Lewoleba, RNC – Pemerintah Kabupaten Lembata berkepentingan langsung terhadap hadirnya sebuah perguruan tinggi. Dengan hadirnya perguruan tinggi, maka akan tersedia sumber daya manusia (SDM) berkualitas. SDM itu jadi prasyarat bagi investor dalam menanamkan modalnya. Para investor akan memilih SDM yang tersedia di daerah, ketimbang mendatangkan dari luar yang tentu lebih mahal. “Langkah selanjutnya, para investor akan memfasilitasi sarpras berupa laboratorium praktik,” demikian Yustinus Prastowo dalam audiensinya dengan Yayasan Koker Niko Beeker, Selasa (17/5/2022).
Di hadapan Dr. Damianus Dai Koban, M.Pd (wakil ketua yayasan), Niko Hukulima, SE, (sekjen Koker), Paulus Doni Ruing, SE (pengawas yayasan), dan Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, M.Hum (anggota Yayasan Koker), Yustinus yang merupakan Staf Khusus Menteri Keuangan yang mengawal Komunikasi Strategis Kementerian Keuangan, Sektor Perpajakan, mengharapkan, perguruan tinggi ‘INTEL” harus mencetak para lulusan sarjana terapan (vokasi).
Terkait penerapan pendidikan vokasi, Hipolitus Kewuel mengungkapkan, yayasan telah mengadakan studi kelayakan untuk menghadirkan prodi yang sesuai kebutuhan. Secara internal, persiapan dan studi kelayakan telah dilakukan. Namun kendalanya, industri penyokong masih langka di NTT, khususnya di Lembata. Karena itu, dosen di Universitas Brawijaya itu merasa sangat tertarik dengan arahan jebolan STAN Jakarta, agar berkolaborasi dengan pemda karena mereka berkepentingan dalam menghasilkan SDM berkualitas, sebagai penarik hadirnya investor di Lembata.
Damianus Dai mengungkapkan, proyek pendirian perguruan tinggi yang dilaksanakan sudah didasarkan pada pengalaman enam tahun mengelola pendidikan menengah atas, SMA SKO San Bernardino. Dengan pengalaman itu, yayasan merasa punya sokongan meskipun kerjasama lebih besar sangat dibutuhkan untuk mewujudkan perguruan tinggi. Karena itu, Pengawas Yayasan Koker mengusulkan langkah konkrit, agar yayasan dan Pemkab Lembata menjalin koordinasi dan kolaborasi demi mewujudkan perguruan tinggi
Yustinus, alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Pascasarjana Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia, serta Magister Ilmu Filsafat STF Driyarkara mengungkapkan, sangat perlu membangun jaringan. Menurutnya, banyak perusahaan bahkan kementerian, terdapat orang – orang yang punya komitmen mendukung seperti yang dilakukan Yayasan Koker.
Sementra Paulus Doni Ruing menekanakn perlunya penyediaan manusia unggul. Manusia unggul yang dimaksud, menurutnya tidak saja menghasilkan orang yang siap kerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Hal ini sungguh mendesak, karena di Lembata saat ini orang lokal sangat tersisihkan oleh pendatang yang memiliki ‘skill’ lebih baik. Bila hal ini tidak diatasi melalui kehadiran pendidikan tinggi, maka bisa dipastikan beberapa tahun ke depan orang Lembata akan menjadi orang asing di daerahnya sendiri. (*/rnc)