Kupang, RNC – Stigma “NTT miskin” rupanya tidak diamini Dr. Ir. H. Zainal Arifin, M.P. Bagi pria yang akrab disapa La Ode Ipi itu, jika dikelola secara optimal, NTT justru bisa sejahtera melebihi daerah lainnya di Indonesia. Alam NTT dari sisi destinasi pariwisata, kata alumni UNHAS itu, sangat potensial bahkan telah mendunia. Perairan NTT juga kaya akan potensi perikanan laut. “Jadi saya tidak bisa terima kalau NTT dikatakan miskin. Semangat masyarakatnya saja yang masih kurang dalam mengelola potensi atau kekayaan alam NTT. Masing – masing daerah di NTT, memiliki keunikan dan kekayaan alam yang jika dikelola secara baik, akan mendatangkan income bagi pendapatan asli daerah atau PAD. Nah, di situ pulalah peran perguruan tinggi dalam program pengabdian pada masyarakat harus diaplikasikan,” kata dosen Politani Negeri Kupang itu, saat ditemui RakyatNTT.com, di kebun miliknya, Rabu (7/12/2022).
Suami Hj. Wa Ode Asnawati, S.Pd itu, lalu mencontohkan dua hektar lahan yang dikelolanya sebagai kebun, di Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang. “Di sekitaran Baumata ini, mata air sangat banyak. Airnya mengalir sepanjang tahun. Saya bisa memanfaatkan untuk perkebunan, perikanan dan peternakan. Hasilnya sudah saya nikmati bersama keluarga, pengunjung dari Kota Kupang, masyarakat sekitar Baumata, bahkan mahasiswa Politani Negeri Kupang,” ungkap ayah dua anak itu.
Hasil kebunnya seperti, buah naga, pepaya, pisang, kelapa dan sayur – sayuran, tidak cuma dikonsumsi semata. Tapi, juga dipasok ke beberapa pusat perbelanjaan, salah satunya adalah Hypermart. “Saya justru berharap, masyarakat di Desa Baumata ini juga mengembangkan kebun marmar (istilah kebun jaman dulu), supaya bisa memenuhi pangsa pasar. Kami sendiri tidak mampu melayani permintaan pasar. Ketersediaan air melimpah sepanjang tahun, sehingga tidak ada alasan untuk mengamini bahwa NTT miskin,” tandas ayah dari Wanda Wulandari, dan Muhammad Ilham itu.
Saat ini, H. Zainal Arifin memanage usaha perkebunannya dengan melibatkan Kelompok Tani “Kampung Daun” Desa Baumata. Dia bersama sang istri, S2 Prodi Sistem – sistem Pertanian Konsentrasi Ilmu Tanah/PPDL (Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Lahan) angkatan 1999, mengembangkan usahanya sejak tahun 2014. Berkat kerja kerasnya, telah banyak event dilaksanakan di lokasi perkebunannya. “Dengan kesuksesan yang saya telah buat, setidaknya saya telah membuka wawasan banyak orang. Bahwa, dengan memanfaatkan mata air untuk memberdayakan lingkungan sebagai lokasi perkebunan, kita bisa membantu orang lain,” kata pria asal Raha, Kabupaten Muna tersebut.
Benar saja, kini lokasi perkebunan milik Zainal menjadi tempat berlajar para siswa, dan magang para mahasiswa. “Jadi kebun kami bukan bisnis semata. Ada banyak pihak datang belajar dan menjadikan kebun kami sebagai ladang pendidikan. Selain belajar, para mahasiswa juga memperoleh upah karena terlibat langsung dalam pengelolaan hasil tanaman dan perikanan. Keterlibatan kelompok – kelompok tani, sangat dirasakan manfaatnya dalam upaya meningkatkan perekonomian mereka. Karena itu, mari para alumni IKA UNHAS, dengan semangat pantang menyerah, kita kelola dan berdayakan potensi yang ada di sekitar kita, demi pengabdian di Nusa Tenggara Timur,” imbuh Zainal Arifin. (robert kadang)