Oleh Pdt. Samuel B. Pandie, S.Th
Bacaan Markus 1:1-8
PENDAHULUAN
Markus adalah kitab yang tidak menulis tentang natal (kisah kelahiran Yesus). Dia justru memfokuskan diri pada persiapan menyambut Yesus (meminjam model perayan liturgi gereja, Markus sangat beri perhatian pada Adven).
Pertanyaannya adalah bagaimana Kristus bisa diterima sebagai Mesias. Markus mulai dengan memperkenalkan tokoh Yohanes pembaptis. Siapa dia? Dia keturunan imam. Ayahnya bernama Zakharia, ibunya Elisabeth. Dalam teks ini, Markus tidak berminat mengangkat asal usul Yohanes.
Markus agak berhati-hati karena jika ditelusuri Yohanes adalah saudara Yesus (ibu Yohanes dan ibu Yesus itu sepupu). Bisa jadi kehadiran Yohanes disalahpahami dan dianggap sebuah rekayasa. Markus juga tidak menonjolkan keberadaan Yohanes yang dianggap sebagai bagian dari kelompok Ezene.
Karena itu yang ditonjolkan maka orang israel akan melihatnya sebagai sebuah upaya propoganda kelompok Ezene. Markus mulai dengan menyebut Yohanes sebagai figur yang bersuara di padang gurun di wilayah sungai Yordan.
Sungai Yordan itu mengalir melalui Israel dan wilayah Palestina, dari utara ke selatan. Berasal dari atas Laut Galilea dan mengalir sampai ke Laut Mati, aliran itu kemudian membentuk batas antara Israel dan Yordania sehingga sepanjang wilayah sungai Yordan terdapat bentangan padang gurun di selatan dan timur Yerusalem.
Apa yang hendak Markus nyatakan? Yohanes Pembaptis adalah sosok yang memiliki keterkaitan dengan nabi Yesaya. Setelah Maleakhi, kurang lebih 400 tahun orang Israel merasa bahwa Allah lebih banyak memilih diam dalam panggung sejarah Israel. Tidak ada nabi yang berbicara tentang Israel dan janji-janji Tuhan yang pernah diperdengarkan melalui mulut para nabi. Yang ada itu hanya beberapa orang yang mengakui diri sebagai nabi namun nyatanya hanya omong kosong.
Ada hal lain yang tidak bisa kita lewati ketika kita berbicara tentang padang gurun. Para rabi mengajarkan: Taurat diberikan melalui/dalam konteks tiga hal—api, hujan, dan gurun…Dari mana kita tahu bahwa gurun berperan? Seperti yang dikatakan (Bilangan 1:1): ‘Dan Tuhan berbicara kepada Musa di Gurun Sinai.
Di Padang Gurun lah, Israel belajar membiasakan diri mendengar suara Tuhan. Implikasinya besar bagi orang Israel jika berbicara tentang padang gurun: di gurun mereka beroleh air, makanan dan mengenal suara Tuhan secara gratis. Di gurun, mereka belajar bahwa manusia tidak akan mencapai ‘kepenuhan diri’ kecuali hanya dengan kerendahan hati mau mendengar dan hidup dengan suara Tuhan. Jadi apa yang dilakukan Yohanes Pembaptis bukan sesuatu yang mengada-ada. Suara kebenaran jatuh sama dengan pemaknaan padang gurun bagi orang Israel.
Selanjutnya dalam ayat 6, Yohanes diperkenalkan dengan gaya khasnya: memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Sosok ini dihubungkan pula dengan Elia, sikap kesederhanaan Elia sangat kuat dalam memory orang Israel, namun jauh lebih hebat dari ciri Elia adalah dia adalah Nabi yang begitu kuat menjunjung sikap nasionalisme Israel.
Beberapa teks menyebut, Yohanes Pembaptis sangat keras pemberitaannya. Dia bahkan tidak segan-segan menyebut Israel bukan sebagai keturunan Abraham melainkan keturunan ular beludk. Kepada para pejabat, dia bilang: makanlah apa yang menjadi hakmu. Dia juga bahkan berani mengkritik Herodes. Nabi seperti ini dirindukn oleh Israel. Karen itu ketika ia menawarkan baptisan, orang banyak tidak mencegah dia sebab gagasan dibalik baptisan itu adalah soal kemurnian Israel.
Orang Israel mengenal ritual penyucian dalam hukum dan tradisi Yahudi Halakha, yang disebut tvilah. TVilah adalah tindakan membenamkan diri dalam air yang bersumber dari alam, yang disebut mikva. Dalam Alkitab Yahudi dan teks-teks Yahudi lainnya, perendaman dalam air untuk pemurnian ritual ditetapkan untuk pemulihan ke kondisi “kemurnian ritual” dalam keadaan tertentu. Misalnya, orang Yahudi yang (menurut Hukum Musa) menjadi najis secara ritual karena kontak dengan mayat harus menggunakan mikvah sebelum masuk ke Bait Allah.
Jadi kita mendapat tiga kesimpulan dari cara Injil Markus menampilkan sosok Yohanes:
1. Dia membangkitkan memory Israel tentang memahami diri sebagai umat pilihan. Bahkan panggilan pemurnian diingatkan terus menerus. Dengan demikian maka orang Israel melihat bahwa dalam diri Yohanes ada ciri-ciri nabi Israel.
2. Ajarannya memiliki landasan tradisi israel yang kuat. ucapannya bukan hanya sekedar ucapan biasa. Pengajarannya lahir dari apa yang juga menjadi pengharapan orang israel dan gaya hidupnya ikut menentukan kualitas pemberitaannya
3. Yohanes Pembaptis berhasil ditempatkan sebagai utusan Allah yang kemudian dari tampilan dan pemberitaannya membuka jalan penerimaan Kristus sebagai Mesias dan pusat dari pemberitaan Injil.
KAJIAN TEKS
Saya membagi teks ini dalam 3 pemaknaan sehingga kita menemukan makna perayaan Adven bagi gereja:
1. Panggilan mempersiapkan jalan. (ayat 1–3)
2. Pertobatan sebagai jalan baru menyambut Yesus (ayat 4 – 6)
3. Ciri khas Mesias dalam diri Yesus (ayat 7 – 8)
PANGGILAN MEMPERSIAPKAN JALAN (ayat 1 – 3)
Ajakan Yohanes untuk mempersiapkan jalan disebutkan dua kali. Ayat 2 menyebut demikian: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu. Dalam ayat 3 pengulangan persiapan jalan berbunyi demikian: ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”.
Ini adalah kutipan dari Yesaya 40 : 3. Perubahan pada kutipan Injil Markus hanya untuk menegaskan posisi Yohanes Pembaptis sebagai utusan namun substansi dari maksud Yesaya 40:3 tidak berubah. Penekananya pada panggilan bagi semua orang untuk ‘mempersiapkan jalan bagi Tunan.’ Beberapa penafsir PL memahami kata-kata Yesaya sebagai berikut:
– Yesaya menyerukan persiapkan jalan bagi Tuhan. konsep ‘jalan’ yang dimaksud adalah mengikuti jalan Tuhan sehingga manusia tidak tersandung. Ada dugaan apa yang dikatakan Yesaya memiliki dimensi politis karena dilandasi oleh semangat Yesaya mengkritik para pemimpin Israel yang karena berhadapan dengan ancaman Asyur memilih jalannya sendiri.
– Ada yang mendalami maksud Yesaya dengan mengupas kata ‘jalan’ (Ibrani derek) Kata ‘derek’ dapat diterjemahkan sebagai jalan, perjalanan, cara, adat, dan bahkan kenikmatan seksual. Kata derek juga digunakan sebagai metafora untuk tindakan dan perilaku manusia seperti dalam Mazmur 1. Digunakan sebagai bahasa kiasan yang menggambarkan cara hidup orang fasik dan cara hidup orang benar. Kata ‘derek’ juga berarti cara orang menjalani hidup mereka. Beberapa perikop dalam kitab Amsal menunjukkan bahwa ketika Tuhan membimbing jalan seseorang, orang itu tidak akan “jatuh atau tersandung.”Amsal 3:6 mengatakan: “Akuilah Dia dalam segala jalanmu, dan Ia akan meluruskan jalanmu”.
– Beberapa ahli PL mengingatkan kita bahwa suara nabi Yesaya diperdengarkan dalam konteks ketika orang-orang Israel berada di pembuangan Babel. sehingga seruan’ luruskan jalan’ memiliki makna pembebasan Israel yang waktunya telah tiba. Luruskan jalan bagi Tuhan adalah cara Tuhan memanggil umat-Nya untuk kembali ke Yerusalem. Maksudnya adalah Tuhan sedang mempersiapkan jalan untuk membawa umat-Nya.
Lalu adakah sesuatu yang baru dari ajakan mempersiapkan jalan oleh Yohanes Pembaptis?
– Jika Yesaya mengusung jalan Tuhan sebagai janji Allah bagi jalan pembebasan maka dalam berita yang disampaikan oleh Yohanes sebenarnya jalan itu bukan lagi janji melainkan telah nyata dalam diri Yesus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: Akulah jalan, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup …. Jalan adalah akses menuju tujuan dan Yohanes menyerukan suara kebenaran bahwa inilah jalan yang benar, jalan yang mampu menuntun Israel keluar dari berbagai persoalan, jalan kepastian.
– Dalam teks Yunani, kata ‘jalan’ diterjemahkan dari kata ‘Hodes’ yang berarti jalan atau hidup. Maknanya lebih pada sebuah jalan aman, jalan kebebasan atau semacam sebuah tata cara jalan tanpa beban. Kebanyakan manusia menyingkir dari sebuah jalan karena perjalanan menjadi terbeban, jalan kehidupan terlalu di atur (terlalu menekankan jalan ritual) dan bahkan juga orang tidak menemukan kepastian dari jalan itu sendiri. Khusus bagi Israel waktu itu, tantangan terbesarnya adalah Israel terbagi dalam kelompok-kelompok baik Taurat, Farisi, Saduki, Ezene, Zelot dan masih banyak lahgi kelompok yang menawarkan jalan keselamatannya masing-masing. Tentu saja ada bahaya menggeser posisi Allah sebagai pusat kebenaran. Dan karena itu Yesus adalah jalan keselamatan yang membimbing orang Israel menemukan kembali Allah sebagai pusat kehidupan.
PERTOBATAN SEBAGAI JALAN BARU MENYAMBUT YESUS (AYAT 4 – 6)
Jika Yohanes berbicara tentang Yesus sebagai pemenuhan dari jalan keselamatan itu, dimana Yesus adalah jalan yang diserukan oleh Yesaya maka dimana orang percaya bisa mengambil bagian di jalan kebenaran itu? Yohanes telah ambil bagian dijalan itu sebagai utusan Allah. Orang percaya dapat mengambil bagian dijalan kebenaran itu dengan jalan pertobatan.
Pertanyaannya ialah mengapa harus bertobat. Konotasi dari sebuah pertobatan sangat negatif. Orang-orang yang bertobat adalah orang-orang yang terlalu jauh di dasar jurang, mereka begitu tidak layak bagi hidup ini. Dalam cara pandang Yohanes, ada dua hal yang harus diingat oleh orang percaya: Pertama, kita tahu Israel sangat ketat dalam patokan jenis-jenis dosa. Dosa itu dimulai, bukan karena firman tapi ketika manusia memberi interpretasi terhadap firman.