Detik-detik Teror 11 September di AS, 20 Tahun Silam

Internasionaldibaca 377 kali

SELASA pagi 11 September 2001, tepat 20 tahun silam, dunia tiba-tiba berubah. Empat pesawat yang dibajak menabrak dua bangunan penting AS, yang melambangkan kekuatan ekonomi, politik, dan militernya dalam peristiwa yang dikenang sebagai Serangan 11 September.

Serangan 11 September, yang menewaskan 2.996 orang, tetap menjadi serangan terbesar yang pernah terjadi di AS dan konsekuensinya masih terasa hingga hari ini.

Setelah serangan ini, apa yang disebut ‘perang melawan teror’ dilancarkan oleh AS, termasuk invasi ke dua negara, yakni Afghanistan dan Irak.

Pada level yang lebih personal, seluruh generasi masih ingat persis di mana mereka berada ketika mereka mendengar kabar tentang serangan yang terjadi pada tanggal tersebut.

Berikut ini adalah bagaimana 149 menit kekacauan dan teror terjadi pagi itu melansir suara.com dan BBC Indonesia:

07:59

Pesawat American Airlines bernomor penerbangan AA11 lepas landas dari Bandara Internasional Logan di Boston menuju Los Angeles dengan kapasitas maksimum.

Seorang pilot dan co-pilot serta sembilan pramugari berada di dalam pesawat.

Di antara 81 penumpang duduk lima pembajak pesawat, dipimpin oleh Mohamed Atta yang berasal dari Mesir. Rencana serangan sedang berlangsung saat itu.

Rencana itu telah diprakarsai lima tahun sebelumnya di pangkalan Al-Qaeda di Afghanistan.

Khalid Sheikh Mohammed, seorang militan Pakistan yang dianggap sebagai arsitek serangan tersebut, muncul dengan ide melatih anggota kelompok mereka sebagai pilot dengan tujuan membajak pesawat dan menggunakannya sebagai senjata melawan AS.

Rencana itu disetujui pemimpin Al-Qaeda, seorang jutawan Arab Saudi yang telah berada di radar badan-badan intelijen AS, dan yang menjadi orang yang paling dicari di dunia: Osama bin Laden.

08:14

Dari terminal lain di bandara yang sama di Boston, pesawat UA175 milik maskapai United Airlines juga lepas landas menuju Los Angeles, dengan sembilan awak dan 56 penumpang.

Lima di antaranya adalah pembajak pesawat. Pada saat yang sama, pada penerbangan AA11, para pembajak berhasil memasuki dek dan menguasai pesawat.

Pertama, dua pramugari ditikam, mungkin oleh pembajak yang duduk di kelas satu.

Selanjutnya, Atta, satu-satunya dari lima pembajak yang dibekali pelatihan tentang cara menerbangkan pesawat, menuju ke ruang pilot dari area tempat duduk penumpang bisnis, dikawal oleh pembajak lain.

Pembajak kelima menikam seorang penumpang. Korbannya adalah Daniel Lewin, yang telah bertugas empat tahun sebagai tentara Israel dan duduk tepat di belakang Atta. Dia diyakini terbunuh ketika mencoba menghentikan pembajakan pesawat.

Sama seperti yang terjadi di pesawat lain yang dibajak juga, awak pesawat dan penumpang lainnya terpaksa pindah ke bagian belakang pesawat.

Para militan Al-Qaeda menggunakan gas air mata dan mengancam penumpang dengan bom, yang diyakini tidak pernah ada.

08:20
Pesawat American Airlines bernomor penerbangan AA77 lepas landas dari Bandara Internasional Washington-Dulles di Washington D.C. dengan enam awak pesawat dan 58 penumpang, termasuk lima pembajak pesawat. Pesawat itu juga bertujuan ke Los Angeles.

Ini bukan kebetulan: empat penerbangan yang dibajak dijadwalkan untuk melakukan perjalanan dari ujung timur dan barat Amerika, yang berarti pesawat itu memuat hingga 43.000 liter bahan bakar. Di tangan pembajak, pesawat menjadi peluru kendali.

08:24
Atta mencoba untuk berkomunikasi dengan para penumpang, tetapi menekan tombol yang salah dan secara tidak sengaja menyampaikan berita tentang pembajakan tersebut kepada pengawas lalu lintas udara di Boston.

Dia mengungkapkan bahwa bukan hanya satu, tetapi beberapa pesawat telah dibajak.

Kebingungan, pengontrol lalu lintas udara mencoba memahami apa yang sedang terjadi, tetapi pesan kedua dari Atta tak menyisakan keraguan: Penerbangan AA11 telah dibajak.

Pada saat itu, para pembajak pesawat telah mematikan transponder, sebuah perangkat yang membantu pengawas lalu lintas udara mengidentifikasi setiap pesawat dan menentukan arah, kecepatan, dan ketinggiannya. Hal ini membuat sulit untuk menemukan pesawat tersebut.

Berita tentang pembajakan mulai naik ke rantai komando di regulator penerbangan AS (FAA).

Lebih dari setengah jam berlalu sebelum pejabat FAA dan maskapai akhirnya memahami arti sebenarnya dari kata-kata Atta: “Kami memiliki beberapa pesawat”.

Sementara itu, penerbangan lain terus lepas landas di seluruh negeri. Di antaranya adalah pesawat keempat dan terakhir yang dibajak hari itu.

08:42
Penerbangan UA93 milik United Airlines lepas landas dari Bandara Internasional Newark di New Jersey, menuju San Francisco.

Pesawat itu semestinya lepas landas jam 8:00 pagi, namun lalu lintas pagi di bandara menunda keberangkatan.

Pesawat ini tidak mencapai target yang direncanakan, dan penundaan penerbangan dianggap berperan dalam hal tersebut.

Tetapi ada juga faktor penting lainnya. Penerbangan berangkat dengan tujuh anggota awak dan 37 penumpang, empat di antaranya adalah pembajak – tidak seperti tiga pesawat lainnya, di mana ada lima dari mereka.

Saat pesawat UA93 lepas landas, pesawat kedua – UA175 – dibajak di udara.

08:44
Setengah jam setelah dibajak, penerbangan AA11 melintasi langit New York yang cerah.

Tidak hanya bebas dari awan, tetapi juga bebas dari pesawat: pengendali lalu lintas udara meyakini penerbangan itu menuju Bandara Internasional John F. Kennedy dan meminta pesawat lain untuk menyingkir.

Terlepas dari risiko yang ada, pramugari Madeline Sweeney melaporkan setiap perkembangan kepada manajer layanan penerbangan American Airlines Michael Woodward selama sekitar 15 menit dari telepon di bagian belakang pesawat.

Penerbangan AA11 mulai turun, tetapi tidak menuju bandara JFK. “Ada yang tidak beres. Kami turun dengan cepat,” kata Sweeney.

Woodward meminta Sweeney melihat ke luar jendela untuk melihat apakah dia bisa memastikan di mana mereka berada.

Sweeney berkata: “Kami terbang rendah. Kami terbang sangat, sangat rendah. Kami terbang terlalu rendah.”

Kemudian beberapa detik kemudian:
“Ya Tuhan, kami terlalu rendah”

Saat itulah panggilan berakhir.

08:46
Penerbangan AA11 menabrak Menara Utara, salah satu Menara Kembar World Trade Center (WTC), yang telah mendominasi cakrawala New York selama tiga dekade dengan 110 lantainya.

Ada kebingungan yang absolut.

Constance Labetti saat itu sedang bekerja di lantai 99 Menara Selatan ketika dia melihat pesawat pertama datang.

“Saya hanya berdiri membeku. Saya tidak bergerak. Saya tidak bisa bergerak,” katanya.

Suaranya termasuk di antara para penyintas dan kerabat para korban yang dikenang di 9/11 Memorial and Museum.

“Saya bisa melihatnya mendekat dan mendekat. Saya bisa melihat [inisial] AA di ekornya. Saya bisa melihat jendela kokpit yang berwarna. Sedekat itu saya.”

Suara pesawat yang menabrak Menara Utara terdengar seperti raungan, Labetti mengatakan: “Untuk sesaat, hanya untuk saat itu, saya hampir menghela nafas lega, sampai saya menyadari… semua orang yang baru saja [telah] tewas di menara itu.”

Pesawat itu menembus lantai 93 hingga lantai 99 gedung itu, segera menewaskan ratusan orang.

Diyakini bahwa itu juga membuat semua tangga dari lantai 92 ke atas tidak dapat diakses – membuat ratusan orang lainnya terjebak.

Bahan bakar dari pesawat yang meledak mengubahnya menjadi bola api yang menghancurkan setidaknya satu set lift dan beberapa lantai bawah, termasuk concourse West Street dan lantai B4, empat lantai di bawah tanah.

Di beberapa tempat suhu mencapai 1.000°C dan asap hitam tebal menyelimuti lantai atas, tidak hanya di Menara Utara, tetapi juga Menara Selatan.

Sistem komunikasi internal menyiarkan perintah agar orang tidak melakukan evakuasi, tetapi bos Labetti di Aon Corporation, Ron Fazio, memberi tahu semua orang untuk segera meninggalkan gedung menggunakan tangga.

Keputusan itu pada akhirnya menyelamatkan puluhan orang.

08:47
Presiden AS George W. Bush akan memasuki ruang kelas di Sekolah Dasar Emma E. Booker di Sarasota, Florida, ketika ia diberitahu bahwa “sebuah pesawat kecil bermesin ganda” telah menabrak salah satu Menara Kembar.

Bush diberitahu belum ada informasi lebih lanjut yang tersedia, dan ia melanjutkan rencananya untuk membacakan buku untuk anak-anak.

Meskipun FAA telah mengetahui pembajakan pesawat pertama selama lebih dari 20 menit, tidak ada catatan dari badan lain di Washington yang diberitahu tentang hal itu.

Gedung Putih juga tidak menyadarinya.

Wakil Presiden Dick Cheney mendengar berita di televisi dan reaksinya mirip dengan salah satu dari jutaan orang di seluruh dunia: “Bagaimana mungkin sebuah pesawat menabrak World Trade Center?”

Pada waktu yang hampir bersamaan, para pembajak menguasai pesawat ketiga, AA77.

08:56
Sepuluh menit setelah tabrakan pertama, ada beberapa tempat tersisa di lantai atas Menara Utara untuk berlindung dari panas, api, dan asap.

Penampakan orang jatuh – atau melompat – hingga tewas dari ketinggian 300 meter di atas tanah dapat dilihat.

Tragedi itu mengambil dimensi baru dari kengerian.

09:01
Begitulah kekacauan di pusat kendali lalu lintas udara FAA di New York sehingga pesawat kedua, UA175, berhasil terbang melintasi langit kota tanpa hambatan, meskipun tidak pernah mematikan transpondernya dan keluar jalur.

Pada saat informasi tentang kemungkinan pembajakan baru mencapai FAA, sudah terlambat untuk bertindak.

09:03
Pesawat UA175 menabrak Menara Selatan WTC, merobek lantai 77 dan 85.

Hanya 17 menit setelah kecelakaan pertama di Menara Utara.

Operasi penyelamatan terbesar dalam sejarah New York sekarang sedang berlangsung.

Constance Labetti masih menuruni tangga ketika pesawat menabrak gedung tempat ia bekerja, Menara Selatan.

“Saya pikir saya sampai di lantai 72, lantai 75, ketika kami mendengar – kami merasakan dan mendengar – suara keras. Dan orang-orang di tangga mulai jatuh dari tangga,” katanya dalam rekaman kesaksiannya pada 9/11 Memorial & Museum

“Rasanya seperti seseorang mengambil gedung itu, mengguncangnya dan meletakkannya kembali ke tempatnya. Saya memegang pegangan tangga dengan sangat erat, supaya saya tidak jatuh tetapi banyak orang di tangga itu jatuh.”

Labetti melanjutkan perjalanannya ke bawah dengan keyakinan bahwa Menara Utara telah runtuh menimpa gedung mereka.

Namun, jutaan orang di depan layar TV tahu bahwa pesawat kedua telah menabrak menara tempat Constance Labetti berada.

Kecurigaan awal bahwa itu mungkin kecelakaan, menghilang seketika.

Tidak seperti pesawat pertama, UA175 condong ke bawah sebelum jatuh, menyisakan bagian lantai tempat pesawat itu menabrak.

Salah satu tangga juga tetap dapat diakses, setidaknya dari lantai 91 ke bawah, tetapi menuruni tangga itu tidak mudah. Api, asap, kegelapan dan bau bahan bakar membuat upaya menyelamatkan diri semakin sulit.

Dan ada masalah lain: 911 – saluran telepon darurat.

Layanan darurat dibanjiri panggilan dan mereka menyarankan orang untuk tetap di tempat mereka sampai tim penyelamat tiba, terlepas dari apakah mereka berada di atas atau di bawah atau apakah mereka dapat mengevakuasi sendiri.

Jumlahnya bervariasi, tetapi tampaknya tidak lebih dari beberapa orang yang selamat di Menara Selatan berhasil turun dari zona tabrakan atau di atasnya.

09:05
Bush masih berdiri di depan seorang bocah berusia tujuh tahun, ketika kepala staf Gedung Putih, Andrew Card, membisikinya kabar serangan kedua di menara kembar.

Presiden Bush tetap duduk, menganggukkan kepalanya sedikit dan mengerucutkan bibirnya.

“Selama krisis, sangat penting untuk mengatur nada, dan tidak panik. Jadi, saya menunggu saat yang tepat untuk meninggalkan kelas,” kata Bush kepada BBC dalam film dokumenter “9/11: Inside the President’s War Room”.

“Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang dramatis, saya tidak ingin melompat dari kursi dan menakut-nakuti kelas yang penuh dengan anak-anak, jadi saya menunggu.”

09:24
Tak lama setelah tabrakan pesawat kedua di Menara Kembar, American Airlines dan United Airlines mengambil keputusan untuk tidak mengizinkan lagi penerbangan mereka lepas landas di seluruh negeri.

Ed Ballinger, pengendali lalu lintas udara United Airlines dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, memutuskan untuk melangkah lebih jauh dan memperingatkan setiap penerbangan di bawah radarnya hari itu.

Penerbangan UA93 adalah salah satunya, dan tinggal beberapa menit lagi untuk menjadi pesawat keempat yang dibajak.

“Hati-hati dengan gangguan kokpit. Dua a/c [pesawat] menabrak World Trade Center,” kata pesan singkat Ballinger.

Rupanya bingung, pilot Jason Dahl, menjawab, “Ed, tolong konfirmasi pesan terbaru — Jason”.

Tapi jawabannya tidak datang tepat waktu.

Bertahun-tahun kemudian, Ballinger menyesal karena mungkin pesannya tidak cukup jelas.

09:28
Penerbangan UA93 melakukan panggilan darurat dengan kapten atau co-pilot berteriak di tengah suara pertengkaran.

Panggilan darurat diterima oleh pengendali lalu lintas di Cleveland, Ohio, tetapi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Pembajak sudah mengambil alih pesawat.

Pembajakan penerbangan UA93 dimulai 46 menit setelah lepas landas, bukan setengah jam seperti tiga pesawat lainnya.

Penundaan keberangkatan selama 42 menit, sangat menentukan nasib penerbangan.

Dipimpin oleh Ziad Jarrah, seorang warga negara Lebanon, para pembajak mengulangi taktik mengancam penumpang dan awak dengan apa yang diduga sebagai bom, dan mengeklaim mereka mengembalikan pesawat ke bandara sambil memindahkan semua orang ke bagian belakang pesawat.

Dari ujung ekor pesawat, para penumpang mulai menelepon orang yang mereka kasihi dari ponsel mereka dan telepon pesawat.

Beberapa dari mereka mengatakan bahwa para pembajak tidak terganggu melihat mereka berbicara di telepon.

Setidaknya 37 panggilan dilakukan.

Beginilah cara mereka mengetahui tentang serangan kembar di New York dan nasib yang menanti mereka jika mereka tidak bertindak.

09:34
Di Departemen Kehakiman AS di Washington, para pejabat sudah tahu bahwa pesawat ketiga telah dibajak.

Jenderal Theodore Olson mendengar berita itu dari istrinya Barbara, yang berada di penerbangan AA77.

Olson kemudian mengenang apa yang dikatakan istrinya padanya: “Apa yang harus saya katakan kepada pilot? Apa yang bisa saya katakan kepada pilot untuk dilakukan?” sebelum telpon itu terputus.

FAA telah berusaha untuk menemukan pesawat selama setengah jam terakhir, tetapi transponder pesawat telah dimatikan.

Para pejabat memutuskan untuk memberi tahu militer.

“Kami juga kehilangan American 77,” kata pusat FAA di Washington kepada North American Aerospace Defense Command (NORAD), yang bertanggung jawab untuk melindungi wilayah udara AS dari serangan.

Secret Service diberitahu oleh pejabat di bandara Ronald Reagan di Washington bahwa sebuah pesawat tak dikenal sedang menuju Gedung Putih.

Wakil presiden dibawa ke bunker. Tapi kemudian pesawat berbelok 330 derajat. Pesawat itu tidak lagi menuju Gedung Putih atau gedung Capitol: pesawat itu menuju Pentagon, yang hanya berjarak 8 kilometer, dengan kecepatan penuh – 850 km/jam.

1200px Aerial view of the Pentagon during rescue operations post September 11 attack
Tak hanya Twin Tower, gedung Pentagon juga jadi sasaran aksi teror. (Foto: Ist).

09:37
Pesawat AA77 menghantam dinding barat Pentagon, menghasilkan bola api yang menjulang 60 meter di atas atap.

Seluruh 64 orang di dalamnya tewas, serta 125 orang di markas besar Departemen Pertahanan.

Puluhan lainnya terluka parah.

Sementara liputan berita serangan berpusat pada peristiwa dramatis yang terjadi di Menara Kembar, kecelakaan di Pentagon tak banyak diliput media.

Tapi ini bukan bagaimana Presiden Bush mengalaminya.

Dia berkata dalam program dokumenter BBC bahwa saat itulah dia menyadari negara sedang dalam kondisi perang.

“Pesawat pertama bisa jadi kecelakaan. Yang kedua pasti serangan. Yang ketiga adalah deklarasi perang,” kata Bush.

09:42
Setelah serangan Pentagon, FAA melakukan tindakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, memerintahkan semua penerbangan komersial untuk segera mendarat di bandara terdekat.

Sekitar 4.500 orang penumpang mendarat di seluruh AS.

Ada kekhawatiran tentang satu pesawat yang masih mengudara: Penerbangan UA93, dibajak, dan transpondernya dimatikan.

09:57
Pada menit ini, awak pesawat dan penumpang penerbangan UA93 tahu bahwa mereka akan mati jika mereka tidak bertindak untuk menghentikan para pembajak pesawat.

Alice Hoagland, mantan pramugari, meninggalkan dua pesan suara untuk putranya, Mark Bingham, yang ada di dalam pesawat.

“Mark, ini ibumu. Kabarnya pesawat ini telah dibajak oleh teroris. Mereka mungkin berencana menggunakan pesawat itu sebagai target untuk menghantam beberapa lokasi di darat.”

“Saya akan mengatakan lakukan semua yang kamu bisa untuk mengalahkan mereka, karena mereka sangat kejam,” katanya dalam pesan pertama.

Ia mengulangi saran yang sama dalam pesan kedua, berbicara dengan nada yang lebih tergesa-gesa:

“Ada satu penerbangan yang mereka katakan menuju San Francisco. Mungkin itu milikmu, eh, jadi jika kamu bisa, kelompokkan beberapa orang dan mungkin lakukan yang terbaik yang kamu bisa untuk mengendalikannya. Aku mencintaimu, sayang. Semoga berhasil. Sampai jumpa.”

Menurut informasi yang disampaikan kepada orang-orang di lapangan, semua orang di pesawat memilih dan memutuskan strategi terbaik adalah melawan para pembajak pesawat.

09:58
Saat kengerian terus berlanjut, Menara Selatan runtuh. Hanya butuh 11 detik untuk meruntuhkan seluruh bangunan.

Semua orang di gedung itu meninggal dunia, bersama dengan orang lain yang berada di jalan dan di Hotel Marriott di dalam kompleks WTC.

Constance Labetti adalah salah satu orang yang berhasil melarikan diri dari menara, saat awan debu dan puing-puing raksasa menyelimuti area tersebut.

Keesokan paginya, ia mengetahui bahwa Fazio, bosnya dan “pahlawannya,” yang mendorong semua orang di kantor untuk evakuasi, tidak berhasil lolos dari runtuhan gedung.

10:03
Selama enam menit para penumpang penerbangan UA93 berusaha masuk ke kokpit untuk merebut kendali pesawat dari para pembajak.

Perekam penerbangan menangkap suara benturan keras, tabrakan, teriakan dan pecahan kaca dan piring, saat mereka mencoba membuka paksa pintu.

Pada titik tertentu, Ziad Jarrah mulai mengemudikan pesawat ke kiri dan ke kanan, mencoba membuat penumpang kehilangan keseimbangan sementara pembajak lain memblokir pintu.

Jarrah berkata: “Apakah ini saatnya? Haruskah kita menuntaskannya?”

Pembajak lain menjawab: “Belum. Belum. Ketika mereka semua datang, kita menghabisinya.”

Mereka masih berjarak 20 menit dari target mereka, Washington, DC.

Jarrah kembali bertanya kepada pembajak lain apakah dia harus menabrakkan pesawat. Kali ini, dia diberitahu, “ya”.

Saat penerbangan UA93 menukik tajam, salah satu pembajak berteriak, “Allahu Akbar. Allahu Akbar.”

Saat penumpang melanjutkan serangan, pesawat menabrak tanah lapang di Shanksville, Pensylvania, dengan kecepatan lebih dari 930 km/jam.

Tidak ada yang selamat.

Gedung Putih akan memerlukan waktu beberapa menit untuk memastikan apakah pesawat itu telah ditembak jatuh oleh militer.

Militer mendapat perintah untuk menjatuhkannya agar tidak mencapai targetnya – yang diyakini sebagai Gedung Putih atau gedung Capitol.

10:28
Lebih dari 100 menit telah berlalu sejak penerbangan AA11 menabrak Menara Utara.

Gedung itu bertahan dua kali lebih lama dari menara lainnya, tetapi akhirnya menemui nasib yang sama dan runtuh ke tanah dalam sembilan detik.

Bill Spade dari dinas pemadam kebakaran New York hanya beberapa meter dari Menara Utara. Ledakan itu melemparkannya sekitar 12 meter ke bawah reruntuhan.

Ia membutuhkan waktu satu jam untuk menemukan jalan kembali ke permukaan.

Baru kemudian ia mengetahui bahwa ia adalah satu-satunya yang selamat di antara 12 petugas pemadam kebakaran yang bertugas saat itu.

Pamannya, yang berada di penerbangan UA93, juga meninggal.

Dengan 2.977 orang tewas – tidak termasuk 19 pembajak – 9/11 adalah serangan paling mematikan di AS.

Peristiwa ini juga menandai hilangnya personel tim penyelamat dengan jumlah terbesar dalam sejarah AS. Di New York saja, 343 dari korban tewas adalah petugas pemadam kebakaran.

Selain itu, sekitar 400.000 orang terpapar racun, cedera, dan gangguan emosional yang menyebabkan penyakit kronis dan bahkan kematian selama bulan-bulan pembersihan dan rekonstruksi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Akibat dari serangan 9/11 masih terasa hingga saat ini.

Pengejaran AS terhadap Osama Bin Laden menyebabkan invasi ke Afghanistan, tempat Al-Qaeda berlindung, pada tahun 2001.

Doktrin ‘perang melawan teror’ Presiden Bush kemudian menjadi cikal bakal invasi ke Irak pada tahun 2003.

Dua dekade telah berlalu sejak serangan itu. Penarikan pasukan AS dari Afghanistan dalam pekan-pekan menjelang peringatan itu telah ditandai dengan lebih banyak kekerasan dan kekacauan.

Taliban sekali lagi kembali berkuasa.

Misi AS di Afghanistan secara resmi berakhir, tetapi bab yang lebih mematikan mungkin belum muncul.

Sumber: www.suara.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *