GUBERNUR NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef Nae Soi mengucapkan Selamat Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76, kepada seluruh lapisan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Semoga Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin kuat menghadapi berbagai tantangan.
Perayaan Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 tahun ini, mengusung tema besar “Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh”. Makna tema ini mendeskripsikan nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik. Tema ini juga, merupakan cita-cita yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai visi bangsa yang harus diperjuangkan dari waktu ke waktu untuk menempatkan Indonesia terus berada dalam barisan terdepan kemajuan peradaban dunia.
Oleh karena itu, perayaan kemerdekaan tahun ini bukan semata-mata bermakna historis-simbolik, melainkan sebuah momentum bersejarah yang menginspirasi dan mendorong kita untuk bekerja lebih keras mewujudkan kemajuan di masa depan. Sebagai bangsa pejuang, kita tidak pernah berhenti bertarung demi memperoleh harkat dan martabat sebagai bangsa yang merdeka yang sejajar atau bahkan melebihi bangsa-bangsa yang lain. Harus yakin bahwa Indonesia adalah negara besar yang kini telah meningkat status sebagai negara berpendapatan menengah ke atas oleh Bank Dunia. Ini prestasi membanggakan, tetapi sekaligus cambuk yang menggenjot kita untuk bekerja lebih keras meraih prestasi yang semakin tinggi.
Tahun ini NTT masih berada dalam masa-masa yang sulit karena pandemi corona virus disease atau Covid-19. Virus ini tidak hanya mengancam kesehatan dan keselamatan manusia, tetapi juga sekaligus memukul sendi-sendi ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Sejak pandemi ini mewabah di Indonesia, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota bersama TNI/POLRI, lembaga agama dan sosial terkait lainnya telah bahu-membahu melakukan berbagai tindakan antsisipatif dan pengendalian untuk menekan penyebaran virus ini bertransmisi lebih luas di NTT.

Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dilakukan dengan kerja dari rumah, belajar dari rumah, sosialisasi cara hidup sehat, cuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan massa serta melakukan vaksinasi untuk mewujudkan kekebalan kelompok.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota bersama TNI/POLRI serta pemangku kepentingan terkait selalu memprioritaskan dan memberikan perhatian serius terhadap penanganan Covid-19 di daerah ini, yang tentunya harus dikoordinasi dan diselaraskan dengan kebijakan Pemerintah Pusat.
Bila melihat kembali sejarah perjuangan bangsa, di masa penjajahan, tepatnya di masa menjelang kemerdekaan Tahun 1945, bangsa Indonesia sudah pernah melaksanakan perubahan tatanan hidup baru yang dinamai dengan gerakan “Hidup Baru”. Gerakan “hidup baru” ini dimanfaatkan oleh Dewan Pertimbangan Pusat di masa pendudukan Jepang yang diketuai oleh Ir. Soekarno, untuk mewujudkan penghidupan baru bagi masyarakat Indonesia dengan cara membuang sikap lemah rakyat Indonesia pada masa penjajahan dan membentuk jati diri sebagai bangsa merdeka.
Adapun beberapa butir pedoman gerakan Hidup Baru yang dapat diadopsi untuk tatanan normal baru, di antaranya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berkhidmat kepada tanah air, bersifat kesatria, berdisiplin terhadap diri, menghormati orang tua, terbiasa hidup bersih dan sehat lahir bathin, berhemat, giat bekerja, cinta ilmu pengetahuan, suka menanam dan memuliakan kerja tangan.
Untuk itu, pada momentum bersejarah ini, Gubernur dan Wakil Gubernur mengajak seluruh masyarakat NTT agar terus meningkatkan kewaspadaan dan daya juang dengan mengobarkan semangat yang menyala-nyala bersama-sama memerangi berbagai permasalahan sosial ekonomi di daerah ini demi mewujudkan visi “NTT bangkit menuju sejahtera”.
Dalam pidato radio Gubernur yang disampaikan Wakil Gubernur, disebutkan segala kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dapat berhasil apabila mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan berbagai elemen pemangku kepentingan strategis di daerah ini. Oleh karena itu, melalui perayaan kemerdekaan ini ia mengimbau semua lapisan masyarakat Nusa Tenggara Timur di mana-pun berada agar meninggalkan ketakutan berlebihan terhadap ancaman covid-19. “Mari kita mulai membangun kepercayaan diri untuk kembali kerja produktif dengan memperhatikan protokol kesehatan. Pengalaman menunjukkan, bahwa pasien positif Covid-19 dapat disembuhkan dengan obat-obatan yang ada, tetapi rasa takut tidak ada obatnya. Orang yang dipenuhi rasa takut berlebihan adalah ciri orang yang hidup tanpa harapan. Harapan hanya dimiliki oleh orang yang sehat lahir-bathin sebagaimana pesan dalam pepatah Arab bahwa “seseorang yang memiliki kesehatan akan memiliki harapan, dan seseorang yang memiliki harapan, ia akan memiliki segalanya,” kata Wakil Gubernur Josef Nae Soi.
Ia mengajak semua masyarakat memelihara sikap optimis dan positif untuk memerangi virus berukuran mikro yang tidak kasat mata ini dengan disiplin dan hidup solider dengan sesama. Inilah kesempatan terbaik bagi masyarakat NTT untuk bangkit lebih cepat, manakala bangsa-bangsa lain masih bergumul keras mengatasi ancaman virus ini.
Masyarakat harus tetap fokus melawan musuh endemik yang sekian lama membelenggu, yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dengan sungguh-sungguh memanfaatkan segala kekayaan sumberdaya yang dimiliki. Persiapkan pariwisata dengan dukungan peternakan, pertanian, perikanan dan produksi kelautan. Persiapkan berbagai produk kerajinan, dukung industri kecil dan mikro yang ada agar saat pandemi ini berakhir, produk-produk NTT sudah berhasil menjangkau berbagai pasar dan NTT dapat membuktikan diri sebagai salah satu daerah yang cepat pulih dan bangkit menjadi lebih baik.
Selama pandemi ini, Pemerintah Provinsi NTT tetap berusaha untuk bekerja produktif dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang.
Bidang Kesehatan
Pada awal tahun telah terjadi wabah Demam Berdarah Dengue atau DBD di hampir seluruh Wilayah NTT dengan total penderita DBD pada tahun 2020 sejumlah 5.949 jiwa, dan kematian mencapai 59 jiwa dan pada tahun 2021 ini, sampai dengan bulan juli 2021 kecenderungan terjadi penurunan dimana total penderita DBD sejumlah 1.328 jiwa, dan kematian mencapai 9 jiwa.
“Kita bersyukur bahwa melalui kerja sama penanganan antara pemerintah dan masyarakat, maka kasus DBD dapat diatasi. Namun yang perlu menjadi perhatian dan pembelajaran bersama bahwa karakter DBD sudah berubah seiring perubahan iklim, di mana kasus DBD tidak bersifat musiman hanya pada bulan Oktober-Desember saja, tetapi dapat terjadi sepanjang tahun. Dengan demikian, tindakan pemberantasan DBD ini harus tetap kita laksanakan secara masif dan terus-menerus,” kata Wagub.

Selain demam berdarah yang banyak menimbulkan korban jiwa, NTT juga dihadapkan pada keadaan darurat wabah covid-19. Berbagai macam cara promosi, pencegahan, penanganan, perawatan dan rehabilitasi kesehatan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NTT dengan membentuk Gugus Tugas COVID-19, serta memberdayakan 3 (tiga) rumah sakit utama rujukan covid-19, yaitu RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang, RSUD Dr. T. C. Hillers Maumere dan RSUD Komodo Labuan Bajo, serta 8 (delapan) rumah sakit first line rujukan di 8 (delapan) kabupaten dan 11 (sebelas) rumah sakit second line rujukan di 8 (delapan) kabupaten/kota.
Selain itu, kebijakan refocusing dan realokasi anggaran diambil untuk menanganani covid-19. Semua komponen terus bekerja simultan serta bersinergi dari waktu ke waktu, termasuk kerja sama dan koordinasi yang dilaksanakan oleh Tim Gugus Tugas Provinsi dan Tim Satuan Tugas Kabupaten/Kota beserta unsur TNI-POLRI, para pemimpin umat dan lembaga keagamaan serta kerja keras dan tulus para tenaga medis, perawat, bidan dan tim teknis lainnya untuk bersama bekerja dan bekerja sama memerangi pandemi Covid-19 di Provinsi ini.
Hal lainnya yang tetap menjadi perhatian serius Pemerintah saat ini, yakni upaya mengatasi permasalahan gizi dengan menekan jumlah balita stunting, wasting dan underweight melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan balita KEK di 22 Kabupaten/Kota. Pemerintah Provinsi juga telah menetapkan 8 (delapan) Aksi Konvergensi dengan 25 indikator komposit, di antaranya terdiri dari indikator gizi spesifik dan sensitif yang digunakan untuk analisa penyebab stunting hingga tingkat desa, termasuk perawatan anak-anak gizi buruk, imunisasi, air bersih dan sanitasi serta akses ke PAUD.
Upaya-upaya ini cukup efektif menurunkan prevalensi balita stunting dari 35,4 persen pada 2018 menjadi 30 persen pada Tahun 2019 dan 24,20 persen pada tahun 2020 serta konsisten penurunan 23,20 persen berdasarkan data stunting periode pertama bulan Februari Tahun 2021. Namun, ke depan masih diperlukan kerja sama antara pemerintah, pemangku kepentingan terkait dan masyarakat untuk penurunan yang lebih signifikan dan berkelanjutan.
Parameter lainnya berkaitan dengan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yakni, mengurangi kasus kematian ibu dan bayi di NTT. Kasus kematian ibu pada Tahun 2021 kondisi bulan juli terdata sebanyak 70 kasus, dan mengalami selisih penurunan 62 kasus dibanding Tahun 2020 sebesar 132 kasus. Begitupun dengan kasus kematian bayi pada Tahun 2021 kondisi bulan juli terdata 431 kasus, atau berkurang 415 kasus dibandingkan Tahun 2020 sebesar 846 kasus.
Bidang Pendidikan
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota senantiasa berupaya meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan pada tiap jenjang pendidikan, yang tergambar dari besaran Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Pada Tahun 2019, realisasi APK masing-masing untuk tingkat pendidikan SD/MI sebesar 114,95%, SMP/MTs sebesar 87,82% dan SMA/SMK/MA sebesar 84,63%. Selanjutnya pada tahun 2020 realisasi APK mengalami kenaikan masing-masing untuk tingkat pendikan SMP/MTs menjadi sebesar 89,85%, SMA/SMK/MA menjadi sebesar 84,70%.

Sedangkan untuk untuk tingkat SD/MI menurun menjadi sebesar 113,40%. Realisasi APM pada tahun 2019 untuk jenjang SD/MI sebesar 96,14%, SMP/MTs sebesar 69,19% dan SMA/SMK/MA sebesar 53,68%. Sementara pada tahun 2020 realisasi APM mengalami kenaikan masing-masing untuk tingkat pendidikan SMP/MTs menjadi sebesar 69,82%, SMA/SMK/MA menjadi sebesar 54,09%. Sedangkan untuk tingkat SD/MI turun menjadi 96,00%. Ijin operasional sekolah pada tahun 2020 sebanyak 22 sekolah dan tahun 2021 semester 1 (januari-juni), ijin operasional sekolah sebanyak 97 sekolah.
Status akreditasi sekolah Provinsi NTT tahun 2021 pada jenjang pendidikan SMA sebanyak 96 sekolah dengan akreditasi A, 230 sekolah akreditasi B dan 185 sekolah akreditasi C. Pada SMK, sebanyak 14 sekolah dengan akreditasi A, 122 sekolah akreditasi B, dan 123 sekolah akreditasi C.
Total akreditasi pada jenjang pendidikan menengah adalah sebanyak 111 sekolah (12,17%) yang memiliki akreditasi A, sebanyak 361 sekolah (39,58%) akreditasi B, dan 314 sekolah (34,42%) akreditasi C.
Dalam rangka peningkatkan sumber daya manusia (SDM) sebagaimana misi pembangunan Nusa Tenggara Timur dalam poin yang keempat, pemerintah juga meningkatkan revitalisasi pendidikan dibidang sarana prasarana sekolah yang tergambar dalam penataan dan pembangunan prasarana belajar siswa bagi 14 sekolah luar biasa (SLB), 40 sekolah menengah kejuruan (SMK) serta 255 sekolah menengah atas (SMA). Pembangunan sarana prasarana tersebut terdiri dari pembangunan toilet/jamban siswa/guru beserta sanitasinya, perpustakaan beserta perabotnya, UKS serta perabotnya, ruang keterampilan beserta perabotnya, ruang laboratorium IPA, rehabilitasi ruang belajar, pembangunan asrama siswa, perpustakaan, ruang guru, ruang kelas baru serta pembangunan rumah dinas sekolah.
Selain itu, pemerintah juga melakukan revitalisasi dalam bidang pendidikan SMK agar lulusan SMK dapat diterima bekerja di industri atau mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Pemerintah mempersiapkan sekolah standar sebagai model pengembangan mutu dan daya saing SMA dan SMK secara Nasional maupun Internasional.
Saat ini pemerintah juga mengembangkan 9 sekolah pusat keunggulan atau sekolah percontohan yang akan menjadi contoh untuk sekolah-sekolah lain dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada serta memanfaatkan sumber daya alam lokal dalam bidang kemaritiman, seni, pariwisata serta industri kreatif melalui penguatan dan peningkatan kompetensi. Selain itu, Pemerintah juga terus melakukan penataan Pendidikan SMK agar menjadi sumber inovasi untuk memproduksi tenaga kerja terampil yang relevan dengan pengembangan potensi daerah dan berkolaborasi dengan lintas sektor untuk percepatan serta mengembangkan kompetensi bagi siswa/i SMK. Kolaborasi lintas sektor ini dilakukan untuk mendukung program pertanian, peternakan, pariwisata dan ekonomi kreatif. Pemerintah mempersiapkan sekolah standar sebagai model pengembangan mutu dan daya saing SMA dan SMK secara nasional.
Ke depan, untuk menjawab tantangan modernisasi dan penguasaan teknologi, pembangunan pendidikan di Nusa Tenggara Timur difokuskan untuk beberapa bidang, yakni pendidikan yang membentuk logika dan sains, pendidikan literasi seperti penguasaan Bahasa Indonesia dan Inggris, membaca dan menulis serta pendidikan yang membentuk etika dan budi pekerti.
“Saya yakin kalau kurikulum pendidikan NTT lebih difokuskan pada beberapa bidang dasar pendidikan ini, maka akan tercipta generasi muda NTT yang handal, kompetitif dan terbang melesat ke segala penjuru dunia,” kata Gubernur.
Bidang Pariwisata
Pariwisata merupakan sektor yang paling terdampak pandemi covid-19 ini. Di berbagai belahan dunia industri pariwisata paling pertama terpengaruh negatif sejak diterapkan kebijakan penutupan wilayah, dan menurut prediksi beberapa ahli ekonomi bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang akan terakhir pulih.
Terhadap kondisi ini, sejak pertengahan Juni tahun 2020, Pemerintah Provinsi NTT dengan didukung para pelaku industri pariwisata telah melakukan suatu loncatan yang berarti dengan memanfaatkan gerakan new normal untuk mengaktifkan kembali pariwisata NTT sebagai langkah awal untuk pemulihan. Langkah ini kita lakukan dengan tujuan untuk mengirim sinyal ke seluruh penjuru dunia bahwa pariwisata NTT sudah siap untuk menerima kunjungan, tentunya dengan jaminan keamanan dan kenyamanan wisatawan melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat, namun tidak mengurangi unsur pleasure atau kesenangan.

“Kita harus berkomitmen bahwa di Tahun ini dan mendatang pariwisata NTT sudah benar-benar pulih dan normal sebagaimana mestinya bahkan mengalami lonjakan. Untuk itu, saya mengharapkan Pemerintah Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Provinsi NTT, melalui intervensi program dan kegiatan yang ada dapat mendukung pelaku industri pariwisata agar dapat bertahan dan produktif dalam kondisi ini. Mulai dari sekarang kita harus menjamin ketersediaan rantai pasok atau supply chain yang menunjang pariwisata secara mandiri dengan mengurangi pasokan dari luar NTT. Kita harus mempersiapkan ketersediaan bahan baku, khususnya dari sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan yang berbasis industri dan perdagangan. Hal lainnya yang harus disiapkan dan dibenahi dalam mendukung pariwisata, yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penciptaan keamanan dan kenyamanan, termasuk ketersediaan sarana dan prasarana pendukung dari segi hiegenis, seperti ketersediaan dan kelayakan toilet, air bersih dan manajemen persampahan yang baik,” jelas Wakil Gubernur Josef Nae Soi.
Untuk mengembangkan pariwisata estate berbasis komunitas, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur sementara melakukan penataan destinasi wisata unggulan NTT, meliputi pembangunan infrastruktur penunjang berupa home stay, cottage dan restaurant pada tujuh lokasi pariwisata estate, yaitu Pantai Liman, Kabupaten Kupang; Desa Wolwal, Kabupaten Alor; Mulut Seribu, Kabupaten Rote Ndao; Lamalera di Kabupaten Lembata; Koanara di Kabupaten Ende; Fatumnasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pramaidita di Kabupaten Sumba Timur.
Ketujuh destinasi pariwisata estate tersebut semuanya telah diresmikan pada pertengahan tahun ini. Pemerintah Daerah di ketujuh destinasi pariwisata estate tersebut untuk meningkatkan kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi serta mempersiapkan masyarakat dalam rangka kesinambungan pengelolaannya.
Pola pikir juga harus diubah bahwa pengelolaan destinasi wisata tidak semata-mata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi lebih mengedepankan peningkatan ekonomi masyarakat.
Apabila telah tersedia sarana prasarana penunjang di 7 (tujuh) lokasi destinasi wisata tersebut, maka tugas Pemerintah Kabupaten setempat adalah menyediakan infrastruktur penunjang lain, seperti jalan, air bersih, listrik dan komunikasi, serta memfasilitasi dan memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk menjadi pemilik atas obyek wisata tersebut. Perbanyak atraksi atau festival yang disertai dengan narasi-narasi yang memikat wisatawan, serta hasilkan produk lokal setempat dengan kualitas terbaik, menarik dan memiliki cita rasa serta nilai ekonomi yang tinggi.