Kupang, RNC – Jumat (17/9/2021), Wali Kota Kupang, Dr. Jefri Riwu Kore melakukan peletakan batu pertama pembangunan Ecowisata Mangrove Oesapa Barat. Hutan mangrove di kawasan ini bakal jadi objek wisata terindah di Kota Kupang.
Luas kawasan yang ditata di hutan mangrove mencapai 43 hektar akan menjadi objek wisata terbesar di Kota Kupang. Untuk diketahui, pesisir Kelurahan Oesapa Barat hingga Oesapa dibagi menjadi 4 segmen. Segmen 1 yakni Pantai Paradiso seluas 33,88 hektar, segmen 2 di kawasan muara seluas 43,79 hektar, segmen 3 di area pohon duri seluas 39,74 hektar dan segmen 4 di area Pasar Oesapa seluas 27,04 hektar.
Yang dibangun saat ini adalah segmen 2 dan segmen 3. Penataan kawasan ini merupakan perwujudan dari Kota Kupang sebagai “Water Front City.” Sejumlah fasilitas publik akan dibangun di kawasan ini untuk menunjang kualitas hidup masyarakat tanpa mengganggu ekosistem lingkungan.
Berikut sejumlah contoh desain penataan kawasan Ekowisata Mangrove Oesapa Barat:
1. Cottage, Rumah Panggung di Atas Air dan Restoran Lopo
Pada sisi kiri Segmen 2, hutan mangrove eksisiting dioptimalkan dengan reboisasi dan penataan yang mengakomodir pembangunan Cottatge, sehingga tercipta kesan “Mangrove Rumahku”. Wisatawan yang menginap akan menikmati indahnya pemandangan matahari terbit dan terbenam serta kicauan burung di antara rerimbunan pohon mangrove. Cottage berupa rumah panggung di atas air (Langgam Rote) yang dilengkai fasilitas hiburan dan restoran lopo berkarakter parametrik menjadi pelengkap sensasi Arsitektur Vernakular NTT.
2. Kolam Bandeng dan Lab Pembibitan
Fasilitas berikutnya adalah Kolam Bandeng yang ditata sebagai koridor menuju Cottage Mangrove. Dengan mengambil pola radial, dan laboratorium pembibitan sebagai titik sentral, kolam ini menjadi salah satu fasilitas ekonomi yang menopang kegiatan pemancingan bandeng di sebelahnya. Terdapat 10 petak kolam yang difungsikan sesuai kebutuhan maupun umur bibit bandeng. Pepohonan mangrove tetap dipilih sebagai unsur peneduh kolam sekaligus menjadi pembatas (Buffering) terhadap pemukiman warga yang mengelilinginya.
3. Ecowisata Mangrove
Sebagai sentral dari keseluruhan penataan kawasan di segmen 2, fasilitas rekreasi berupa Ecowisata Mangrove. Fasilitas ini terdiri dari area penerima, lab. edukasi dan pembibitan mangrove, serta jalur wisata mangrove yang tetap mengakomodir bentukan asli jalur eksisting. Area penerima sedikit ditarik ke arah kolam bandeng akibat keterbatasan lahan, tetapi sekaligus menjadi pengikat antara unsur bandeng dengan mangrove. Area ini juga sebagai pintu gerbang ke Cottage Mangrove yang memberi pemandangan ke arah kolam bandeng maupun area pemancingannya.
4. Kolam Pemancingan dan Pohon Waru
Fasilitas Kolam Pemancingan merupakan fitur unggulan selanjutnya setelah Ecowisata Mangrove. Dengan mengusung konsep “Mancing Mania”. Pengunjung dapat memanfaatkan alat pemancingan, jasa pengolahan tangkapan maupun “mini barbeque” yang ada.
Sebagai peneduh, sekeliling kolam akan ditanami pohon waru. Tampilan anjungan pemancingan yang dijajar membentuk setengah lingkaran akan menjadi “spot selfi” maupun menjadi latar belakang yang unik bagi penggemar fotografi.
5. Taman dan Pedestrian
Salah satu bentuk perubahan wajah di seputar segmen muara adalah pembangunan RTP Tirosa, yakni pengurugan daratan yang tidak potensial bagi pertumbuhan mangrove dimaksudkan untuk memanfaatkan lahan yang kurang cantik menjadi lebih menarik. Konsep Ampiteater dimasukkan sebagai area bersama dalam kapasitas sedang yang diselingi indahnya taman dan pedestrian (Beton berpori).
6. Area Playground
Daya tarik wisata di kawasan mangrove juga ditujukan pada kelompok anak-anak. Disediakan area khusus bagi anak-anak untuk bermain di fasilitas yang disediakan dengan suasana pasir laut. Tenda-tenda dengan bentuk kreatif dapat menjadi area tunggu bagi orang tua yang ingin tetap mengawasai anak-anaknya di saat bermain.
7. Jogging Track dan Jalur Sepeda
Salah satu spor menarik dari penataan Segmen Muara, yakni dibangun RTP Muara yang menjadi media atraktif kawula muda Kota Kupang. Konsep kegiatan wisata pada area ini adalah pemandangan Teluk Kupang dengan fasilitas penunjang berupa jalur jogging dan sepeda di sisi kali Liliba-Oesapa.
8. Air Mancur dan Taman Bunga
Sebagai rangkaian penataan Kawasan Wisata Oesapa, di Segmen 3 direncanakan RTP Pohon Duri, yang bentuknya menyerupai haluan kapal. Ruang terbuka seluas 1,8 hektar ini dilengkapi Pujasera, Kolam Ikan dan Air Mancur serta Taman bunga.
9. The Magic Haik
Air mancur di RTP Pohon Duri memiliki ciri khas bentuk alat timba tradisional atau Haik yang mengadopsi prinsip “Kran Ajaib”. Ini merupakan perpaduan antara kearifan lokal dan konteks modern sekaligus menjaga sisi histori dari nama “OESAPA” itu sendiri.
10. Jembatan Lengkung
Untuk menghubungkan Segmen 2 dan 3 yang dipisahkan oleh kali selebar ± 30 m, dibangun sebuah jembatan dengan konstruksi pelengkung sehingga menjadi ikon baru yang semakin memperkuat magnet wisata Kawasan Wisata Oesapa.
Jadi Objek Wisata Modern
Wali Kota Kupang, Dr. Jefri Riwu Kore (Jeriko) saat menghadiri peletakan batu pertama dan sosialisasi kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh Kota Kupang kawasan Oesapa, di lokasi pembangunan, Kelurahan Oesapa Barat, Jumat (17/9/2021), mengatakan proyek senilai Rp 12 miliar ini merupakan bantuan dari Kementerian PUPR melalui program Kotaku. Program ini bakal mengubah wajah kawasan tersebut menjadi sebuah destinasi wisata modern seperti yang ada di kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Wali Kota mengakui pembangunan ini merupakan hasil dari perjuangan sejak beberapa tahun lalu. Berkat dukungan Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah NTT dan jajarannya upaya Pemkot Kupang untuk menata Kota Kupang menjadi kota yang modern mulai terwujud. Mulai dari pembangunan infrastruktur jalan, lampu jalan, drainase dan trotoar. Ditambahkannya selama beberapa tahun terakhir Kota Kupang mendapat perhatian besar dari Presiden Jokowi melalui Kementerian PUPR. Sejumlah besar dana direktif Presiden ditujukan untuk pembangunan dan penataan Kota Kupang.
Wali Kota juga menyampaikan terima kasih kepada warga Oesapa Barat, para pemilik lahan yang telah rela menghibahkan tanahnya untuk pembangunan tersebut. Dia optimis penataan ini tidak hanya melahirkan ikon pariwisata baru tetapi juga menciptakan peluang lapangan kerja baru bagi warga di sekitar lokasi, terutama bagi warga yang telah menghibahkan tanahnya.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah NTT, Herman Tobo menyampaikan pemilihan kawasan Oesapa sebagai kawasan prioritas berkaitan erat dengan konsep penataan ruang Kota Kupang sebagai Water Front City dan pembangunan infrastruktur 4 permukiman untuk menunjang Kawasan Oesapa sebagai Kawasan Strategis Ekonomi dan Pariwisata.
Pembangunan Skala Kawasan Oesapa Kota Kupang ini menurutnya bertujuan untuk menuntaskan permasalahan kumuh pada 7 indikator kumuh, meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), meningkatkan kesempatan dan penyerapan tenaga kerja, mengembangkan livelihood di kawasan sekitar Oesapa Kota Kupang serta mengubah pola hidup dan perilaku masyarakat untuk menata permukiman menjadi lebih bersih, sehat dan lestari. Dia berharap ke depan Pemerintah Kota Kupang dapat mengelola dan memelihara hasil pembangunan Skala Kawasan Oesapa sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Siapkan Sistem Pariwisata Rakyat
Anggota DPRD Kota Kupang yang juga Ketua Fraksi PDIP, Adrianus Tali mengapresiasi pembangunana kawasan Ecowisata Mangrove Oesapa Barat. Anggota dewan yang akrab disapa Adi ini menyampaikan pembangunan kawasan tersebut menjadi objek wisata merupakan bagian dari penyelesaian masalah kawasan kumuh dan juga sampah di kota Kupang.
“Itu terobosan yang baik dan sesuai dengan Perda RDPR bahwa itu kawasan penunjang pariwisata,” ujarnya.
Ia menambahkan lokasi tersebut sangat strategis untuk dikelola menjadi kawasan wisata. Selain itu, kawasan itu juga menjadi kawasan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Di kawasan itu ada tambak garam dan kolam budidaya ikan bandeng.
Adi mengatakan untuk menyukseskan pembangunannya, Pemerintah Kota Kupang harus memastikan lahan-lahan itu tidak lagi bermasalah. Selanjutnya, Pemkot harus memastikan kawasan itu dikelola untuk pemberdayaan masyarakat pesisir. “Di situ bukan saja itu wisata mangrove, tetapi ada juga lokasi pemancingan. Itu harus dikembangkan. Jangan berhenti di situ,” pungkasnya. (rnc04)
Wah, hebat klo ecowisata OEsapa jadi, pulang lah kita rame2 ke homeland