Kupang, RNC – Natalia Langmau salah satu dari ratusan korban KFC Cantika 77 yang berhasil dievakuasi tim SAR. Ia membuka rekaman fakta-fakta saat tragedi kapal cepat rute Kupang-Kalabahi pada Senin (24/10/2022).
Terekam dalam ingatannya detik-detik yang cukup mencekam saat dirinya bersama para penumpang lainnya berupaya menyelamatkan diri. Mereka terapung-apung di atas permukaan laut.
Natalia mengatakan, saat kapal melepas jangkar dari Pelabuhan Tenau, kapal masih nampak aman-aman seperti biasanya. Namun beberapa jam kemudian, ada suara keras dari penumpang lain yang berada di kursi bagian belakang bahwa ada asap tebal.
“Mendengar itu saya juga pastikan ternyata benar ada kebakaran. Kami semua langsung pakai pelampung yang ada dan menuju ke bagian belakang kapal,” ungkapnya kepada RakyatNTT.com, Selasa (25/10/2022).
Natalia bersama puluhan penumpang, di antaranya terdapat anak-anak, bayi dan balita, masih berdiri dan menunggu pertolongan. Tak lama kemudian, tampak para penumpang mulai loncat ke laut, karena kobaran api dan kepulan asap tebal yang panas dan menyengat.
Ia mengungkapkan, ada banyak penumpang yang tidak mampu menahan asap. Ada penumpang yang pusing dan akhirnya memilih loncat ke laut. Natalia masih sempat berdiri, namun api terus mendekat. Asap mulai menyelimutinya. Karena tak kuasa menahan hawa panas asap, ia pun menerobos asap tebal itu lalu loncat ke laut.
“Setelah lompat baru badan rasa segar, karena sudah kena air, panas dan asap terlalu keras,” ungkapnya.
Setelah menceburkan diri ke laut, ia berupaya untuk berenang. Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan kawan-kawannya. “Nata tolong do, saya di sini, kita ke pelampung bulat itu,” kata Nata meniru suara temannya bernama Fatmawaty Malau.
Ia pun langsung berenang lalu berpegangan pada Fatmawaty. Sahabatnya itu mengalami luka bakar di lengan dan sebagian tubuhnya. “Kami berenang sampai di pelampung bulat, dan di situ kami banyak orang. Ada anak-anak masih kecil sekitar 4 orang,” ungkapnya.
Natalia juga mengatakan, ia memegang pelampung itu bersama puluhan korban lainnya yang mengapung dan mereka bersepakat jika ada pertolongan maka utamakan anak-anak. Bahkan, dalam kondisi seperti itu, ada beberapa orang dewasa yang bergantian menjunjung anak-anak agar tidak terkena air laut.
Setelah mengapung hampir 5 jam hingga matahari mulai tenggelam, barulah mereka ditolong Tim Basarnas dengan sekoci. Saat ditarik naik, dia melihat Fatmawaty sudah tidak ada. Ia masih sempat bertanya ke tim SAR namun Fatma tidak ditemukan.
“Kata terakhir yang dia (Fatmawaty) keluarkan hanyalah tolong saya, saya sudah tidak bisa lagi, su minum air laut ni. Saya balas, beta tetap pegang yang penting harus usaha angkat badan, tapi memang kondisi luka bakar sangat banyak,” sebut Nata.
Saat terapung di laut, Natalia melihat begitu banyak korban dalam kondisi mengenaskan. Namun, dalam situasi seperti itu, ia harus membantu sahabatnya untuk tetap berpegangan pada pelampung. Ia juga harus menenangkan anak-anak agar tidak menangis dan panik.
Setelah berada di atas Kapal SAR Antareja, ia terus mencari temannya Fatma namun tidak ditemukan. Tiba di Pelabuhan Tenau, Natalia bertemu kembali dengan sepupunya yang juga selamat. Mereka lalu dievakuasi ke RSUD SK Lerik untuk mendapatkan perawatan medis. Natalia harus dirawat karena mengalami luka bakar di lengan kanan dan perut bagian kiri dan kanan.
Saat ini Natalia sudah kembali ke kediamnnya di Kelurahan Fontein. Ia masih terus menghubungi beberapa kerabatnya untuk mencari tahu informasi tentang kondisi Fatmawaty yang adalah teman sekantor di BPN Alor. (rnc04)