AMAN dan PPMAN Ditantang Dialog di Titik Nol Waduk Mbay

Nagekeodibaca 298 kali

Mbay, RNC – Kehadiran Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN) di Nagekeo, dalam melakukan pelatihan paralegal kepada komunitas masyarakat adat di Rendu. Tak hanya itu, kehadiran AMAN dan PPMAN dianggap merusak tatanan adat dan budaya masyarakat Nagekeo. Tak ayal, hal ini membuat pemuda Rendu, Lambo dan Ndora, berang dan mengambil langkah.

Saat ditemui RakyatNTT.com, Selasa (17/5/2022) di Penginapan Aeramo – Danga, Asis Bheka, salah satu pemuda Rendu, mengutarakan niatnya untuk berdiskusi bersama AMAN dan PPMAN, terkait kehadiran mereka di Nagekeo. Asis mengungkapkan kekecewannya, lantaran kehadiran AMAN dan PPMAN dianggap meresahkan warga Nagekeo, khusus masyarakat di Malapoma. “Kita tahu bersama, saat ini semua warga Rendu sudah melaksanakan deklarasi untuk mendukung Waduk Mbay/Lambo, serta tidak lagi melakukan upaya hukum, pasca penangkapan ke 24 warga Malapoma yang melakukan penghadangan saat upacara ritual adat berlangsung,” ungkapnya berang.

Asis merasa, apa yang dilakukan AMAN dan PPMAN dianggap merusak tatanan budaya masyarakat adat lokal Rendu. “Untuk itu, kami mengajak dan meminta kesediaan AMAN dan PPMAN melakukan dialog terbuka di lokasi titik nol Waduk Lambo,” kata Asis. Hal serupa dikatakan Sekretaris Gerakan Pemuda Ndora (Gapura), Didimus Gili, SH. Dia juga ikut geram terkait pernyataan Jhon Bala yang dianggap menyerang institusi Polres Nagekeo.

“Kami juga kesal, publik Nagekeo juga tahu, akhir – akhir ini di medsos lewat postingan saudara Jhon Bala yang selalu menyerang pihak Kepolisian Resort Nagekeo. Pihak kepolisian selama ini sudah melaksanakan Kamtibmas di Nagekeo sesuai SOP. Kalau saudara Jhon Bala punya nyali, jangan cuman medsos, mari kita dialog terbuka,” undang Didimus tak kala sengit.

Berkaitan penangkapan ke 24 warga Malapoma, Didimus mengatakan, telah dilakukan mediasi untuk tidak melakukan proses hukum. “Sebagai orang Nagekeo, kita mendukung penuh langkah kepolisian. Dan upaya solusi dilakukan, sehingga ke 24 pelaku penghadangan warga adat Rendu, tidak ditahan,” tambahnya. Didimus merasa, pelik terhadap ormas yang dianggap mendukung penuh masyarakat adat dalam melaksanakan kegiatan berkaitan dengan adat dan budaya, nyatanya dihadang saat pemangku adat melakukan ritual adat.

“Aneh, kok AMAN kan sebuah ormas yang mendukung penuh masyarakat adat dalam melaksanakan kegiatan berkaitan dengan adat dan budaya. Tapi herannya, pemangku adat melakukan ritual adat kok dihadang? Ada apa nih? Apalagi kita ketahui bersama, orang Nagekeo terkenal dengan budaya dan adat istiadat yang sangat bagus, namun saat ini mulai tergerus oleh doktrinisasi pihak AMAN. Salah satu contoh, selama ini orang Nagekeo ketika menyiapkan pendapat atau demo, tidak pernah melakukan tindakan pornoaksi seperti yang kita saksikan bersama, ketika mama – mama di Malapoma membuka baju, inikan konyol?” tandasnya. Karena itu, Ia mendesak pihak keamanan segera melakukan pemeriksaan kepada ibu – ibu yang dianggap melanggar hukum, dengan mengenakan pasal pornoaksi dan penyebar video dengan Undang – undang IT,” ujar Didi kesal.

Terpisah, ketua pemuda Lambo, Krispin Rada, mendukung tawaran diskusi terbuka dengan pihak AMAN dan PPMAN di titik Nol Waduk Lambo/Lambo. “Untuk diskusi dengan pihak AMAN dan PPMAN, saya siap. Sehingga kita bisa cari solusi, dan apa maunya AMAN di bumi kami Nagekeo. Kalaupun dialog tidak mau, kita minta AMAN dan PPMAN keluar dari Nagekeo. Dan jika AMAN berdalil melakukan pendampingan kepada masyarakat adat, berkaitan pemenuhan atas hak – hak masyarakat soal ganti rugi Waduk Lambo/Mbay, kita sangat dukung dan siap bekerja sama. tegas Krispin. (rnc15)

Dapatkan update informasi setiap hari dari RakyatNTT.com dengan mendownload Apps https://rakyatntt.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *