Ruteng, RNC – Kemenangan pasangan Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur NTT nomor urut 2, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma, sudah di depan mata. Kendati demikian, kerja-kerja politik untuk memenangkan Melki-Johni harus terus diperkuat.
Demikian disampaikan Ketua Tim Pemenangan Melki-Johni Provinsi NTT, Frans Sarong dalam konsolidasi parpol pengusung dan pendukung Melki-Johni di Aula Gedung Golkar Ruteng, Sabtu (2/11/2024).
Frans Sarong menyebutkan, sudah ada 11 hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga survei. Hasilnya Melki-Johni selalu unggul, sehingga saat ini Paket Melki-Johni pada posisi menang.
Meski demikian, kata Frans, kemenangan masih tipis. Diharapkan paket Melki-Johni menang besar atau tebal, sehingga konsolidasi itu dilakukan guna mempertebal kemenangan Melki-Johni pada tanggal 27 November 2024.
Frans Sarong meminta seluruh tim dan relawan untuk bekerja lebih keras serta meyakinkan keluarga, tetangga dan masyarakat bahwa kemenangan Melki-Johni sudah di depan mata.
“Perkuat kerja politik dan perkenalkan Melki-Johni sampai ke desa-desa, bahkan sampai di tingkat TPS,” ujar Frans Sarong dalam konsolidasi parpol koalisi yang dihadiri langsung oleh Cagub NTT Melki Laka Lena dan Waketum DPP Demokrat, Benny Kabur Harman.
Frans menegaskan, paket Melki-Johni sangat tepat memimpin NTT lima tahun ke depan. Sebab paket ini dukung 11 partai politik dan punya relasi yang luas hingga ke pemerintah pusat. Jika tidak memilih Melki-Johni, maka pembangunan masyarakat dan daerah NTT ke depan akan terhambat.
Dengan jejaring yang luas, Frans Sarong optimis Melki-Johni dapat membawa NTT ke arah yang lebih baik, meski saat ini kondisi fiskal atau keuangan daerah dalam kondisi pincang karena masih harus melunasi hutang Rp 1,3 triliun sampai tahun 2028. Utang ini merupakan warisan dari kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur sebelumnya.
“Pinjaman Rp 1,3 triliun itu harus dilunasi sampai tahun 2028. Pelunasan itu tidak dengan menagih hutang, tapi dengan memotong dana transfer dari pusat, sehingga fiskal kita menjadi pincang. Pembangunan jadi sulit kalau hanya bergantung dari APBD,” jelas wartawan senior Kompas yang sudah purna tugas ini.
“Kita butuh Melki-Jhoni yang ada dalam lingkaran kekuasan untuk dapat menyiasati beban APBD yang sedang dalam kondisi pincang ini. Dengan berada dalam lingkaran kekuasan, mereka mudah berkomunikasi dengan pemerintah pusat untuk mendatangkan berbagai paket proyek pembangunan di luar dari ketergantungan terhadap APBD,” pungkasnya. (*/rnc)