Menjawab Tantangan Bangsa: Dari Covid-19 hingga Absennya Ahimsa (Bagian 2-habis)

Opinidibaca 189 kali

Oleh: Feliks Tans
Dosen FKIP, UNDANA, Kupang

DALAM tulisan sebelumnya, saya menyebutkan dua tantangan besar Indonesia saat ini, yaitu penyakit, termasuk Covid-19, dan mutu SDM kita yang sudah relatif baik, tetapi, dalam banyak hal, tidak selalu membuat kita bangsa yang bangga. Pemerintah dan berbagai elemen bangsa ini sudah menempuh berbagai cara untuk mengatasinya. Kita, tentu, salut atas semua usaha tulus tersebut.

Salah satu cara yang saya usulkan dalam tulisan ituadalah perlunya menerapkan sistem desentralisasi pendidikan nasional yang lebih efektif. Dari sistem itu, saya berharap dan berdoa, lahir orang Indonesia yang benar-benar mampu menjawab persoalan bangsanya karena mereka cerdas, terampil, dan bersikap mulia. Kecerdasan, keterampilan, dan karakter mulia seperti itu, menurut saya, lahir dari tangan para guru yang mengajar dengan menggunakan kurikulum yang mereka susun sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhan muridnya.

Selain persoalan yang terkait penyakit seperti Covid-19 yang belum mampu kita atasi dan mutu SDM kita yang relatif belum maksimal tersebut, berikut ini saya kemukakan beberapa tantangan lain bangsa kita dan solusinya. Seperti dalam tulisan sebelumnya, dalam tulisan ini, penciptaan sistem pendidikan yang lebih mumpuni secara desentralistis tetap dipandang sebagai solusi utama untuk membuat Indonesia mampu menjawab setiap tantangannya, dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi.

Pertama, tantangan perusakan lingkungan secara masif. Persoalan ini pernah ditayang secara luas di CNN pada tanggal 23 November, 2019, dengan judul ini: “Borneo is Burning” (Borneo Terbakar). Menurut CNN, di Kalimantan terjadi pembabatan dan pembakaran hutan dalam skala besar untuk pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Akibatnya, kata CNN, asap menyebar ke berbagai negara tetangga dan upaya pemadaman sia-sia karena api menyebar secara besar-besaran.

Termasuk dalam tantangan perusakan lingkungan ini adalah pembuangan sampah, termasuk limbah rumah tangga dan industri, secara sembarangan. Inimembuat, antara lain, sungai-sungai kita keruh (Feliks Tans, “Ketika Ada Banyak Sampah di NTT.” Pos Kupang, 4 Juli, 2018, hlm. 4) dan Indonesia menjadi negara terkotor keempat di dunia (Ayunindya Annistri. “10 Negara Terkotor di Dunia, Indonesia Salah Satunya.” cekaja.com. 09/12/2019. Diunduh pada 31/10/2020).

Tantangan tersebut, menurut saya, dapat diatasi dengan berbagai upaya seperti pengawasan yang superketat terhadap perusahaan tambang dan perkebunan sawit untuk menjamin bahwa mereka tidak akan merusak lingkungan. Yang merusak lingkungan, tentu, harus diberi sanksi supertegas. Selain itu, pelibatan sebanyak mungkin sukarelawan dan aparat keamanan, termasuk TNI, rupanya, perlu untuk menjaga setiap jengkal tanah di Kalimantan, Sumatra, dan pulau lainnya, yang rawan bencana kebakaran, sehingga kebakaran yang tidak perlu tidak akan terjadi lagi(Feliks Tans, “Mengatasi Masalah Bangsa.” Indonesiakoran.com. 25 September, 2019. Diunduh pada tanggal 31 Oktober, 2020).

Dengan kata lain, tiba saatnya, kita canangkan perang besar melawan perusakan lingkungan dan pembakaran lahan/hutan secara sembarangan demi kebaikan bangsa ini. Selain pencanangan perang itu, di dunia pendidikan kita, para guru, saya kira, harus mampu menanamkan dalam diri setiap muridnya sejak dini bahwa membuang sampah dan membakar sampah/hutan secara sembarangan adalah dosa besar. Karena itu, mereka tidak boleh melakukannya seumur hidup.

BACA JUGA: Menjawab Tantangan Bangsa: Dari Covid-19 hingga Absennya Ahimsa (Bagian 1)

Kedua, tantangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) seperti yang ada di Papua. Presiden Jokowi, kita tahu, begitu berhasil membangun Papua dalam berbagai bidang seperti jalan raya, bandar udara dan laut, serta penyetaraan harga barang di Papua denganwilayah laindi Indonesia. Karena itu, saya yakin, beliau tahu jalan terbaik untuk mengatasi masalah KKB itu. Walaupun demikian, apapun langkah yang diambil, penting bagi pemerintah untuk mengambil hati rakyat Papua secara tulus via pembangunanyang merata dan perlakuan apapun terhadap rakyat Papua yang tunduk total pada prinsip HAM. Untuk itu, pembangunan Papua secara komprehensif, termasuk pendidikan yang bermutu bagi semua orang Papua, dan penggunaan SDA Papua yang menyejahterakan setiap rakyat Papua, saya kira, sangat penting.

Selain itu, merangkul secara erat setiap tokoh Papua untuk bersama mereka merangkul secara serentak dan segera setiap orang Papua sebagai anak kandung bangsa ini, tentu, perlu dilakukan secara terus-menerus dan tulus. Presiden Jokowi, saya tahu, top dalam hal ini. Sebab itu, beliau sebagap presiden, sejatinya, bisa melakukan itu di Papua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *