Kupang, RNC – Gubernur NTT terpilih, Melki Laka Lena menegaskan akan membangun ekonomi NTT melalui hilirisasi berbagai sektor nontambang. Hal ini disampaikannya saat menjadi keynote speaker pada acara Duduk Ba Omong: Transformasi Ekonomi NTT yang Mandiri, Maju dan Berkelanjutan yang berlangsung di Aula El Tari Kupang, Selasa (11/2/2025).
Melki mengatakan ada dua gagasan yang akan diusungnya bersama Wakil Gubernur Terpilih Johni Asadoma untuk mendorong peningkatan pembangunan ekonomi di NTT.
Pertama; ke depan Melki-Johni akan berfokus untuk menggerakkan hilirisasi nontambang di NTT. “Sudah cukup kita keluarkan barang dari NTT ini dalam bentuk mentah. Kita harus mulai mengeluarkan produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,” tegas Melki.
Menurutnya, dengan dukungan seluruh stakeholder, nilai tambah dari produk NTT bisa dikembangkan dengan baik. Hilirisasi nontambang seperti mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan termasuk pariwisata akan memberikan nilai tambah bagi Provinsi NTT.
Kedua, kata mantan Anggota DPR RI itu, akan mendorong investasi untuk masuk ke NTT. Investasi harus bertumbuh dengan baik melalui dua hal, yaitu pengoptimalan sumber-sumber yang ada saat ini. Kemudian membuka kantong-kantong investasi baru di NTT.

Melki juga menjelaskan krisis dunia saat ini menyebabkan turbulensi ekonomi. Hal ini ikut berdampak pada ekonomi nasional. Oleh karena itu, presiden melalui Inpres Nomor 1 tahun 2025 melakukan efisiensi di berbagai bidang. Presiden mendorong penggunaan anggaran untuk kepentingan publik jauh lebih besar. Total penghematan yang dilakukan mencapai Rp700 triliun.
Hal yang sama juga dilakukan di NTT. Pasalnya, ekonomi NTT saat ini hanya bisa digerakkan oleh uang pemerintah. Dengan demikian, jika belanja pemerintah tidak optimal maka ekonomi tidak akan bergerak baik.
“Kita belajar dari Pak Prabowo, belanja untuk publik diperbesar. Kita gerakkan swasta bergerak lebih kuat,” tegas Melki.
Sementara itu, Managing Director Sinarmas Group, Saleh Husin yang menjadi salah satu narasumber dalam diskusi tersebut menjelaskan ada beberapa hambatan yang selama ini membuat NTT tidak maju di bidang ekonomi. Hambatan-hambatan ini membuat sektor swasta tidak banyak bergerak.
Salah satunya adalah tidak adanya industri manufaktur di NTT yang bisa diandalkan. Ini mengakibatkan ekonomi NTT hanya bisa digerakkan oleh pemerintah sendiri. Maka tak heran, data menunjukkan ekonomi NTT yang digerakkan oleh swasta hanya 20 persen.
Mantan Menteri Perindustrian ini menerangkan, daerah-daerah lain di Indonesia seperti Sulawesi dan Sumatera Selatan memiliki industri manufaktur yang berkembang sehingga bisa menarik investasi ratusan triliun rupiah. “Di NTT daya tarik apa supaya industri manufaktur masuk. Tentu harus ada daya tarik. Di industri kan harus ada nilai tambah dan ada keuntungan,” kata Saleh.
Oleh karena itu, Saleh mengatakan NTT bisa memanfaatkan potensi-potensi pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan untuk pengembangan industri. Walaupun dengan kondisi topografi yang sulit membuat distribusi masih sangat mahal, namun perlahan dengan perbaikan infrastruktur kendala ini bisa teratasi. (rnc)
Ikuti berita terkini dan terlengkap di WhatsApp Group RakyatNTT.com