Manajemen RSUD Ben Mboi Ruteng Diduga Manipulasi Biaya Perawatan Pasien

Manggaraidibaca 947 kali

Ruteng, RNC – RSUD dr. Ben Mboi Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mendapat sorotan. Kali ini diduga memanipulasi kwitansi pembayaran dari pasien. Hal tersebut diakui oleh salah seorang pasien asal Manggarai Timur (Matim) berinisial WS.

Kepada media, WS mengungkapkan, persoalan tersebut bermula saat dirinya menjalani rawat inap di Ruangan Melati, Lantai III, Kelas I, Nomor 1B rumah sakit itu. WS tercatat sebagai pasien umum di RSUD Ben Mboi sejak Senin (31/01/2022). Ia masuk sekitar jam 18.10 Wita melalui IGD.

WS menuturkan, pada 1 Februari, ia pindah dari IGD ke ruangan inap Melati lantai III kelas I Kamar 1B untuk perawatan lebih lanjut. Saat itu, ia diangnosa mengidap sakit ginjal, darah tinggi dan HB rendah.

“Itu berdasarkan hasil pemeriksaan pihak RSUD Ben Mboi Ruteng kawan,” jelasnya, Kamis (10/2).

Saat dalam masa perawatan di Ruangan Melati IB, WS mengaku menemukan kejanggalan terkait pelayanan oknum perawat. Hal itu terjadi pada Jumat (4/2/2022).

Pihak perawat yang bertugas pagi itu, kata WS, memasukkan resep nama salah satu obat atau alat yang bukan obat untuk dibeli. Jenis barang tersebut terlihat seperti alat bantu pernapasan berbentuk masker berkaca mika. WS mempertanyakan tujuan pembelian alat itu.

“Jenis barang yang dibelikan itu tidak ada hubungannya dengan jenis derita yang saya alami. Kemudian alat tersebut buat siapa,” kata WS.

WS mengatakan, kejanggalan kembali muncul pada Minggu(6/2), kala ia minta pulang. Keluargnya melunasi semua biaya rumah sakit dengan total Rp2.700.000,00 pada Senin (7/2). Nilai tersebut di luar uang pembelian obat setiap hari selama dirinya dirawat.

Sementara untuk semua resep setiap hari dibelikan cash (tunai) di apotik rumah sakit maupun di luar rumah sakit dengan total Rp2.682.000,00. Obat tersebut terbilang cukup mahal karena WS adalah pasien umum.

Beberapa kejanggalan yang membuat keluarga pasien WS mengalami pembengkakan saat pembayaran di antaranya
oknum perawat cantumkan nama alat yang bukan kebutuhan pasien. Kelebihan penghitungan kantong transfusi darah. Selain itu, pengambilan darah vena untuk dianalisis di luar rumah sakit, yakni di salah satu laboratorium dengan alasan pasien mengidap penyakit lain.

Sejak pasien diambilkan darah vena oleh perawat tersebut dengan janji hasilnya akan diberitahu pada pukul 14.00 hari itu. Sampai pasien meninggalkan RS, hasil laboratorium yang dimaksud tidak muncul.

WS mengaku ia telah menyampaikan keluhan tersebut kepada pihak RS Ruteng. Ia juga berharap agar pihak RS menjaga profesionalisme dalam kerja dan pelayanan. “Saat itu pihak rumah sakit tidak merespon,” terangnya

Sementara itu, Direktur RS Ruteng, dr. Oktavianus Yanuar Ampur, Sp.B., menjelaskan pihak RS telah mengeluarkan surat tertulis kepada pasien dan keluarga untuk klarifikasi terkait dugaan tersebut.

“Sore pak, kami sudah mengirim surat tertulis kepada pasien dan keluarga saja untuk menjawab keluhannya,” kata dr. Oktavianus, melalui pesan whatsApp kepada media ini, Kamis (10/2).

Media ini berhasil mendapatkan surat dari pihak rumah sakit untuk pasien yang bersangkutan. Dalam surat yang ditandatangani oleh direktur itu, dijelaskan bahwa pihak rumah sakit mengundang pasien untuk menghadiri pertemuan bersama tim manajemen RS yang dilaksanakan pada Jumat (11/2) pukul 08.00 Wita. Surat yang bernomor: RSUD.445/124/II/2022 itu diterbitkan di Ruteng pada (10/2/2022). (rnc23)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *