oleh

Menang Terhadap Cobaan

Oleh Pdt. Samuel B. Pandie, S.Th
Bacaan Lukas 4:1-13

Saudara-saudari ………..

Setelah Baptisan dan penampakan kemuliaan Yesus memposisikan diriNya sebagai Tuhan, Iblis mencobai Tuhan ke padang gurun, paling kurang itu menurut versi injil Lukas. Kita tentu bertanya, ada kepentingan apa sehingga Lukas tiba-tiba memasukkan Iblis dalam bagian kemesiasan Yesus?
Pertama, ketika langit terbuka, Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati dan ada suara dari langit, banyak sarjana PB menyebut bahwa itu pengalaman rohani yang hanya dimiliki oleh Yesus dan tidak diketahui oleh orang lain. ini menyangkut kuasa. Dihadapan alam semesta dan manusia, Bapa memperoklamasikan Yesus sebagai Tuhan. Proklamasi ini didengar juga oleh setan. Dan ini menjadi suatu perang baru antara penebusan dan upaya setan pertahankan dunia dengan dosa.

Kedua, Lukas tahu bahwa ada sesuatu yang belum selesai dalam kisah kejatuhan Adam dan Hawa. Bahwa setan yang masuk dalam diri ular masih menyisihkan semacam misteri. Kejadian menyebut bahwa ular itu adalah binatang yang paling cerdik. Allen Ross menemukan permainan kata Ibrani cerdik ‘arum’ memiliki kemiripan dengan ketelenjangan Adam dan Hawa ‘arumim’ yang menunjukkan bahwa setan dalam diri ular memang pembohong kelas kakap. Jika Narasi kitab Kejadian pasal 3, kita kaji kembali maka kecerdikan ular dapat kita temukan bahwa dia bukan saja menipu manusia tetapi juga menyebut Tuhan itu pembohong (Kej. 3 : 4 – 5). Dia berkata kepada Hawa, ‘Apakah Tuhan benar-benar berfirman, ‘Kamu tidak boleh makan dari pohon apa pun di taman ini’?’ Hawa berkata kepada ular, ‘Kami boleh makan buah dari pohon-pohon di taman, tetapi Tuhan berfirman, ‘Jangan makan buah dari pohon yang ada di tengah taman, dan jangan menyentuhnya, atau kamu akan mati.”‘

“Kamu pasti tidak akan mati’, ular itu berkata kepada Hawa. ‘Karena Tuhan tahu bahwa ketika kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Tuhan, mengetahui yang baik dan yang jahat’ dan memang benar mata mereka terbuka, tetapi justru mereka menemukan diri mereka dalam ‘arumim’ ketelanjangan dosa. Kita tahu, kisah kejatuhan Adam dan Hawa berakhir dengan kutukan. Namun Injil Lukas ingin menunjukkan bagi kita siapa Allah, benarkah Allah itu pembohong? Kisah Padang Gurun akan menguak semuanya dalam narasi Injil Lukas.

Kajian Teks Lukas 4:1-13

Membaca Narasi Injil Lukas menurut saya beberapa catatan kunci:

1. Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun, tinggal selama 40 hari lamanya dan dicobai Iblis. Inilah fakta tentang kehidupan kita. Tuhan menyediakan bumi bagi segala makhluk. Semua boleh menikmati pemeliharaan Tuhan. bahkan setan pun diijinkan menikmati bumi ini.

Beberapa catatan Alkitab selalu menampilkan setan sebagai si pengggoda. Kisah Ayub (Ayub 1: 12) menunjukkan bahwa setan si penggoda tidak tinggal diam dengan orang-orang yang saleh. Di taman Eden, Tuhan tidak saja menyipakan Eden yang menyenangkan. Tetapi Tuhan membiarkan setan hadir dengan versi kesenangannya sendiri Jika Adam dan Hawa dalam mengambil keputusan memberontak maka Adam dan Hawa memang menjadi seperti Tuhan: dalam memberontak melawannya, mereka menegaskan otonomi dan kemandirian pribadi mereka dari Tuhan dan merebut tempat otoritas dalam hidup mereka yang telah diduduki Tuhan.

Namun ironisnya, sebagai makhluk yang diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan, mereka sudah “seperti Tuhan”, dalam arti terbaik sebagai anak-anaknya, dibuat menurut gambar dan rupa-Nya. Dengan tidak menaati Tuhan, mereka kehilangan hak-hak istimewa yang terkait dengan status itu, termasuk dikenal oleh-Nya secara akrab dan pribadi di Taman Eden. Jadi dalam hal ini Roh Kudus tidak memaksa Yesus untuk jatuh dalam dosa, Roh Kudus menolong Yesus untuk menunjukkan otonomi kepribadianNya sebagai Anak Allah yang mampu mengambil keputusan yang tepat.

2. Yesus tidak makan apa-apa, ia lapar. Ini masalah terberat dalam kehidupan manusia. Jika Adam dan Hawa kelimpahan makanan, Ayub kelimpahan kekayaan, justru Yesus sedang berada dalam masa yang sulit, lapar. Alkitab bercerita bahwa karena kelaparan, Esau rela menjual hak kesulungannya, Daud menipu imam Ahimelekh agar bisa mendapatkan roti di perbendahraan rumah Tuhan (I Sam. 21). Janda di Sarfat hampir menolak kehadiran Hamba Tuhan (I Raja-raja 17 : 7 – 24).

Jadi dalam cobaan ini, Yesus secara fisik rentan untuk jatuh dalam pencobaan. Kehidupan ini butuh daya tahan, dan serangan daya tahan manusia ialah soal kebutuhan hidup. Orang akan pakai prinsip : Apapun, pikirkan dan selamatkan hidupmu saat ini, esok ada kesusahannya sendiri. Apakah kita menyadari maksud Injil Lukas? Kejatuhan manusia bukan hanya karena godaan tapi juga suasana, keadaan, kondisi bisa membutakan mata kita. Kita tidak kuat melawan setan yang cerdik ‘arum’ sebab kita lebih suka jatuh pada ‘arumim’ ketelanjangan dosa.

3. Ciri kebohongan setan itu ialah selalu menggugat apa yang paling kuat dari diri seseorang. Jika Engkau Anak Allah. Darimana ia tahu. Saat usai baptisan suara dari langit, suara dari Bapa telah menyampaikan: Engkaulah Anakku yng kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan. Setan tahu itu, Dia tahu kekuatan Yesus sebagai Anak Allah. Dia mencoba melihat sisi kuat itu untuk menjadikannya sisi lemah. Jika Engkau Anak Allah, ubahlah batu ini menjadi roti. Banyak teolog PB menyebut bahwa ini adalah godaan ekonomi. Namun merujuk pada sejarah Alkitab kita melihat bagaimana tokoh-tokoh iman jatuh karena sosl kebutuhan makan dan minum. Abraham menyangkali Sara hanya karena kelaparan dan negeri Mesir menjadi saksinya (Kej. 12 : 10 – 20).

Anak-anak Israel bersungut-sungut karena kepanansan padang gurun dan melihat Mesir sebagai negeri yang ideal meski hidup dalam penindasan. Bangsa-bangsa bergumul dengan kelaparan dan kasus busung lapar atau stunting karena kekurangan gizi. Ubahlah batu menjadi roti. Iblis menipu Tuhan. Dia sedang menuntun Yesus agar hanya belajar memikirkan diri dan kebutuhan sendiri. dan Tuhan menjawab dengan enteng : manusia hidup bukan dari roti saja. Narasi kitab Lukas menekankan sebuah ejekan. Kata Yunani untuk ‘jika’ ei (i) menunjukkan ketidakpastian padahal setan tahu Yesus itu Tuhan.

Setan menggoda kesetiaan Yesus sebagai anak Allah dalam kondisi yang lemah, apakah Yesus bisa menuntaskan puasanya yang intinya menggumuli panggilanNya bagi keselamatan seluruh bumi. Dan jika Yesus gagal, maka penebusan pun gagal. Dalam hal ini, ejekan setan dibalas dengan ejekan lain oleh Yesus. Kutipan firman Tuhan (Ulangan 8 : 3) ‘Manusia hidup bukan dari roti saja.’ jika Adam dan Hawa jatuh di lumbung makanan, godaan terhadap Yesus terjadi di padang belantara yang kekurangan dan Yesus justru melihat kekayaan firman Tuhan melebihi makanan.

Taat pada kehendak Tuhan sungguh memuaskan jiwa daripada sekedar memuaskan fisik. Yesus menegaskan kepercayaannya kepada Bapa-Nya dan membuktikan dirinya sebagai Anak Allah yang setia dan taat.

4. Pencobaan pertama gagal. Ada yang kontras dari cara Injil Lukas bercerita. Sejak awal Yesus dibawa ke padang Gurun oleh Roh Kudus. Setan yang gagal dalam pencobaan pertama justru sekarang berdiri menentang Roh Kudus dan membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi. Godaan itu selalu memiliki level yang jelas.

Jangan kira satu godaan membuat saudara luput lalu saudara akan bebas melangkah. Selalu ada cobaan kedua dalam hidup ini. Setan tanpa malu-malu menunjukkan seluruh dunia kepada Yesus dan tanpa malu-malu berkata bahwa seluruh dunia dan kuasanya telah diberikan kepadanya, jika Yesus menyembah dia maka seluruh dunia akan diberikan kepadanya. Memang Tuhan Yesus pernah berkata: “Kita tahu, bahwa kita adalah anak-anak Allah, dan bahwa seluruh dunia berada di bawah kendali si jahat” (1 Yohanes 5:19).

Tetapi bukan berarti dunia adalah milik setan. Siapa setan sehingga bisa memutarbalikkan fakta? Dunia ini adalah ciptaan Tuhan. Narasi taman Eden terjawab sudah, dahulu setan mengelabui Adam dan Hawa bahwa Allah itu pembohong. Dalam godaan kedua, setan justru menempatkan diri sebagai pembohong. Dia menyebut diri sebagai pemilik dunia. Tuhan Yesus menjawab: Ada tertulis, Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti. Ini jawaban seorang manusia yang mandiri dan otonom dalam hal iman.

Dia tahu bahwa kekuasan dan kekayaan dunia tidak didapat dengan instant. Yesus telah mematahkan kutuk dosa, ia berbeda dari Adam dan Hawa yang tergoda dengan kekuasaan dan mengarah pada kebinasaan. Yesus mengubah pola pandang manusia: hidup ini adalah pilihan, memilih semua hal dan kehilangan identitas ebagai anak-anak Allah atau memilih menjadi anak-anak Allah meski kehilangan dunia ini.

5. Akhirnya datanglah godaan ketiga datang dibalut dengan pesan spiritual yng indah. Yesus dibawa ke Yerusalem, pusat kota spiritual dan politik. Ia memilih tempat yang paling kudus (Bait Allah) dengan tempat yang paling tinggi yaitu bubungan bait Alah. Sekali lagi setan mengajak Yesus : jika Engkau Anak Allah, jatuhkan dirimu ke bawah. bubungan (pterogeon) titik tertinggi dari bait Allah.

Dan Yesus diminta melompat untuk membuktikan apakah bapa akan menyelamatkan Dia atau tidak. Jika Yesus sangat mandiri dan otonom dalam menjawab setiap persoalan, sekarang metode kebohongan setan dipakai kembali. Cara lama dengan metode baru. Sasarannya ialah Bapa. Saatnya Yesus membuktikan kata-kata Bapa yang mengatakan bahwa Ia mengasihi Yesus. Inilah spiritual yang dangkal sebab manusia seringkali mengambil jlan sendiri untuk menguji Bapa. Teologi Tuhan pake atau pake Tuhan sering dialami oleh banyak orang percaya.

Dalam hidup ini kita harus berani mengtakan tidak pada pencobaan, kalau tahu ada lubang ya sili, klau tahu ada kejahatan ya lebih baik mundur. Jangan juga memberi diri untuk dicobai apalagi memaksa Tuhan menolong untuk sesuatu yang harusnya tidak kita lakukan. sekali lagi Yesus berkata : Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu. Sejarah penaklukan manusia oleh kuasa setan sering terjadi setiap waktu tapi tak pernah setan berhasil mencobai Tuhan. dan setan tahu itu, sebelum keganas murka Allah menghabisinya, ia lebih baik mundur. Dia kira sejarah taman eden akan berlangsung dan kutukan akan dicabut bagi dia.

6. Kita melihat narasi Lukas yang kuat tentang sosok Yesus sebagai Adam baru. Keturunan Hawa kembali meremukkan kepala ular. Sebab di kepala lah, terdapat kecerdikan. Namun tumit Yesus berkasutkan hati kasih Bapa. Hanya ada satu cara, setan mundur dan ia selalu menunggu waktu yang baik. Dan waktu-waktu itu akan terus terjadi.

Ia mencobai Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan para pemuka agama yang berbau politis dan membenturkan perkataan Yesus dengan Taurat. Ia menggoda Yesus lewat petrus yang meminta Yesus menghindari jalan derita. Ia menggida Yesus dengan sambutan orang banyak banyak yang berteriak ‘Hosana’ namun berbalut politis. Ia mencobai Yesus dengan pertanyaan: apakah engkau raja orang Yahudi? Ia menggda Yesus dengan menghancurkan komunitas murid-murid yang setia. Pendeknya waktu yang baik selalu jadi cela bagi iblis untuk terus menggoda.

Sayangnya ia tidak pernah berhasil sebab waktu Yesus lebih diisi dengan kebenaran firman Tuhan. siapa yang setia ada firman Tuhan tak akan terpenjara dalam waktu sulit, ataupun senang. kebebasan sejati ditemukan dalam mengenal Allah sebagai Bapa, mempercayai firman-Nya, menolak kebohongan setan dan menemukan identitas kita dengan dikenal dan dicintai oleh Tuhan. Rasul Paulus menghayati cobaan dalam hidupnya dan ia tetap teguh pada firman Tuhan sambil berkata: Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (I Korintus 10 : 13).

Dalam moment perayaan Epifania kita belajar dari Yesus bahwa cahaya kemuliaan Allah tidak akan redup dalam diri kita jika kita percaya pada firman Tuhan. Yesus membuktikan itu, sebab firman Tuhan telah menempanya menjadi pribadi yang mandiri dan otonom. Pada satu titik dalam Injil Yohanes, para murid mendorong Yesus untuk istirahat dan makan sesuatu, tetapi Dia menjawab dengan mengatakan, “Aku punya makanan untuk dimakan yang kamu tidak tahu apa-apa.” Para murid menganggap Dia terlalu harfiah, bertanya-tanya apakah ada orang lain yang membawakan makanan untuk-Nya, dan Yesus berkata, “Makanan-Ku … adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaannya” (Yohanes 4:31–34 ).

Dengan pencobaan ini, Yesus membuktikan bahwa kemenangan itu datang saat kita menaruh firman Tuhan sebagai gaya hidup kita. Dia menempatkan kehendak Tuhan di atas bahkan kebutuhan fisik-Nya. David Brooks berkata: jalan kebaikan bagi hidup ini adalah orang “mengikuti hasrat mereka, memercayai perasaan mereka, untuk merenungkan dan menemukan tujuan hidup mereka. Asumsi di balik ucapan ini adalah ketika orang mencari tahu bagaimana menjalani hidup nya, jawaban yang paling penting ditemukan dengan nilai-nilai firman Tuhan yang tertanam di dalam diri kita sendiri.” do-it-yourself. Itu kunci kemenangan hidup. Amin. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *