oleh

Tentang Ir. Fransiscus Go, SH

DIA bukanlah siapa – siapa. Dia hanya seorang anak Timor yang “kebetulan” berhasil berkiprah di ibukota negara, Jakarta. Itu karena, berkat hasil kerja kerasnya. Keuletan dan kejujurannya.

Namanya Fransiscus Go. Bergelar Sarjana Teknik Sipil. Dia seorang insinyur, juga Sarjana Hukum. Dari universitas kenamaan di negeri ini. Gajah Mada dan Atmajaya.

Berkat kerja kerasnya, Frans Go begitu panggilan akrabnya, kini merengkuh kesuksesan di bisnis properti dan lainnya. Tapi beta tidak akan mengulas tentang kesuksesannya. Sebab, itu pasti. Jika seseorang bekerja keras, maka Tuhan buka jalan. Sudah hukum alam. Beta lebih tertarik pada kisahnya. Berbagi kepada sesama. Bukan pecitraan. Bukan pula mencari sensasi.

Waktu ketemuan di Jakarta, dengan segala kesahajaannya, Frans Go mengisahkan waktu kecilnya. Hidup susah. Jauh dari kata berkecukupan. Tapi, oleh ayahnya yang bernama Felix Go, dan ibunya Maria, mereka sudah diajari untuk berbagi kepada sesama. Sekali lagi, bukan karena mereka berkecukupan. Tapi ajaran leluhur. Cinta Kasih. Sungguh suatu perbuatan mulia. Mesti dicontoh..!

“Masih ingat waktu kecil. Pulang sekolah, beta bikin lilin. Yang kakak bantu bapa dan mama jualan di toko. Pengalaman yang tak kan terlupakan,” kata Frans Go mengenang masa kecilnya.

Sang bapak yang telah memberi teladan, lanjut Frans, mengumpulkan kacang hijau dan jagung saat panen tiba. Komoditi itu lalu dibagikan kepada warga yang membutuhkan, ketika musim paceklik tiba. Ini benar – bemar harus ditiru! Bukan karena berharap pujian, tapi semua itu dilakukan dan dikerjakan keluarga Frans Go, karena keterpanggilan untuk melayani sesama.

Tak heran, banyak pujian dialamatkan kepada keluarga Frans Go. Mereka tidak mengharapkan semua itu. Sebab mereka iklas. Tanpa pamrih, pun tanpa tedeng aling – aling.

Baca Juga:  Direktur Strategi "FG" : Fransiscus Go 01 Bukan 02

Jika di daratan Timor, kita banyak menjumpai jejak – jejak karya Yayasan Felix Maria Go, maka itu yang mencatat kiprah Frans Go bersama kakak dan adik – adiknya. Ada Panti Purna Karya di Nenuk, SD, SMP, SMA di Wanibesak, Malaka, Atambua, dan penjernihan air di Desa Naen, Timor Tengah Utara.

Beta lalu bertemu beberapa kerabat, tokoh agama, tokoh masyarakat, pun narasumber. Sebut saja Pater John Salu, SVD, Regina Nailiu, Robby Kase dan yang lainnya. Semua dari Timor Tengah Utara, Kefamenanu. Apakah mereka mengenal Frans Go beserta keluarga besarnya? “Wow, siapa yang tidak mengenal mereka. Toko Sembilan Jaya di Terminal Kota Kefa, adalah salah satu toko tertua. Mereka pekerja keras, terutama bapaknya. Masih pagi sudah terlihat kerja keras. Mereka banyak membantu warga tanpa pamrih,” ungkap mereka.

Lalu.., jika saja Fransiscus Go terpanggil untuk mendedikasikan baktinya bagi Nusa Tenggara Timur, sebagai gubernur NTT, pantaskah? Dia dan keluarga besarnya sudah berbuat bagi masyarakat NTT. Walau tersirat dalam kerendahan hatinya, Frans Go sempat berkata: membangun NTT tidak mesti jadi seorang gubernur. Ungkapan itu tulus, tanpa didasari ambisi untuk berkuasa. Sudah terbukti, melalui Yayasan Felix Maria Go (YFMG), mereka sudah berbuat. Di bidang sosial, ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Hampir tiap bulan YFMG menggelar kegiatan bakti sosial, pengobatan gratis, pelatihan dan sebagainya.

Beta tidak habis pikir. Ketika saya dan rumpun keluarga yang notabene berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan, mensupport keterpanggilan Frans Go untuk mengabdi pada Nusa Tenggara Timur, lalu bagaimana dengan anda? Sudah saatnya Provinsi NTT dipimpin seorang teknokrat berbasis ekonomi, seperti Frans Go. Dia punya mimpi besar mengangkat martabat NTT, sejajar dengan daerah lainnya pada level nasional. Semoga. (robert kadang)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *