Kupang, RNC – Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Secara nasional, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mencatatkan angka stunting tertinggi. Sebagai wujud kepedulian BUMN terhadap persoalan ini, PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) NTT melalui Program PLN Peduli menyelenggarakan pelatihan bagi kader Posyandu di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Pelatihan terpusat di Aula Kantor Camat Kolbano selama dua hari dari tanggal 7-8 Juli 2020.
Kegiatan pelatihan kader posyandu yang didukung Pemda TTS dan Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat (JPM) tersebut mengangkat tema “Cegah Stunting melalui 1000 Hari Pertama Kehidupan”. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pencegahan dan penanganan serta penurunan angka stunting. Sebab, kader posyandu menjadi garda terdepan dalam menangani stunting.
General Manager PT PLN (Persero) UIW NTT, Agustinus Jatmiko melalui Vincentsius Leonardo selaku Asistant Manager CSR, menyebutkan, kegiatan pelatihan kader posyandu merupakan wujud kepedulian PLN sebagai salah satu BUMN untuk masyarakat Indonesia.
“Semoga pelatihan ini dapat bermanfaat bagi peserta pelatihan dan dapat mengedukasi masyarakat di lingkungan sekitar. Sehingga apa yang diharapkan Pemerintah untuk menurunkan angka stunting di TTS tercapai, sekaligus mendukung kegiatan pariwisata di Desa Kolbano dengan pesona pantai batu warna-warni,” pesan Jatmiko.
Sementara itu, Sekretaris Camat Kolbano, Chaterinus Banamtuan mengapresiasi kepedulian PLN. Sebab, PLN selain memberi terang bagi masyarakat sehingga anak-anak bisa belajar di malam hari, juga memberikan perhatian pada masalah kesehatan lewat kegiatan pelatihan kader Posyandu. Tentu, sasarannya adalah untuk menurunkan angka stunting di NTT.
Sekcam menambahkan, di Kecamatan Kolbano saat ini ada 53 orang anak (di bawah 2 tahun 12 anak dan diatas 2 tahun 41 orang) yang bermasalah dengan gizi. 23 anak diantaranya kurang gizi, 12 anak gizi buruk, dan 12 anak stunting dan 6 anak gizi baik, namun tinggi badan di bawah standar. Sedangkan ibu hamil sebanyak 16 orang. “Manfaat pelatihan ini akan terlihat setelah program penanganan masalah gizi dipraktekkan. Kami yakin angka stunting menurun,” ujarnya.
Yohanes Pakereng selaku Direktur Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat (JPM) berharap, setelah pelatihan, peserta tidak saja mendapatkan edukasi tentang bagaimana menangani stunting. Tetapi juga bisa menerapakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), seperti kebutuhan gizi seimbang ibu hamil, pemberian ASI ekslusif, menyusui, makanan pendamping ASI, gizi seimbang dan pola asuh, sehingga dapat menjadi agen perbaikan stunting di setiap posyandu binaan masing-masing peserta.
Selanjutnya, Apriani E. Fobia selaku Kepala Puskemas Kolbano berterimakasih kepada PLN dan Yayasan JPM yang dengan antusias telah menunjang kegiatan-kegiatan mereka di daerah. Khususnya di Kolbano, dimana terdapat lima desa yang ditunjuk untuk menangani stunting dengan menjalankan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penurunan angka stunting. “Pelatihan ini merupakan bukti kepedulian PLN untuk mendukung kami dalam mencegah stunting,” kata Apriani seraya menginformasikan kondisi dua tahun terakhir, dimana 20 kader posyandu hanya dapat memberikan bantuan kepada lima anak karena keterbatasan dana.
Ebenhaizer Taneo selaku ketua kelas peserta pelatihan kader posyandu, mengatakan, kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diberikan PLN melalui Yayasan JPM kepada masyarakat Kolbano sangat bermanfaat bagi semua komponen masyarakat. Berbekal edukasi dan pelatihan yang didapat, mereka optimis angka stunting di Kolbano bisa menurun. (*/rnc09)