Budidaya Kelor, Strategi Pemprov NTT Perangi Stunting dan Buka Lapangan Kerja

Kota Kupangdibaca 263 kali

Kupang, RNC – Pemerintah Provinsi NTT memiliki program khusus memerangi stunting di NTT. Salah satu programnya adalah mengonsumsi kelor sebagai salah satu komoditi bergizi tinggi.

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, pada Senin (15/3/2021) lalu mengatakan sumber daya alam NTT sangat kaya. Aset juga cukup banyak. Oleh karena itu, aset jangan dibiarkan begitu saja melainkan harus dikelola dengan baik untuk menunjang kesejahteraan terutama dalam penanganan masalah stunting.

“Salah satu cara kami menekan stunting adalah dengan pengembangan tanaman kelor yang memiliki kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi sehingga dapat mendukung asupan gizi bagi masyarakat yang terkena stunting,” ujar Wakil Gubernur.

Dijelaskannya, saat ini kelor NTT terus dikembangkan dengan di antaranya pengembangan kelor 50 juta pohon hingga tahun 2023, meningkatkan produksi dan mutu kelor, memperkuat pengembangan petani kelor, memfasilitasi kemitraan petani/produsen kelor dengan industri hilir agar tercipta rantai pasok yang berkelanjutan, mengembangkan kelor NTT untuk semakin dikenal luas di pasar domestik maupun mancanegara, menjadikan kelor sebagai komoditas unggulan dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan kelor sebagai komoditi unggulan daerah telah memberi manfaat bagi masyarakat dan dunia usaha. Dalam budidaya, pengolahan dan pemasaran kelor, pemerintah bekerjasama dan memfasilitasi usaha bisnis kelor melalui perijinan dan sertifikasi, membantu promosi dan pemasaran berbagai produk kelor, antara lain dari perusahan Dapur Kelor di Kota Kupang, Graha Kelor di Kabupaten Kupang, Bangkit Bersama di Kabupaten Kupang, Hawila Moringa di Kabupaten Kupang, Maspete Organis di Kabupaten Malaka, KWT Melati di Kabupaten TTU,dan La Moringa di Kota Kupang.

Budidaya kelor menjadi salah satu program Pemprov NTT tak hanya untuk mengatasi stunting, tapi juga sebagai investasi masa depan. “Kelor NTT termasuk yang terbaik di dunia sehingga kita sebut “emas hijau” yang bernilai ekonomi tinggi. Karena itu kita kembangkan untuk konsumsi masyarakat untuk perbaikan gizi dengan pola alley cropping. Selain itu kita juga dikembangkan pada kawasan tertentu untuk diekspor,” kata Gubernur Viktor Laiskodat pada sebuah kesempatan.

Ia juga mengatakan, karena kelor mengandung zat gizi yang lengkap, maka tidak perlu lagi mengonsumsi susu jika sudah mengonsumsi kelor. “Oleh karena itu, kelor harus kita propagandakan terus di NTT,” tandas Gubernur.

Oleh karena itu, ia berharap tak hanya pemerintah, tapi juga pihak swasta, gereja dan semua elemen ikut mendukung program ini. Menurutnya, jika program ini berjalan baik, maka ke depan tidak ada lagi stunting di NTT.

Haydrink, Minuman Berbahan Dasar Kelor

Untuk mendukung program kelor di NTT, Dewan Kerajinan Nasional Daeran (Dekranasda) Provinsi NTT pada September 2021 lalu melaunching minuman sehat Haydrink. Sebanyak 19 gerai dibuka secara resmi untuk menjual Haydrink berbahan kelor. Ke-19 gerai ini dilaunching secara resmi oleh Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrisno Laiskodat dan Wakilnya Maria Nae Soi Djogo.

Haydrink merupakan produk baru Dekranasda dan Dapur Kelor Indonesia berbasis kelor pertama di Indonesia. Bahkan di Asia Tenggara. “Haydrink Kelor merupakan produk baru Dekranasda dan Dapur Kelor Indonesia berbasis kelor pertama di Indonesia. Bahkan di Asia Tenggara dengan mengusung konsep minuman kelor dengan menghadirkan berbagai cita rasa yang cocok untuk kaum milenial,” kata Julie Sutrisno Laiskodat.

Hydrink berbahan kelor ini untuk mendukung program Pemerintah Provinsi NTT untuk mengembangkan kelor sebagai komoditi unggulan. “Kami dari Dekranasda tentunya harus berbuat program mendukung Pemprov NTT. Kami kembangkan kelor sebagai komoditi unggulan. Karena itu hari ini kami launching minuman sehat Hydrink berbahan kelor,” jelas Julie.

(*/rnc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *