Kupang, RNC – Partai Hanura hingga saat ini belum memutuskan arah koalisi di Pilkada Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sekretaris DPD Hanura NTT, Elias Koa kepada awak media, Selasa (21/8/2024) menyebutkan, Hanura sudah membangun komunikasi politik dengan beberapa partai. Juga dengan paket yang sudah ada. Namun saat ini DPD Hanura NTT masih menunggu keputusan final dari DPP, dalam hal ini Ketua Umum Oesman Sapta Odang.
“Hanura tahu diri hanya punya empat kursi di DPRD NTT. Partai yang tersisa (belum berkoalisi, red) hanya PDIP dan Demokrat. Kalau kami menyampaikan bahwa paket ini, syukur-syukur didukung oleh partai yang punya kursi banyak. Jika tidak, maka kita malu dengan pernyataan sendiri. Jadi biarlah ini berproses dengan sendirinya,” ujar Elias Koa.
“Toh kami juga sudah membangun komunikasi dengan beberapa paket yang sudah ada maupun pihak yang lain. Bahwa nanti partai akan berlabuh ke mana, tergantung keputusan ketum,” sambung Elias.
Menanggapi pertanyaan media ini terkait flyer yang beredar dimana Fransiskus Xaverius Lara Aba disandingkan dengan Refafi Gah, Elias mengaku semuanya itu adalah bagian dari dinamika politik yang di dalamnya terdapat komunikasi antara para bakal calon.
“Bahwa ada flyer Frans Aba dan Refafi Gah yang beredar itu bagian dari dinamika politik. Justru pak Frans Aba yang paling rajin membangun komunikasi dengan Pak Refafi dibandingkan dengan Ansy Lema,” katanya.
Menurut Elias, Ansy Lema sudah tidak lagi berkomunikasi dengan DPD Hanura NTT pasca pertemuan antara Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristianto dan Ketum Hanura Oesman Sapta Odang untuk membahas koalisi di Pilkada NTT.
“Dulu saat dia (Ansy Lema, red) datang ke DPD, kami tidak undang. Dia datang di saat kami sudah menutup pendaftaran. Kami arahkan untuk ke DPP. Mereka ke DPP Hanura dan Ketum mengundang pak Ketua DPD (Refafi Gah, red) ke sana untuk pertemuan. Jadi sudah ada pertemuan dihadiri pak Hasto dan ketum kami. Tapi kemudian tidak ada komunikasi dengan kami sampai dengan hari ini,” ungkap Elias.
Dia menambahkan, Partai Hanura dalam penjajakan koalisi tentu mencari mitra dan tempat yang nyaman yang bisa bekerja sama untuk lima tahun ke depan.
“Jadi kita tunggu saja ke mana Hanura akan berlabuh,” tandasnya.
Di akhir wawancara dengannya, Elias menampik anggapan yang menyebutkan kartu Hanura mati di tangan. Sebab sampai saat ini Hanura masih intens membangun komunikasi dengan partai lain atau dengan paket yang lain.
“Beberapa partai dan paket yang sudah ada juga ada gencar komunikasi dengan kami, jadi saya anggap bola masih hidup. Kecuali semua partai sudah mengusung calon, membentuk koalisi dan Hanura tidak diajak. Politik ini kan dinamis,” pungkasnya. (rnc)