Swab Antigen, Rapid Test, Test PCR: Ini Perbedaan dan Tingkat Akurasinya

Humanioradibaca 262 kali

Jakarta, RNC – Swab antigen, rapid test, dan test PCR merupakan istilah-istilah yang sering muncul terkait uji COVID-19. Tes untuk mengetahui kemungkinan terinfeksi COVID-19 ini kini bisa diakses masyarakat di hampir semua fasilitas kesehatan.

Penjelasan terkait tiga istilah tersebut mungkin sudah sangat sering ditemukan di berbagai media. Namun tak ada salahnya mengingat kembali tentang swab antigen, rapid test, dan test PCR supaya tidak bingung ketika akan memeriksakan diri.

Tentu saja pandemi COVID-19 mengakibatkan tiap orang terus berusaha menerapkan protokol kesehatan. Bila pernah kontak dengan orang positif COVID-19 disarankan melakukan pemeriksaan secepatnya.

Penjelasan swab antigen, rapid test, dan test PCR seperti dilansir dari detikcom:

1. Swab antigen

Swab antigen adalah penerapan uji COVID-19 dengan pengambilan sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Sampel diambil dengan swab test atau tes usap sehingga mirip dengan pelaksanaan tes PCR.

Dikutip dari Time, swab antigen bertujuan mencari protein yang terdapat di permukaan virus. Cara kerja ini berbeda dengan PCR test yang mencari material genetik pada virus corona penyebab COVID-19.

Mekanisme swab antigen dikatakan tidak terlalu berat dengan bahan kimia lebih sedikit dibandingkan test PCR. Hasil swab antigen lebih cepat dibandingkan tes PCR, namun menurut Dr Aneesh Mehta hasilnya tidak terlalu sensitif.

Pimpinan layanan penyakit infeksi Emory University Hospital di Atlanta mengatakan, swab antigen berisiko memberi hasil false negative dan false positive. Risiko muncul jika reagen salah mengenali protein COVID-19 atau sama sekali melewatkannya.

Menurut Dr Mehta, dokter akan menyarankan pasien tetap melakukan tes PCR usai swab antigen. Apalagi pada pasien yang hasilnya negatif tapi menunjukkan gejala atau berisiko terpapar COVID-19.

2. Rapid test

Pelaksanaan rapid test biasa dilakukan lewat pengambilan sampel darah dari tubuh pasien. Perlengkapan rapid test akan mengenali protein antibodi dalam sampel tersebut.

Antibodi adalah protein yang dibentuk sebagai bentuk perlindungan tubuh saat terinfeksi virus corona atau patogen lain. Artinya, rapid test sebaiknya diterapkan pada yang pernah terinfeksi.

Akurasi rapid test berisiko tidak akurat bila dilakukan pada yang belum pernah terinfeksi virus Corona. Apalagi tiap orang memberi respon antibodi yang berbeda saat terinfeksi.

BACA JUGA: Tambah 19 Positif Hari Ini, Covid-19 NTT Tembus 1.013 Kasus

Selain itu, menurut Dr Mehta antibodi yang terdeteksi sebetulnya untuk virus corona secara umum bukan spesifik COVID-19. Para ahli tidak bisa memastikan sampai kapan antibodi tersebut bisa melindungi masyarakat.

“Sebetulnya banyak informasi yang bisa diperoleh dengan melakukan rapid test setiap waktu. Namun deteksi antibodi tidak berarti tubuh terlindungi sepenuhnya dari COVID-19. Tetap lakukan protokol kesehatan seperti yang lain,” kata Dr Mehta.

3. Test PCR

PCR atau Polymerase Chain Reaction adalah mekanisme membaca kode genetik pada sampel untuk mengetahui keberadaan COVID-19. Test PCR merujuk pada Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

Test PCR dilakukan dengan swab atau usap untuk mengambil sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganggap test PCR sebagai gold standard uji COVID-19.

Mekanisme test PCR menggunakan sampel RNA COVID-19 yang disalin balik untuk membentuk pasangan DNA. Salinan diperbanyak dengan PCR hingga terbentuk banyak rantai DNA, yang biasanya perlu waktu 6 jam hingga dua hari.

Test PCR memang memberikan hasil paling akurat meski memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu, tes PCR hanya bisa dilakukan tenaga yang sudah terlatih karena penggunaan teknologi dan berbagai reagen.

(*/dtc/rnc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *