Lewoleba, RNC – Tangannya lincah meracik bubuk kopi asli di dapur darurat dibawah tenda berlogo Bank NTT. Ia tampak sibuk melayani rombongan jurnalis yang mampir di tendanya. Para pewarta berjumlah 12 orang itu baru saja meliput laga final memperebutkan juara III Liga 3 El Tari Memorial Cup (ETMC) yang mempertemukan Perserond Rote Ndao dengan Persim Manggarai, Rabu (28/9/2022) petang.
Natalia Contesa Bunga adalah salah satu dari 65 pelaku UMKM Binaan Bank NTT Cabang Lewoleba yang mengais rejeki selama ajang Liga 3 ETMC digelar. Selama 21 hari sejak dibuka oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat pada 9-29 September 2022, turnaman sepakbola paling bergengsi di NTT itu selain sebagai ajang menguji prestasi, juga menjadi momentum pertumbuhan ekonomi.
Natalia mengaku pendapatan yang diperolehnya selama pertandingan meningkat drastis. “Apalagi kalau Persebata atau Perseftim yang main, saya bisa dapat untung Rp 400 ribu sampai 500 ribu,” sebut Natalia. Selain menjajakan kopi, teh, dan air minerial, ia juga menjual aneka kuliner khas Lembata seperti keripik pisang, jagung titi, dan kacang tanah.
Sebelum ada pertandingan ETMC, keseharian Natalia berjualan di Lapangan Harnus. Keuntungan yang diperolehnya selama berjualan di pusat kuliner Lembata yang dekat Pelabuhan Laut Lewoleba itu tidak seberapa dibanding pendapatannya selama perhelatan ETMC. “Sejak awal-awal pertandingan saya jualan pagi dan sore. Tetapi ketika masuk semifinal pertandingan hanya sore saja,” ujar warga Woloklaus, Lewoleba ini.
Hal senada disampaikan Anastasya. Wanita paruh baya ini juga merupakan pelaku UMKM Binaan Bank NTT Cabang Lewoleba. Ia mengaku mendapatkan keuntungan berlimpah. Bahkan, kalau yang bertanding adalah Perseftim dan Persebata, maka semua jualannya habis dibeli.
“Kalau tim lain yang bermain biasa-biasa saja, tetapi kalau Perseftim atau Persebata, maka semua yang kami jual pasti habis. Air mineral 10 dos juga habis terjual, termasuk makanan, minuman dan pop mie lain juga habis. Sebelum selesai pertandingan juga jualan sudah habis,” sebut Anastasya. Ia mengaku keuntungan yang didapat dalam sehari berkisar antara Rp 600 ribu sampai Rp 900 ribu.
Pimpinan Cabang Bank NTT Lewoleba, Petrus Soba Lewar mengatakan, ada 65 pelaku UMKM binaan Bank NTT yang berjualan selama event ETMC. Sebanyak 65 pelaku UMKM Binaan Bank NTT Lewoleba itu terdiri dari 10 UMKM binaan berjualan di Lapangan Polres Lembata dan 55 UMKM berjualan di Gelora 99. “Jumlah omzet di Polres Lembata selama 16 hari sekitar Rp 32.000.000. Sedangkan di Gelora 99 sekitar Rp 346.500.000. Total omzet UMKM Rp378.500.000,” ujar Soba Lewar.
Ia menjelaskan, jumlah uang beredar di Kabupaten Lembata selama ETMC XXXI meningkat drastis. Ia mencontohkan, 1 tim membawa rata-rata Rp75 juta jika dikali dengan 24 tim, maka tambahan uang beredar sebanyak Rp 1,8 miliar. “Dengan beredarnya uang di Lembata maka perputaran ekonomi meningkat, terutama kebutuhan konsumsi, kuliner, air mineral dan lainnya,” sebut Petrus Soba Lewar.
Mantan aktivis API Reinha Rosari Mahasiswa Katolik Dioses Larantuka-Kupang ini mengatakan Bank NTT Cabang Lewoleba memfasilitasi para pelaku UMKM berupa penyediaan lapak dan tenda jualan secara gratis selama ETMC XXXI.
Kepala Desa Pada, Karolus K. Payong mengatakan, sebelum Gelora 99 dibangun, tidak ada akses jalan menuju lokasi ini. Namun sejak Alm. Eliaser Yentji Sunur sebagai Bupati Lembata bertemu dengan kepala desa dan para tuan tanah akhirnya akses jalan menuju ke stadion Gelora 99 berhasil dibuka.
Rupanya dengan dibangunnya Gelora 99 memberi dampak positif bagi penduduk desa Pada. “Mereka bisa berjualan di sekitar pelataran luar Gelora 99 selama ETMC digelar, dan mungkin juga akan ada turnamen-turnamen lainnya ke depan,” sebutnya.
Menurut dia, penyelenggaraan El Tari Memorial Cup ini sudah memberi dampak positif bagi peningkatan ekonomi dan perputaran uang di desa Pada.
Puluhan penduduk sejak hari pertama pembukaan turnamen langsung menjajakan dagangannya di lapak UMKM yang disediakan pemerintah hasil kerja sama dengan Bank NTT. “Mereka semua itu tangkap peluang untuk jualan di sana selama ETMC berlangsung,” katanya.
Tidak hanya itu, setiap kendaraan yang masuk wajib membayar parkir di sekitar areal yang sudah dibagi oleh panitia penyelenggara ETMC. Hasil dari pemasukan parkir digunakan untuk membiayai kegiatan anak muda di desa itu. “Tarif roda dua Rp 2.000, dan roda empat Rp 5.000. Ada panitia dan Karang Taruna punya tempatnya masing-masing,” ujarnya.
Jasa parkiran itu diambil oleh pemerintah desa dengan melibatkan teman-teman Karang Taruna berdasarkan MoU. Selain jasa parkiran yang ditangani oleh Karang Taruna Desa Pada, sebanyak 34 ibu-ibu di Desa Pada yang dikoordinir oleh Ketua PKK Desa Pada berjualan di pinggir lapangan GOR 99 dan menjadi anggota UMKM binaan Bank NTT yang merupakan salah satu sponsor utama ETMC XXXI. (*/rnc)
Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com