PLN Alirkan Listrik ke 4 Desa di Kokbaun, TTS

TTS, Ekonomidibaca 382 kali

SoE, RNC – Melalui program listrik desa, PT PLN (Persero) kembali berhasil melakukan penyambungan listrik di daerah yang sulit dijangkau dan terpencil di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Kali ini, program listrik desa menyasar 900-an warga yang tinggal di empat desa di Kecamatan Kokbaun, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Empat desa dimaksud yakni Desa Niti, Sabnala, Koloto dan Lotas.

“Kami terus berkomitmen untuk menghadirkan listrik hingga ke seluruh pelosok tanah air. Listrik untuk semua,” tutur General Manager (GM) PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) NTT, Agustinus Jatmiko.

Jatmiko menjelaskan, untuk mengalirkan listrik ke empat desa tersebut, PLN membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 14 kms (kilometer sirkuit), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 21 kms, dan 5 buah gardu dengan total kapasitas 250 kilo Volt Ampere (kVA). Perjuangan untuk membangun jaringan listrik di empat desa ini juga tidak mudah, karena petugas diperhadapkan dengan kondisi akses jalan yang berlumpur, serta medan berat.

“Terkadang petugas kami harus berputar lewat jalur lintas selatan melewati daerah yang sudah masuk wilayah kabupaten Malaka. Namun, itu semua bukan menjadi hambatan tetapi menjadi tantangan dengan semangat energi optimisme menerangi nusantara,” terang Agustinus.

Menyambut masuknya listrik di empat desa di Kecamatan Kokbaun, Bupati TTS, Egusem Pieter Tahun berharap masyarakat ikut serta menjaga aset milik PLN agar listriknya tetap menyala. “Kalau ada pohon di bawah jaringan, harus sering dirabas agar tidak mengganggu aliran listrik. Kalau ada gangguan, segera lapor ke PLN. Jangan diperbaiki sendiri karena sangat berbahaya,” sebut Egusem.

Sementara Camat Kokbaun, Wilgo Nenometa berharap, kehadiran listrik dapat membuat warga lebih produktif dan meningkatkan perekonomiannya. “Warga bisa lebih hemat karena sebelumnya mereka menggunakan lampu pelita untuk penerangan di malam hari, dengan biaya setiap bulan sekitar Rp 100 ribu. Namun sejak listrik menyala, warga membeli token Rp 50 ribu dan sampai sekarang belum beli lagi token,” katanya.

“Untuk kegiatan ibadat Gereja, setiap bulannya BBM harus dibeli Betun dengan Rp 200 ribu. Sekarang isi token Rp 200 ribu, tapi belum habis digunakan,” tambah Nenometa.

Untuk diketahui, hingga Juni 2020, rasio desa berlistrik di Kabupaten TTS telah mencapai 96,04 persen dan untuk desa berlistrik Provinsi NTT telah mencapai 94,09 persen. (*/rnc09)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *