Oleh Pdt. Samuel B. Pandie
Bacaan Matius 25 : 1-13
Saudara-saudari.…………
Teks ini membahas tentang kedatangan sang mempelai laki-laki dimana orang percaya diwakili oleh 10 perempuan pengiring pernikahan dimana 5 dikatakan bijaksana, dan 5 dikatakan bodoh.
Ada beberapa hal menurut sebagai hal yang paling konsisten ketika berbicara tentang hari kedatangan Tuhan:
1. Dalam ayat 5 disebutkan: Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Kata lama tidak datang-datang juga (chronizo). Menggambarkan tentang waktu lebih tepatnya tentang waktu kedatangan Tuhan yang tidak bisa diatur oleh manusia, itu adalah waktu misteri.
Jadi kalau ada orang yang bisa menebak kapan Tuhan yesus datang, itu kekeliruan dalam berteologi. Kedatangan Tuhan, tidak dimaksudkan untuk mengetahui waktu yang tepat “bukan hari maupun jamnya.Kita harus tahu batas kita sebagai orang percaya dan hak Tuhan yang tidak bisa digugat oleh siapapun.
2. Dalam ayat 11-12 disebutkan: Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
Hal ini menunjukkan bagi kita bahwa dimasa penantian kedatangan Tuhan, justru menjadi kesempatan bagi kita untuk bertobat. Jangan keasikan dengan aktivitas yang keliru sebab ketika saatnya tiba baru kita bertobat dan menyesal maka semuanya tidak ada gunanya lagi.
3. Dalam ayat 13 disebutkan: Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya. Karena itu berjaga-jaga (kata Yun. Yang dipakai adalah ‘gregoreuo’) maksudnya waspada, tetap hiduplah daam kehendak Tuhan. beraktivitaslah dalam karya dan kerjamu sambil berhati-hati agar di mana pun engkau berada engkau harus menjaga dirimu dalam status sebagai orang-orang yang siap menanti kedatangan Tuhan.
Kita bandingkan dengan perumpaan lain tentang hari kedatangan Tuhan mislanya Dalam Matius 24:45-51, Yesus menjelaskan bagaimana Dia ingin menemukan murid-murid-Nya ketika Dia kembali “mengerjakan tugas-tugas yang telah Dia berikan kepada mereka.” “Hamba yang setia dan bijaksana” tahu bahwa tuannya mungkin tidak akan kembali untuk beberapa waktu, tetapi dia juga tahu bahwa dia telah diperintahkan untuk memberi makan dan merawat sesama budaknya.” (Matius 24:45).
Jadi dia menggunakan waktu ketidakhadiran tuannya untuk memenuhi misinya. Dan karena ini adalah rutinitasnya yang biasa, tuannya akan menemukannya di tempat kerja yang telah ditentukan ketika dia kembali, meskipun jam kembalinya tidak diketahui (Matius 24:46-47).
Budak jahat menafsirkan penundaan tuannya yang berkepanjangan dengan sangat berbeda. Dia menyimpulkan bahwa kembalinya tuannya masih jauh di masa depan. Dia mungkin juga berasumsi bahwa dia akan diberi peringatan sebelumnya, sehingga dia akan punya waktu untuk “membersihkan tindakannya” pada waktunya agar terlihat baik bagi tuannya.
Jadi dia menyalahgunakan sumber daya tuannya dan mengabaikan instruksi tuannya. Alih-alih merawat sesama budaknya dengan memberi makan mereka, dia memberi makan dirinya sendiri dan kroni-kroninya, memanjakan dirinya sendiri dan orang lain dengan apa yang seharusnya diberikan kepada sesama budaknya. Orang ini akan dibelah dua dan dimasukkan ke neraka bersama teman-temannya yang munafik, di mana akan ada tangisan dan kertakan gigi (Matius 24:48-51).
Lalu apa yang hendak teks ajarkan bagi kita tentang hari kedatangan Tuhan.
1. Banyak settingan cerita perumpamaan tentang hari kedatangan Tuhan. ada macam-macam kabar yang menakutkan, bangsa melawan bangsa, kerajaan lawan kerajaan, kelaparan, gempa bumi, tanda matahari menjadi gelap, bulan tidak bercahaya. Anak manusia di atas awan, datang dengan kemuliaan, ada malaikat yang pisahkan orang benar – orang jahat. Dua orang jalan-jalan atau kerja, satu diambil, satu tidak. Ada aktivitas kerja yang melelahkan, harus membungakan talenta.
Harus makan kepada hamba-hamba. Harus memperhatikan yang sakit, yang dipenjara, sebagai orang asing, memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus. Ada kesan menakutkan, ada kesan peringatan dan ada pesan keras sebab ini ada kaitan dengan penghakiman dan hukuman.
Yang membedakan kisah kedatangan Tuhan dalam versi cerita ini adalah gambaran kedatangan Tuhan seperti sebuah pesta. Sang mempelai laki-laki datang untuk berjumpa dengan sang mempelai perempuan. Settingan kedatangan Tuhan adalah sebuah peristiwa sukacita, menggembirakan karena kedatanganNya seperti sebuah pesta. Jadi hari kedatangan Tuhan itu bukan sesuatu yang menakutkan.
Ketika seroja menghantam NTT, saya yakin semua orang menyebut nama Tuhan. Gambaran ketakutan kita akan bencana, kerugian dan kebinasaan begitu menekan hidup kita. Bahkan hari ini jangankan bicara tentang hari kedatangan Tuhan, bicara tentang kematian saja, banyak yang tidak siap. Bagi orang percaya, tidak ada waktu yang lebih menyenangkan dari waktu kedatangan Tuhan. ia berdandan menjumpai kita.
Ia mencari kita dan bahkan masuk dalam ruang kamar kita. Ia tidak datang sebagai hakim yang menaktakan, ia datang sebagai mempelai yang menawan, gagah, berpakaian elegan. Tuhan bercerita isi hatiNya, bahwa Ia pun sangat menyukai masa kedatangan itu. Ia menyukai menjumpai kita dan mendekap kita, Ia menyukai waktu dimana kita begitu intim dengan Dia.
Dengan demikian semua orang percaya, semua anak-anak Tuhan, lakukan segala hal dibumi ini dengan sukacita, kerjakan sesuatu dengan spiritualitas yang menggembirakan, jangan lelah, jangan malas, jangan bosan, bertanggungjawablah, dandanilah karakter dan integritasmu, sikapmu seperti seorang pengantin yang siap menyambut pasangannya. Hai para pejabat jangan sakiti rakyatmu, hai para pekerja, jangan mengambil apa yang bukan hakmu.
Nikmati apa yang menjadi hakmu, jalani hidup dengan sukacita. Jangan menangis karena kegagalan, jangan putus asa karena sakit, sang mempelai tidak peduli fisikmu, ia datang dan mencarimu di ruang-ruang kamar yang sakit, menciummu karena engkau tetap menjadi anak-anakNya.
Hidup itu adalah perayaan sukacita, bahkan sampai Tuhan datang pun, sukacita itu tidak akan lenyap. Apakah gereja menyadari hal ini? tantangan yang dialami gereja dalam misinya tidak sedikit. Baik tantangan geografis, baik tantangan penerimaan Injil, tantangan dari agama-agama lain, tantangan yang datang dari penguasa. Jalani semua itu, teruskan misi Injil karena itu adalah panggilan sukacita. Disinilah kita bisa mengatakan konsep eklesiologi yang baru bahwa gereja itu bisa diibaratkan sebagai umat yang berpesta. Umat yang bersukacita dalam segala keadaan.
2. Orang percaya ketika menyambut kedatangan Tuhan diumpamakan seperti 10 gadis pengiring pernikahan. Orang percaya mendandani dirinya dengan anggun. Saya tidak tahu apa maksud Tuhan menceritakan hari kedatangan Tuhan dengan menempatkan 10 orang gadis.
Apakah itu tentang gadis lugu, ataukah tentang gambaran orang percaya yang selalu dianggap lemah dimata dunia ini. Yang pasti bahwa orang percaya harus berdandan dan berbeda dari orang-orang dunia ini. tugas yang dipercayakan kepada 10 gadis sebagai pengiring pengantin hendak mengingatkan kita bahwa kita meski tidak tahu tentang jam dan waktu kedatangan Tuhan, tetapi kita tahu bahwa waktu itu akan tiba. Bahkan kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan.
Sayangnya, 5 gadis hadir dengan dandanan keanggunan yang mana keanggunan itu tidak jatuh sama dengan persiapan menyambut sang pengantin. Minyak lampu waktu itu adalah minyak narwastu yang harum. Banyak orang percaya terlihat anggun namun hidunya tidak harum.
Mereka menjadi orang percaya yang hanya menang dalam ‘make up’ tetapi iman inner beauty (pancaran iman dari ketulusan hati) tidak ditampakkan. Mereka kira pakaian yang anggun saja sudah cukup. Orang percaya termakan oleh rutinitas, menghabiskan waktu sama seperti ornag-orang dunia ini, ketika waktunya tidur, mereka juga tiur, mereka lupa akan persiapan minyak, bahkan mereka lupa membawa minyak, minyak yang menggambarkan keharuman hidup sejati. Akhirnya ketika sang mempelai datang, sukacita itu hilang sebab mereka memikirkan minyak.
Mereka tidak punya kesmepatan menemukan senyum sang mempelai laki-laki, mereka kehilangan waktu mendengar ucapan sang mempelai : betapa cantiknya engkau. dan hari kedatangan Tuhan menjadi malapetaka karena mereka panik, sukacita tidak lagi mereka miliki. Diwaktu itu kita menemukan ada dua hal yang mereka lakukan untuk berjumpa dengan sang mepelai. Pertama, Mereka meminta minyak, bukankah permintaan itu harus direspon oleh orang percaya, kita harus menolong orang lain? sabar dulu, ini tentang kedatangan Tuhan, bahwa semua orang telah memiliki kesempatan yang sama.
Semua orang harus menyiapkan minyak. Apa artinya? Keselamatanmu tidak boleh direnggut oleh siapapun bahkan dengan rayuan yang akitabiah sekalipun. Gereja tidak berkompromi dengan hal-hal yang membodohkan pelita dan terang gereja harus terus menyala sebab dengan terang itu pula kita akan melihat rupa Tuhan sang mempelai laki-laki yang datang dengan terang yang ajaib itu. Kedua, mereka pergi membeli minyak.
Mereka keluar ruang istimewa yang teah disipkan, mereka melepas satu tempat hadirat Tuhan yang telah disediakan secara special bagi mereka, mereka mencari minyak. Sayangnya pintu telah tertutup, mereka berteriak: bukalah pintu. Tetapi jawaban sang mepelai laki-laki sungguh menyakitkan: Aku tidak mengenal kalian. Adakah yang lebih menyakitkan dari kata-kata itu. Ada suatu janji yang Tuhan ingatkan bagi kita dalam Yesaya 49:16 ‘Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.’
Bahkan dalam Yesaya 46:4, Tuhan berkata: Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. Ini janji yang manis bagi orang percaya, tetapi jawaban sang mempelai berbeda : Aku tidak mengenal kalian.
Nama kita telah dihapus dari telapak tanganNya, kita tidak punya kesempatan lagi untuk digendong dan didekap oleh Allah. Semuanya terlambat. Minyak telah habis, sang mempelai laki-laki pergi dan pintu terkunci. Itulah makna kebodohan. Gereja-gereja menjadi bodoh karen aterlampau memikirkan busana dan gedung-gedung yang mewah.
Di dalamnya mereka tidak punya cukup minyak narwastu, minyak keharuman, hidup yang mengharumkan nama Tuhan. gereja-gereja menjadi bodoh manakala kehilangan pemberitaan tentang eskatologis, melupakan agenda hidup kekal menyongsong sang mempelai laki-laki.
3. Akhirnya, seperti apa yang dikatakan oleh Bob Deffinbaugh: saat kita mempertimbangkan penerapan perumpamaan ini, ada kaitan antara apa yang kita lakukan dan tidak ketahui tentang kedatangan Kristus di akhir zaman. Perumpamaan ini, seperti yang lainnya, menggambarkan kembalinya Kristus secara tiba-tiba dan tidak terduga (bandingkan Matius 24:37-41, 43, 50; 25:5-6). Sebagian, itu tidak terduga karena begitu banyak waktu telah berlalu.
Perumpamaan ini, seperti yang lainnya, didasarkan pada premis bahwa kita tidak tahu hari atau jam kembalinya Tuhan kita : “Karena itu berjaga-jagalah, karena kamu tidak tahu hari atau jamnya” (Matius 25:13; bandingkan 24:26, 42-44, 50).
Perumpamaan ini, seperti perumpamaan lainnya di bagian ini, menunjukkan bahwa perbedaan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya, antara mereka yang akan masuk ke dalam kerajaan surga dan mereka yang akan dikurung di neraka, mungkin tidak akan terlihat sampai kedatangan Kristus.
Pada kedatangan kedua, ketika manusia berdiri di hadapan Tuhan kita, status spiritual mereka yang sebenarnya diketahui. Beberapa kali dalam Injil, Yesus menjelaskan bahwa akan ada beberapa kejutan (tentang siapa yang ada di kerajaan dan siapa yang tidak) ketika Dia datang kembali. Pertimbangkan dengan bijaksana bahwa Tuhan pasti datang kembali dan kita harus beroleh bagian sukacita itu. Amin. (*)