Batam, RNC – Salah satu pasangan suami-istri (Pasutri) yang berprofesi sebagai pendeta di Batam, Kepulauan Riau membagikan kisah mereka melawan Covid-19. Selama 10 hari diisolasi, mereka akhirnya dinyatakan sembuh.
Pasangan pendeta GMIT ini adalah Pdt. November Obhetan dan Pdt. Phebye Obhetan-Lulan. Dilansir dari laman www.sinodegmit.or.id, Pdt. Phebye menceritakan ia bersama suaminya terpapar covid-19 sewaktu menghadiri sidang sengketa tanah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di Pengadilan Negeri Batam. Usai sidang, ada pengacara yang terkonfirmasi positif covid-19 ketika pulang ke Kupang. Pdt. Phebye bersama beberapa orang yang mengikuti sidang itu diminta untuk lakukan pemeriksaan swab.
BACA JUGA: Kabar Baik, Hari Ini 1 Pasien Covid-19 Sembuh, Nihil Kasus Positif
Pdt. Phebye mengatakan setelah sidang itu ia bersama suaminya mengalami beberapa gejala ringan seperti demam selama 2 sampai 3 hari disertai batuk dan pilek. “Pikir kami biasa-biasa saja. Namun, lantaran kontak erat dengan pasien terkonfirmasi maka saya dan suami melakukan tes swab secara mandiri pada 24 September 2020,” kata Pdt. Phebye dikutip dari www.sinodegmit.or.id.
Ia mengatakan dirinya sempat dipijat karena berpikir karena kelelahan. Selanjutnya, ia meminum obat batuk-pilek selama satu minggu, tetapi tidak kunjung sembuh. Gejala lainnya adalah tidak bisa mencium apa-apa. Bau menyengat sekalipun tidak. Juga tidak bisa merasakan rasa makanan.
Seminggu kemudian, muncul ruam-ruam merah di kulit punggung dan perut. “Awalnya tidak curiga ini tanda-tanda Covid. Pikirnya ini alergi, jadi saya mengonsumsi obat alergi tetapi tidak kunjung reda. Setelah itu, giliran suami saya mengalami demam. Suhu tubuhnya mencapai 38 derajat Celcius. Ia sempat kesulitan bernapas. Gejala lainnya sama seperti yang saya alami, kehilangan penciuman dan pengecap. Kami mulai khawatir karena gejala-gejala yang kami alami persis Covid-19,” cerita Pdt. Phebye.
Pada 27 September 2020, ia bersama suaminya dihubungi petugas terkait hasil pemeriksaan swab. “Kami suami-istri positif covid-19,” ujarnnya.
Selanjutnya, petugas datang menjemput mereka ke tempat isolasi di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Galang di Pulau Galang. Rumah Sakit ini berjarak kurang lebih 60 kilometer dari Kota Batam.
“Saya menangis sejadi-jadinya. Saya dekap toga (pakaian jabatan pendeta) dan bertanya kepada Tuhan, mengapa kami berdua? Akankah saya masih dapat memakai toga ini lagi? Atau ini akhir dari kisah hidup dan pelayanan kami? Tuhan, ini ujian terlalu berat,” ujar ibu tiga anak ini.
Tiba di RSKI Galang, ia mengaku terkejut karena banyak sekali pasien. Mereka sementara berolahraga jalan santai di halaman rumah sakit. Mereka semua tampak sehat. Tidak ada jarum infus dan O2. Kendati demikian, semua petugas, perawat, dokter mengenakan pakaian APD lengkap.
“Ruang rawat kami terpisah menurut jenis kelamin. Satu kamar terdapat lima pasien. Hampir semua pasien tampak sehat. Kebanyakan adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) dan yang mengalami gejala ringan seperti kami sekitar 300-an orang dirawat di RSKI Galang,” kata pendeta Jemaat Ekklesia Batam ini.
Yang dilakukan setiap hari adalah olahraga, berjemur matahari pada pagi hari dan sore hari. Selanjutnya, mengonsumsi vitamin dan obat serta istirahat. “Saya merasakan lawatan Tuhan melalui saat teduh, meditasi dan membaca Firman Tuhan selama dirawat intensif 10 hari,” ujarnya.
Para petugas medis melayani dengan baik sekali. Menghibur, memberi semangat, meyakinkan mereka bahwa mereka pasti sembuh. “Kami rasa nyaman dan tenang dengan suasana di rumah sakit ini,” katanya.
Dukungan dari berbagai pihak untuk keduanya ikut menambah semangat untuk sembuh. Jemaat juga tak henti-hentinya mendoakan mereka. Dukungan juga datang dari mantan Anggota DPR RI, Fary Francis yang mengirim obat herbal untuk dikonsumsi. Dukungan datang dari Klasis Kota Kupang dan Jemaat Anugerah Naikoten.
Selanjutnya, kabar baik datang pada Rabu, 7 Oktober 2020. Pdt. Phebye dan suaminya dinyatakan sembuh. “Kami lega, bersukacita dan berlimpah syukur kepada Tuhan. Keadaan kami dipulihkan Tuhan. Tiada lagi kesesakan, kegelisahan. Segala bimbang dan takut telah berlalu oleh karena campur tangan Tuhan Yesus,” kata Pdt. Phebye yang melayani di GMIT Ekklesia Batam sejak 2014 ini.
Menurutnya, perasaan bisa kembali ke rumah ibarat pahlawan yang bersukacita pulang dari medan perang. Semua jemaat dan majelis bergotong-royong membersihkan gereja. Rumah pastori disterilkan menyambut kepulangan mereka.
BACA JUGA: Hanya Dalam 7 Hari, NTT Tambah 101 Kasus Positif Covid-19, 48 Sembuh
“Sampai sekarang kami belum boleh bertemu dengan anak-anak. Kami baru boleh bertemu mereka pada 25 Oktober 2020 yang akan datang. Akan tetapi kami rasa tenang dan bahagia karena sudah berada di rumah,” kata dia.
Ia juga berpesan jagalah imun dan iman. Covid-19 tidak menakutkan, hanya perlu dilawan dengan imun dan iman. Tetaplah ikut protokol kesehatan karena virus ini dapat menulari siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Dekatkan diri pada Tuhan Yang Empunya kehidupan. Dukunglah mereka yang terpapar dengan doa yang tulus bukan dengan stigma karena sungguh virus covi-19 tidak saja menyerang fisik tetapi juga psikis. “Covid-19 mengajarkan benar bahwa hidup lebih penting dari semuanya. Mengetahui kondisi kesehatan itu penting dan jika sejak dini diobati kita pasti sembuh,” kata Pdt. Phebye. (*/rnc)