BANYAK media massa akhir-akhir ini mungkin hanya memuat teks pemberitaan tanpa memahami konteksnya. Sekadar copy paste. Maka apa yang ditulis sering keluar dari konteks, bahkan cenderung provokatif, padahal maksud narasumber sebagai informan lain daripada itu.
Semestinya narasi yang disampaikan harus kontekstual dan sesuai realitas, bukan memainkan teks di luar dari konteks untuk tujuan tertentu. Mestinya narasi yang disampaikan orientasinya untuk mencerdaskan masyarakat, bukan berkesan provokatif dan membentur-benturkan para tokoh.
Dan juga tidak boleh membuat opini jadi berita sehingga bias dan multitafsir bagi pembaca. Tugas media hanya membeberkan data dan fakta. Biarlah pembaca yang mengambil kesimpulan. Haram bagi media untuk membuat kesimpulan, apalagi menghakimi dan memprovokasi sebuah keadaan.
Media mestinya mencerahkan, bukan sebaliknya mengaburkan fakta dengan menyajikan teks di luar dari konteks. Karena sejatinya teks tak bisa dipisahkan dari konteks. Media mestinya mencerdaskan, bukan sebaliknya membodohi pembaca dengan opini tanpa data. Karena data dan fakta adalah suci bagi media yang berjalan di atas kebenaran.
Manipulasi bahasa untuk framing negatif dengan tujuan membuat opini publik terdistorsi adalah perbuatan terburuk di dunia jurnalisme. Karena sesungguhnya salah satu tujuan jurnalisme adalah membantu publik untuk mengambil keputusan. (*)