GELOMBANG kejut yang terus terjadi di lingkaran internal Partai Demokrat NTT pasca MUSDA beberapa waktu lalu, di satu sisi kita syukuri sebagai batu ujian kepemimpinan dari kepengurusan DPD Demokrat NTT yang baru di bawah komando Pak Leonardus Lelo.
Di lain sisi, beberapa persoalan internal yang terjadi pada saat tahapan persiapan verifikasi parpol dan pleno kepengurusan PAC – DPC se NTT, serta dinamika dalam pelaksanaan Muscab di Soe, meninggalkan catatan penting yang harusnya menjadi concern seluruh pengurus DPD Demokrat untuk melakukan evaluasi kinerja secara menyeluruh, demi pencapaian hasil akhir yang memuaskan di 2024 nanti, dan seterusnya.
Profesionalitas pengurus, integritas dan loyalitas terhadap platform perjuangan partai, adalah modal utama dalam melakukan kerja – kerja politik internal maupun eksternal. Sebagai kader, pengurus DPD, Liaison Officer (LO) DPC Kabupaten Belu, serta anggota tim verifikasi PAC Belu -Malaka – TTU, saya menyampaikan outo critic terhadap performa kinerja kami yang menurut penilaian saya, belum maksimal serta menimbulkan cela – cela indikasi mal-praktek yang disengaja oknum, yang bisa saja berpotensi merugikan prospek partai ke depan, dan meragukan performa kepemimpinan ketua DPD yang sekarang.
Cela – cela yang dimaksud antara lain:
1. Proses pengumpulan KTP untuk pembuatan KTA terbaru yang sangat berdekatan dengan proses pleno demisioner pengurus PAC menuju muscab. Terindikasi banyak “wajah baru pengurus” yang baru mengurus KTA, dan lolos rekomendasi menjadi ketua PAC oleh oknum – oknum pengurus lama, yang berniat maju pencalonan ketua DPC pada muscab. Para ketua PAC sebelumnya terpaksa tergerus dari kursi ketua, oleh wajah – wajah baru dari luar partai yang ber-KTA terbaru.
Contoh real dari indikasi ini terjadi di Kabupaten Belu, dimana ketua PAC lama yang juga merupakan anggota DPRD aktif, tergerus oleh calon yang baru pindah dari partai lain, dan memiliki KTA Demokrat selama satu bulan berjalan menjelang muscab. Ada juga ketua PAC lama (sarjana) yang memiliki kontribusi besar dalam memenangkan dominasi Partai Demokrat di Kabupaten Belu, dikalahkan anggota ber-KTA baru yang adalah seorang gembala sapi, dan belum dikenal kalangan internal pengurus DPC Belu.
Di sini diduga terjadi “permainan oknum” untuk mengusulkan anggota keluarga sendiri, guna memuluskan langkah menuju kursi ketua DPC pada muscab, entah dengan sepengetahuan atau tanpa sepengetahuan orang DPD sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan SK PAC terbaru.
2. Ada pengurus DPC (Malaka) yang berniat maju pencalonan ketua DPC pada muscab, yang sangat aktif dan selalu mengikuti pergerakan/kegiatan lapangan tim verifikasi sejak dari Malaka, ke Atambua, ke Kefa, dan terakhir hadir di kantor DPD sampai tengah malam selama masa kerja tim verifikasi, serta terlibat dalam diskusi – diskusi soal kegiatan verifikasi tanpa dibatasi siapapun dan terkesan sengaja dibiarkan atau bahkan mungkin diajak oleh oknum tertentu.
3. Saya sebagai anggota tim verifikasi mencoba menyampaikan informasi – informasi lapangan (baik secara langsung atau lewat berita – berita media online lokal) terkait kerja – kerja kami untuk diwaspadai, dipelajari dan diantisipasi agar tidak timbul gejolak, kepada grup WA DPD, namun malah mendapat resistensi tinggi (dianggap memprovokasi) dan bahkan di onzlag/dikeluarkan dari grup oleh admin.
Bahkan saya di telepon oleh teman – teman yang prihatin, bahwa ada pembicaraan di belakang layar: “saya ada menerima uang sogok dari orang penting di Belu, sehingga bersedia menjadi pengacau dan patut dikeluarkan dari grup”. Faktanya, pelaksanaan muscab di Soe mengalami kericuhan dan complain, serta ada pleno DPC yang mengalami deadlock karena persoalan SK Ketua PAC dan kepatuhan panitia terhadap instruksi DPP dan AD/ART.
Hal – hal seperti ini yang membuat kami, baik sebagai kader maupun yang ditugasi oleh partai, harus melakukan outo critic karena jika dibiarkan, maka dapat merusak citra partai, mempengaruhi prospek partai ke depan, serta menurunkan penilaian kemampuan leadership Ketua DPD NTT. Hal ini yang mau kita cegah untuk menjaga martabat partai di mata publik NTT, khususnya di Belu – Malaka – TTU.
Loyalitas, dedikasi, integritas, serta profesionalitas pengurus kepada keberhasilan partai, harusnya berada di atas kepentingan orang per orang atau kelompok, di dalam organisasi. (*)
* Jonathas Andreas Bere Mau (Wakil Ketua IV Badan Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPPM-DA) DPD Partai Demokrat NTT