oleh

Hari Kartini dan Prasasti Cinta Ansy Lema kepada Tenun Ikat NTT

21 APRIL 2023, tepat pada momen perayaan Hari Kartini, sepenggal doa dan ucapan terima kasih sejuk bersenandung dari kaki Gunung Mutis.

“Kami dari kelompok tenun Sehati Eban mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ansy Lema yang sudah memberikan bingkisan dan sudah kami terima. Semoga Tuhan memberkati Bapak Ansy dan keluarga. Saya dan anggota kelompok Sehati mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Ansy Lema dan Ibu.”

Demikian ungkapan hati mama Katarina Aplan, Ketua Kelompok Tenun Sehati di Desa Eban, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui video mengucapkan terima kasih kepada Anggota DPR RI Bapak Yohanis Fransiskus Lema.

Ucapan terima kasih tidak datang tanpa alasan. Karena secara tiba-tiba legislator asal NTT yang akrab dipanggil Ansy Lema tersebut melalui aktivis perempuan Veronika Lake menyerahkan sejumlah uang untuk dukungan pelatihan dan modal awal usaha pengembangan tenun ikat.

“Padahal, selama ini kami belum pernah bertemu, menelpon pun tidak. Yang kami dengar, Pak Ansy banyak bantu alat mesin pertanian, ternak, dan bibit tanaman produktif. Kali ini beliau bantu kami untuk kembangkan tenun. Jadi ini kejutan yang sangat membahagiakan,” kisah mama Katarina penuh semangat.

Mama Katarina adalah salah satu pegiat tenun ikat Atoni Pah Meto atau Suku Dawan. Bersama dua puluh mama, mereka berjuang dari serba keterbatasan untuk menjaga salah satu kekayaan identitas Suku Dawan: Tenun Ikat.

“Kelompok Sehati dibentuk sejak tahun lalu, namun memiliki semangat yang luar biasa. Mereka sering berkumpul mengadakan latihan menenun bersama. Tidak hanya menenun, mereka sering berlatih membuat kue dan kerajinan tangan lainnya,” ungkap Yustina Tafina Kosat, instruktur tenun ikat yang selama ini melayani antusiasme kelompok Sehati.

Baca Juga:  Bersama Gen-Z dan Milenial, Pro Gibran NTT All Out untuk Prabowo-Gibran
Ansy 2
Anggota DPR RI, Ansy Lema

NTT: Nusa Tenun Terindah

Mama Katarina tidak sendiri. April 2022, saat melakukan video call dengan empat belas kelompok tani di Desa Nunmaffo, Kecamatan Insana, Kabupaten TTU, Ansy yang adalah politisi PDI Perjuangan secara spontan menyerahkan bantuan Rp5.000.000 untuk pengembangan tenun ikat untuk mama-mama penenun. Uang tersebut telah digunakan untuk pengembangan sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Tenun Ikat.

“Saya ingat saat itu Pak Ansy langsung transfer uang kepada mama-mama penenun. Uang itu telah dipakai mama-mama penenun untuk belanja benang dan usaha simpan pinjam,” beber Maria Imelda Haki, koordinator kelompok tenun ikat Kamboja di Desa Nunmaffo.

Hal yang sama diceritakan Ferdy Metkono, koordinator tim Ansy Lema di Noemuti, TTU. Ketika melakukan zoom meeting dengan mama-mama Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari Mandiri pada Oktober 2020, Ansy memberikan bantuan  Rp5.000.000.

Padahal, sebelumnya politisi berdarah Belu-Timor ini juga memberikan bantuan sebesar Rp75.000.000 hasil kerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk pengembangan sayur-sayuran di pekarangan rumah.

Dalam postingan di akun fanpagenya pada 9 Juni 2020, Ansy menceritakan pengalamannya berinteraksi dengan mama-mama penenun di Desa Sadi, Kabupaten Belu. Ia bercerita membangun lima pondok tenun ikat di Desa Sadi yang adalah desa kelahiran nenek kandungnya.

“Kemarin saya mendapat video dari mama-mama yang mengabarkan pondok pertama sudah selesai dibangun. Jika sebelumnya mereka hanya menenun saat siang dan situasi teduh, kini hujan pun tidak menghalangi untuk menenun. Menenun bagi mama-mama bukan saja demi tujuan profit-ekonomis, terutama melestarikan peradaban, tradisi leluhur,” paparnya.

Tenun ikat dan Ansy Lema memang tidak dapat dipisahkan. Tidak hanya membantu mama-mama dalam produksi, Ansy giat mengampanyekan eksotisme tenun ikat NTT di tingkat nasional. Mantan dosen berbagai universitas di Jakarta tersebut sering mengenakan tenun ikat NTT ketika bersidang di Senayan, menjadi pembicara di TV, menghadiri kegiatan resmi negara, maupun dalam sidang-sidang internasional.

Baca Juga:  GAMKI NTT Gelar Pelatihan Dasar Pendampingan Korban Human Trafficking

“NTT tidak hanya memikat karena keindahan alamnya, tetapi juga tenun ikat yang eksotik, termasuk tenun ikat Sumba. Dalam rapat di DPR RI, saya kerap mengenakan tenun ikat Sumba sebagai bentuk kecintaan, kebanggaan, dan apresiasi terhadap kreasi-imajinasi mama-mama dan rambu-rambu Sumba,” tulisnya pada 23 September 2021.

Bahkan untuk mengungkapkan kebanggaannya kepada tenun ikat, Ansy mengubah singkatan NTT menjadi “Nusa Tenun Terindah.” Ia sungguh bangga akan kekayaan budaya warisan leluhurnya!

Menenun, Gembala Tradisi

Dr. Frederikus Fios, akademisi dan pengajar di Universitas Bina Nusantara (Binus) angkat bicara. Ia sangat mengapresiasi komitmen Ansy dan perempuan NTT untuk melestarikan tenun ikat. Menurutnya, tenun ikat adalah warisan leluhur Suku Dawan yang memiliki kekayaan narasi historis yang harus terus dilestarikan keberadaannya.

“Salut dan terima kasih kepada Pak Ansy dan hormat kepada mama-mama penenun penjaga lingkungan, gembala tradisi budaya, dan nabi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Mengapa? Karena mama-mama memakai zat pewarna alam dari lingkungan yang mengandung ajakan etis untuk melestarikan lingkungan hidup yang menyediakan segalanya,” jelas putra kelahiran Timor tersebut.

Tak terkecuali ucapan terima kasih datang dari mama Yustina Kosat, pegiat tenun ikat yang beberapa produknya telah menembus pasar nasional dan internasional. Menurutnya, dukungan Ansy Lema untuk pelatihan tenun ikat di hari Kartini mengirim pesan mendukung emansipasi dan kesetaraan gender, tetapi juga mengirim pesan bahwa para perempuan tidak sendirian!

“Kami merasa didukung. Kami tidak merasa sendirian. Perempuan adalah penjaga peradaban melalui pelestarian tenun ikat. Dukungan tidak dapat diukur dari besarnya nominal uang, tetapi dari penghargaan, dan perhatian.”

Yustina bercerita, pelatihan tenun ikat yang didukung Ansy berkonsentrasi pada pelatihan tenun ikat teknik tradisional Atoni Pah Meto mulai dari motif, pembubuhan zat pewarna hingga cara menenun. Ia berharap mama-mama penenun melalui pelatihan ini semakin giat melestarikan budaya lokal.

Baca Juga:  Unggul dalam Digitalisasi, Bank NTT jadi Tempat Studi Banding Bank Bengkulu

“Produk kain tenun ikat lokal NTT, termasuk di Timor mampu memikat perhatian karena berbagai keunikannya, seperti diproduksi dengan tangan manusia menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu serta penggunaan warna yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Karena itu, kami fokus pada lokalitas,” ujar penerima bantuan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Ansy Lema tahun 2021 tersebut.

bantuan tenun
Penyerahan bantuan dari Ansy Lema untuk mama-mama kelompok penenun. (Foto: Ist)

Sambil berterima kasih atas dukungan Ansy Lema, Yustina berharap kegiatan pelatihan tenun kepada perempuan-ibu perlu ditingkatkan.

“Karena saat ini belum banyak penenun yang memproduksi tenun ikat untuk dipasarkan secara konsisten dan berkelanjutan. Sebagian besar penenun NTT memproduksi kain tenun ikat manakala ada pemesanan dari pembeli,” katanya.

Semoga prasasti cinta Ansy Lema untuk Tenun Ikat di Hari Kartini berbalas kerja nyata pemerintah daerah dan pihak-pihak swasta yang berhati baik. Ditunggu grand design pengembangan tenun ikat NTT yang ilmiah, dan menguntungkan penenun rakyat. (*/rnc)

Editor: Semy Rudyard H. Balukh

Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *