Tangsel, RNC – Salah satu mahasiswa asal NTT, AI (26) mengungkapkan kesaksiannya saat terjadi cekcok hingga berujung keributan antara jemaat ibadah Rosario dengan warga di wilayah Babakan, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel).
AI sendiri adalah mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia tinggal di kos-kosan hanya beberapa meter dari lokasi kontrakan yang menggelar ibadah Rosario pada Minggu (5/5/2024) malam.
Meski seorang muslim, persaudaraan antara AI dengan rekannya yang beragama katolik cukup erat. Itulah mengapa pada malam kejadian, AI turut membela jemaat ibadah Rosario yang dibubarkan oleh Ketua RT dan pemuda setempat.
“Pada saat adik-adik yang beragama kristen melakukan ibadah, kami hanya mengawasi dari sini. Saya muslim walaupun dari NTT, tapi saya menghargai kawan-kawan yang lain. Kita melihat Bapak RT dari rumahnya datang ke sana (jemaat), abis itu balik lagi,” katanya, ditemui di lokasi, Senin (06/04/24) dilansir Okezone.com.
Selanjutnya, kata AI, Ketua RT berinisial D itu kembali menghampiri kontrakan yang digunakan untuk beribadah. Sesaat kemudian terdengar suara keras dari D yang bernada umpatan kata-kata kasar kepada jemaat.
“Dia masuklah ke kosan yang melakukan ibadah semalam. Kita dengar suara, anjing, bangsat, kalian tidak menghargai kita sebagai RT? mau saya panggilkan warga ke sini untuk ngusir?,” tutur AI menirukan teguran Ketua RT pada penghuni kontrakan.
Cekcok kian meluas setelah warga sekitar ikut berdatangan. Di sela-sela itu, terjadi insiden kecil di mana seorang pemuda setempat membentak seorang perempuan dari kelompok jemaat yang hendak memesan ojek online.
Tindakan itu memicu amarah kelompok mahasiswa yang mengontrak di lokasi, termasuk AI. Keributan hingga benturan fisik tak terhindari. Dalam sekejap, massa warga sekitar kian bertambah banyak, di antaranya ada yang membawa senjata tajam.
“Kita orang timur nggak biasa melihat ada perempuan dibentak begitu, kita kan merespons maksudnya abang bagaimana? ini cewe loh, dia juga tidak terima. Dari situlah cekcok mulai, semua menyerang ke sini, kita masuk ke dalam (kontrakan),” ungkap dia.
Situasi malam kejadian sangat mencekam, para pemuda NTT hanya bisa mengurung diri di dalam kontrakan sambil meminta bantuan dari rekannya di luar. Beruntung tak lama kemudian polisi tiba di lokasi hingga membubarkan kerumunan massa.
“Kita semua masuk ke dalam, kita minta bantuan ke grup-grup. Akhirnya kita baru keluar setelah teman-teman kita datang dan polisi sudah di lokasi. Nggak lama, kita semua ke Polres untuk laporan,” ujarnya.
Kasus ini sendiri masih dalam penanganan polisi. Dihubungi terpisah, Kasihumas Polres Tangsel AKP Agil mengatakan bahwa pihaknya telah berkordinasi dengan semua pihak seperti FKUB, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda untuk menyelesaikan kejadian tersebut.
“Untuk berkordinasi serta duduk bersama untuk bersama-sama mencegah terjadinya potensi dugaan pidana lainnya serta mempercayakan penanganan kejadian kepada pihak kepolisian,” tutur Agil.
Kemenag Sudah Mediasi
Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) langsung terlibat mediasi usai keributan yang terjadi antara jemaat katolik dan warga di Babakan, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel).
Keributan terjadi saat jemaat doa Rosario berkumpul di salah satu kontrakan di lokasi, Minggu 5 Mei 2024 malam sekira pukul 20.00 WIB. Kebanyakan jemaat adalah mahasiswa Universitas Pamulang asal Indonesia Timur yang tinggal mengontrak.

Ketua RT setempat dan beberapa warga meminta kegiatan dihentikan karena sudah malam. Namun terjadi cekcok dan kesalahpahaman hingga berujung benturan fisik. Data yang dihimpun ada 2 orang jemaat menderita luka, diduga akibat sabetan senjata tajam.
Kejadian itu langsung diunggah ke media sosial hingga viral. Bahkan Kemenag Provinsi Banten dan Kota Tangsel mengaku dihubungi langsung oleh Menteri Agama Yaqut Cholis Qoumas untuk menyelesaikan insiden tersebut.
“Perintah beliau pertama harus tuntas, harus dituntasin jangan dibiarin, karena kan menteri agama kita ini Pak H Yaqut Cholil Qoumas ini fokus dan konsen terhadap harmonisasi kehidupan beragama,” tutur Wakil Kepala Kantor Kemenag Tangsel, Asep Azis Nasser, usai menggelar mediasi bersama di Kantor Kelurahan Babakan, Senin (06/04/24).
Menurut Asep, keributan yang terjadi di Babakan kemarin bukanlah soal penolakan ibadah umat katolik, tapi lebih pada kesalahpahaman dalam memaknai tenggang rasa di tengah bermasyarakat umum.
“Kan ini kegiatannya baik sebenernya, hanya yang tinggal itu masalahnya adalah tenggang rasanya, pemilihan jamnya kegiatan berlangsung, suaranya diatur sedemikian rupa, kemudian kita juga harus paham sedekat apa antara lokasi kegiatan dengan sekitarnya, dan sekitarnya ini beragama apa,” jelasnya.
Dilanjutkan dia, pendirian Kota Tangsel sendiri diinisiasi oleh semua kelompok agama. Sehingga menurutnya, tak ada lagi dikotomi antara pribumi dan pendatang, muslim dan bukan muslim. Semua warga, kata dia, memiliki hak yang sama.
“Alhamdhlillah sekarang semuanya sudah bersatu lagi saling menghargai, dan tokoh masyarakatnya para kyai kita juga sudah kumpulkan semuanya mendukung. Ini luar biasa, dan mudah-mudahan ini menjadi terakhir lah ada kejadian seperti ini di Tangsel,” tandasnya. (*/okz/rnc)