Kupang, RNC – Ketua DPC Partai Demokrat Kota Kupang, Herry Kadja Dahi menanggapi secara serius pernyataan anggota DPR RI Fraksi Demokrat, Anita Jacoba Ga yang menyoroti perolehan suara Partai Demokrat di NTT di bawah kepemimpinan Jefri Riwu Kore (Jeriko), Jumat (8/10/2021) kemarin.
Herry meminta Anita untuk bercermin diri terkait pernyataannya tersebut. Pasalnya, perolehan suara pribadinya saja tidak mencukupi perolehan satu kursi di DPR RI. Menurut Herry, Anita duduk di Senayan karena adanya topangan suara dari partai dan kader di daerah.
Ia juga sangat menyayangkan pernyataan ini, karena apa yang disampaikan Anita tidak mencerminkan diri sebagai senior partai yang sering ia gaungkan di mana-mana. “Pernyataan ibu Anita tidak persis sama dengan apa yang dia kerjakan untuk membangun partai. Statemennya tidak cukup matang, tidak bijaksana, layaknya para senior yang mau mengabdikan diri memperkuat partai, karena apa yang dia sampaikan tidak persis sama dengan apa yang dia kerjakan,” ungkap Herry.
Sebagai Ketua DPC yang membawahi PAC hingga ranting, Herry mengaku jika selama ini, dirinya tidak melihat peran dan kontribusi Anita dalam memperkuat struktur partai dan memberdayakan kader di NTT. “Jika ibu Anita Ga ingin membuat perubahan seharusnya ibu Anita harus mengambil bagian dalam semangat perubahan itu. Aneh sekali, tidak pernah terlibat kok, tapi klaim ingin membuat perubahan, kan aneh,” imbuhnya.
Menurutnya, terlalu berlebihan jika menimpakan kegagalan pileg pada pimpinan partai saja, sementara Anita sebagai bagian dari partai hanya nampak mengurus diri sendiri, itu pun hadir di saat Pileg.
“Saya pikir linear dengan perolehan suara Partai Demokrat secara nasional yang pada pileg 2014 mendapat 10,9% turun menjadi 7%, evaluasi pileg nasional. Faktor penyebab anjloknya suara partai karena ketiadaan figur capres atau cawapres, dan juga ada isu-isu nasional yang kontraproduktif dengan kondisi di NTT, karena tingkat nasional adanya pertarungan Nasionalis versus Religius,” kata Herry.
Apa yang dialami Partai Demokrat di NTT, dan juga yang dialami Anita sendiri, ia meminta jangan ditarik sebagai kesimpulan semata-mata karena kesalahan Ketua DPD.
Jika flash back, tentang sosok Ibu Anita yang mengaku sebagai kader senior, dirinya mengaku sama sekali tidak pernah melihat keterlibatan Ibu Anita membangun kader dan Partai Demokrat.
Hingga Pileg 2014 bahkan pemilu 2019, sama sekali tidak ada sosok ibu Anita terlibat memperhatikan kader dan membangun Partai ini, tidak ada dalam membangun struktur partai, membantu caleg di daerah sama sekali tidak, namun kalau history keluarga mungkin bisa dibenarkan bahwa hal itu ada, tapi secara pribadi sama sekali tidak.
“Coba tanyakan kepada ketua-ketua DPC, minimal yang berada di dapilnya ibu Anita ini, berapa kali ada pertemuan dengan ibu Anita Ga, apakah ada kontribusi, apakah ada komunikasi yang baik untuk memperkuat partai, sangat jarang, sangat tidak nyata kontribusi ibu Anita ini, menurut saya ini hal yang perlu dikoreksi dari pernyataan ibu Anita ini,” kata Herry lagi.
Terkait pernyataan lain yang ibu Anita katakan bahwa adanya kader dengan kader dibenturkan, menurut Herry, pernyataan kader senior seperti ini justru membuka peluang besar untuk mengadu domba dan terjadinya pembenturan antar kader, oleh sebab itu, jelang Musda ini, agar kader lebih tenang dan tidak perlu membuat statement yang justru meruncingkan keadaan.
“Jika ibu Anita bilang Demokrat harus alami perubahan, bagi kami Demokrat di bawah kepemimpinan Jeriko itu mengalami perubahan yang nyata dan bersama Pak Ketum AHY kita akan menjemput kemenangan besar di 2024. Kita sungguh-sungguh membangun partai sesuai dengan 10 program partai modern dari Pak AHY, dan Pak Jeriko sosok yang sungguh-sungguh memberi hati dan dirinya untuk memperkuat Demokrat di NTT,” kata Herry.
Terpisah, Ketua DPC Demokrat Alor, Denny Lalitan mengaku kaget dengan sebuah video yang beredar di sebuah kanal YouTube. Video tersebut merupakan pernyataan anggota DPR RI Fraksi Demokrat, Anita Jacoba Ga yang mempersoalkan berbagai persoalan partai, mulai dari penurunan suara hingga menurunnya perolehan kursi Partai Demokrat.
Selain itu, Anita juga mengaku sebagai kader paling senior, memberi kritik dan berbagai curhatan masa lalu bahwa dalam tubuh Partai Demokrat, sesama kader sering dibenturkan. Entah siapa yang membenturkannya, namun telunjuk Anita tertuju pada elit partai berlambang bintang mercy ini.
Denny mengingatkan agar Anita tidak mencari kambing hitam atas kegagalan Partai Demokrat mendulang suara signifikan baik di daerah maupun di tingkat nasional. “Di kala sukses kita menepuk dada bahwa mati-matian berjuang, lalu di saat gagal kita menuduh pemimpin kita sebagai biang kegagalan. Itu tidak mencerminkan kader Demokrat sejati,” urai Denny.
Mantan anggota DPRD Kabupaten Alor ini mengatakan kalau standar itu yang dipakai Anita, itu artinya ia mau bilang bahwa mantan Ketum SBY harus ikut tanggung jawab. Oleh sebab itu dirinya sangat menyayangkan pernyataan dan tuduhan Anita tersebut.
Denny menegaskan jatuh bangunnya Partai Demokrat, merupakan pekerjaan dan tanggung jawab semua kader. “Artinya jika ada kekurangan ya kita semua punya kekurangan. Jadi jangan terlalu pakai itu telunjuk. Mari duduk dan bicara tentang apa yang bisa kita bantu untuk besarkan partai,” katanya.
Ia menyayangkan pernyataan kader yang mengaku sebagai senior partai tersebut. “Sangat disayangkan jika kader senior komentar seperti itu, apalagi kita semua tahu kalau Partai Demokrat sedang ada masalah yang cukup serius,” kata Denny lagi.
Ia berharap agar Anita Ga memberikan pikiran-pikiran terbaiknya untuk membantu Ketua Umum mengembalikan kejayaan Partai Demokrat. “Seharusnya semua kader Partai Demokrat bisa membantu Ketua Umum menyelesaikan masalah itu dengan konsentrasi penuh, dimana Ibu Anita waktu kami berjuang melawan para senior dan begal partai,” tandas Denny.
Dalam pernyataan terakhirnya Denny meminta agar Anita harus memilah mana musuh dan mana kawan. Mana kader dan mana bukan kader, karena musuh itu ada di luar bukan di dalam partai, “Tolong sekali lagi ibu Anita. Tolong jangan membebani kami lagi dengan berita-berita dan drama seperti ini, karena musuh itu ada di luar sana, bukan di dalam rumah,” pungkas Denny. (*/rnc)