigasi itu sudah terjadi di sejumlah titik,” ungkap seorang petani.
Informasi lain menyebutkan, air dari sumber Wae Muli tidak bisa mengalir melalui jaringan irigasinya. Pasalnya karena bangunannya sudah jebol sebelum berfungsi. Kerusakan parah antara lain terjadi di Liang Songan, sekitar 3 km dari mulut bendungan. (*/rnc)